Sabtu, 21 Maret 2020

Makalah Ilmu Alamiah Dasar





MAKALAH
ILMU ALAMIAH DASAR




Disusun oleh :

                             Nama       : Shifa Sandrinadya Munandar
                             NPM        : 16519043
                             Kelas        : 1PA09




JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2020




KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji serta syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan ridha-NYA sehingga makalah yang berjudul “ILMU ALAMIAH DASAR” ini dapat diselesaikan dengan lancar. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pertama mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Faaiza Supandi, S.Psi., Msi., selaku dosen mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar serta semua pihak yang telah memberikan bantuan dan saran atas penyusunan makalah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penulis akan sangat menghargai kritik dan saran untuk membangun makalah ini menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik untuk penulis maupun para pembaca.





Jakarta, 20 Maret 2020


Penulis






DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1  Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2  Rumusan Masalah.............................................................................................................2
1.3  Tujuan Penulisan...............................................................................................................2
1.4  Manfaat Penulisan.............................................................................................................2
BAB 2 ISI................................................................................................................................3
2.1  Pengertian Ilmu Alamiah Dasar........................................................................................3
2.2  Perkembangan Alam Pikiran Manusia..............................................................................3
2.3  Membedakan Mitos, Legenda, dan Cerita Rakyat............................................................5
2.3.1        Mitos....................................................................................................................5
2.3.2        Legenda................................................................................................................6
2.3.3        Cerita Rakyat........................................................................................................6
BAB 3 PENUTUP....................................................................................................................8
3.1  Kesimpulan........................................................................................................................8
3.2  Saran..................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9








BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Panca indera akan memberikan tanggapan terhadap semua rangsangan dimana tanggapan itu menjadi suatu pengalaman. Pengalaman yang diperoleh terakumulasi oleh karena adanya kuriositas manusia. Pengalaman merupakan salah satu terbentuknya pengetahuan, yakni kumpulan fakta-fakta. Pengalaman akan bertambah terus seiring berkembangnya manusia dan mewariskan kepada generasi-generasi  berikutnya. Pertambahan pengetahuan  didorong oleh pertama untuk memuaskan diri, yang bersifat non praktis atau teoritis guna memenuhi kuriositas dan memahami hakekat alam dan isinya kedua, dorongan praktis yang memanfaatkan pengetahuan itu untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih tinggi. Dorongan pertama melahirkan Ilmu Pengetahuan Murni (Pure Science) sedang dorongan kedua menuju Ilmu Pengetahuan Terapan (Aplied Science).
            Pengetahuan didapat dengan berbagai pendekatan seperti halnya pengetahuan berupa mitos atau legenda menggunakan pendekatan kepercayaan yakni kebenarannya hanya atas dasar percaya maka pendekatan pengetahuan semacam ini bersifat irrasional, begitu pula pengetahuan yang sifatnya falsafi pendekatan kebenarannya hanya mengandalkan nalar = akal = rasio belaka maka dikenalah pendekatan pengetahuan rasional sehingga munculah persepsi paham kebenaran irrasionalime dan rasionalisme.
Ilmu alamiah sebagai hasil perkembangan pola pikir manusia yang terakumulasi dari hasil pengamatan dan pengalaman telah mendorong manusia untuk melahirkan pendekatan kebenaran yang tidak hanya mengandalkan kemampuan rasio belaka, dorongan tersebut setidaknya terdiri dari dua sisi : yakni dorongan pertama adalah dorongan untuk memuaskan diri sendiri yang sifatnya non praktis atau teritis guna memenuhi kuriositas dan memahami tentang hakikat alam semesta dan segala isinya, yang selanjutnya melahirkan pure science (Ilmu pengetahuan murni). Sementara dorongan yang ke-dua adalah dorongan yang sifatnya praktis, dimana ilmu pengetahuan dimanfaatkan untuk meningkatkan tarap hidup yang lebih tinggi, dan selanjutnya disebut dengan Applied science (Ilmu pengetahuan terapan/teknologi).



1.2  Rumusan Masalah
Untuk lebih sistematis, saya merumuskan masalah-masalah pokok yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan Ilmu Alamiah Dasar?
2.      Bagaimana perkembangan alam pikiran manusia sejak dulu hingga sekarang?
3.      Apa perbedaan antara mitos, legenda, dan cerita rakyat beserta contoh dan maknanya?

1.3  Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui pengertian dari Ilmu Alamiah Dasar.
2.      Untuk mengetahui perkembangan alam pikiran manusia sejak dulu hingga sekarang.
3.      Untuk membedakan antara mitos, legenda, dan cerita rakyat serta mengetahui contoh dan maknanya.

1.4  Manfaat Penulisan
Manfaat yang akan diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Dapat mengetahui dan memahami pengertian dari Ilmu Alamiah Dasar.
2.      Dapat mengetahui dan memahami perkembangan alam pikiran manusia sejak dulu hingga sekarang.
3.      Dapat mengetahui dan memahami perbedaan antara mitos, legenda, dan cerita rakyat beserta contoh dan maknanya.






BAB 2
ISI
2.1  Pengertian Ilmu Alamiah Dasar
Ilmu Alamiah Dasar (IAD) dapat diartikan sebagai Ilmu Pengetahuan Alam (natural science) yang mengkaji tentang gejala-gejala dalam alam semesta sehingga terbentuklah konsep dan prinsip. Ilmu Alamiah Dasar hanya mengkaji konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar yang bersifat esensial, contohnya seperti Biologi, Fisika, dan Kimia, ketiga ilmu tersebut juga memiliki turunan lagi. Ilmu Alamiah Dasar merupakan disiplin ilmu yang dapat berubah sesuai kemajuan peradaban manusia.
Ilmu Alamiah Dasar (IAD) mempermasalahkan struktur dari berlangsungnya dunia alam, dimana manusia pun dianggap sebagai bagian dari alam itu sendiri dan lingkungan hidup meliputi sejumlah kondisi ekstern disekitar organisme yang ikut serta secara dekat mempengaruhi kehidupan dan perkembangan organisme yang bersangkutan. Ilmu ini bukanlah suatu ilmu mandiri, melainkan merupakan kumpulan pengetahuan tentang konsep-konsep dasar dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi.
Ilmu Alamiah Dasar (IAD) selalu merumuskan masalahnya dari gejala-gejala yang realitas sehingga metode yang dapat digunakan dalam ilmu alamiah dasar adalah metode-metode yang tidak lepas dari objek-objek materi yang dapat dilihat dan dirasa oleh panca indra. Metode-metode yang digunakan dalam menafsirkan Ilmu Alamiah Dasar adalah metode-metode alamiah yang dapat di lihat oleh indra, sehingga tidak dapat dengan mudah untuk mengambil keputusan untuk membuat prinsip mengenai Ilmu Alamiah dasar jika tidak ada realitanya.

2.2  Perkembangan Alam Pikiran Manusia
Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk hidup yang unik. Berdasarkan tata nama biologi, manusia adalah Homo sapiens yang mengisyaratkan pengertian makhluk tergolong Homo yang memperlihatkan ciri khas “jenis” yang dapat berpikir setiap saat sejak lahir sampai akhir hayatnya (Trianto, 2007). Berpikir itulah yang mencirikan hakikat manusia. Manusia di samping memiliki kemampuan biologis dapat juga mengembangkan penalarannya, misalnya dalam menghadapi kesulitan yang ditimbulkan oleh perubahan suhu lingkungan, manusia dengan penalarannya dapat menciptakan sesuatu untuk menghindari dampak negatif perubahan suhu tersebut. Manusia dapat menghindari dampak negatif dari perubahan suhu panas ke suhu dingin yang ditimbulkannya dengan membuat api. Bagaimana manusia memperoleh keunikan dalam pengembangan penalaran tersebut? Secara kodrati manusia mempunyai perkembangan yang berbeda dengan makhluk hidup lain baik secara ontogenik maupun filogenetiknya. Ontogenik adalah perkembangan individu dari embrio sampai dewasa. Walaupun secara garis besar, perkembangan ontogenik pada manusia tidak jauh berbeda dengan makhluk hidup lain khususnya hewan bertulang belakang (vertebrata), tetapi pada proses pembentukan susunan syaraf, manusia berkembang lebih baik daripada vertebrata. Mekanisme ini menyebabkan manusia lebih superior dalam menanggapi setiap apa yang terjadi baik dari dalam maupun luar diri manusia.
Rasa ingin tahu yang dimiliki manusia, menyebabkan alam pikiran manusia berkembang. Ada dua macam perkembangan yang dapat kita ketahui adalah sebagai berikut :
1.      Perkembangan Alam Pikiran Manusia Sejak Dilahirkan sampai Akhir Hayatnya
Alam pikiran seorang bayi yang baru dilahirkan, mengalami perkembangan yang hampir serupa dari zaman ke zaman. Ketika bayi tumbuh menjadi anak kecil yang mulai bisa mengamati lingkungan, muncul bermacam-macam pertanyaan di dalam pikirannya. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, anak kecil mengadakan penyelidikan sendiri atau bertanya kepada ibu, ayah, kakak atau orang lain yang mengasuhnya. Alam pikiran anak berkembang dengan pesat. Rasa ingin tahu seorang anak akan melemah, apabila orang-orang di sekelilingnya terlalu sibuk, terlalu malas atau terlalu bodoh untuk memuaskan rasa ingin tahu anak tersebut. Dengan demikian, perkembangan alam pikiran anak akan terhambat. Alam pikiran manusia semakin berkembang sesuai dengan peningkatan umurnya, sampai pada suatu saat di mana umurnya semakin tua akan terjadi penurunan daya ingat sehingga alam pikiran manusia tidak lagi berkembang, tetapi berhenti bahkan sering kali kembali seperti masa kanakkanak.
2.        Perkembangan Alam Pikiran Manusia Sejak Zaman Purba hingga Dewasa Ini
Pada zaman purba, manusia sudah menghadapi berbagai teka-teki yakni terbit dan terbenamnya matahari, perubahan bentuk bulan, pertumbuhan dan pembiakan makhluk hidup, adanya angin, petir, hujan, dan pelangi. Terdorong rasa ingin tahu yang sangat kuat, manusia purba mulai menyelidiki apa penyebab terjadinya fenomena-fenomena itu dan apa akibatnya. Penyelidikan ini menghasilkan jawaban atas banyaknya persoalan, tetapi kemudian akan timbul persoalan-persoalan baru. Dengan demikian, alam pikiran manusia purba mulai berkembang. Perkembangan itu berlangsung terus sampai sekarang dan akan berlanjut di masa mendatang. Meskipun semua orang memiliki rasa ingin tahu, tetapi tidak setiap orang mampu dan mau mengadakan penyelidikan sendiri. Banyak yang sudah merasa puas dengan memilih jalan pintas yakni bertanya kepada orang lain yang telah menyelidiki atau bertanya kepada orang lain yang sudah bertanya. Jadi, dari tangan kedua, ketiga dan seterusnya. Cara melalui jalan pintas ini pun menyebabkan alam pikiran manusia berkembang. Pengetahuan yang terkumpul diwariskan dari generasi ke generasi, lalu ditambah dengan pengetahuan yang baru didapat.

2.3  Membedakan Mitos, Legenda, dan Cerita Rakyat
Mitos, legenda, dan cerita rakyat merupakan bagian dari karya sastra yang berkembang di kalangan masyarakat tertentu dan disebarluaskan secara lisan dengan menggunakan bahasa daerah masing-masing. Ini merupakan salah satu perwujudan unsur kebudayaan di Indonesia.
2.3.1        Mitos
Mitos adalah cerita prosa rakyat yang ditokohi para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain (kayangan) dan dianggap benar-benar terjadi oleh empunya cerita atau penganutnya. Mitos pada umumnya menceritakan tentang terjadinya ssalam semesta, dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi, petualangan para dewa, kisah percintaan mereka dan sebagainya. Sebagai contoh mitos adalah Tarian Ritual Barong Kemiren di Banyuwangi.
Asal-usul Tarian Ritual Barong Kemiren berawal dari perjalanan seorang Patih Pajajaran ix yang mengungsi akibat perang Puputan Bayu di alas Kemirian yang sekarang menjadi desa Kemiren. Setelah itu, muncul wabah pageblug dan tercipta sebuah barong. Untuk menjaga keidentitasnya, maka berdasarkan olah cipta dan kreasi masyarakat lahirlah sebuah teater rakyat yang menyuguhkan pertunjukan seni musik, tari, lagu, akrobatik dan drama, yang dibalut aroma mistis yang kuat sehingga masyarakat menyebutnya sebagai “Tarian Ritual Barong Kemiren”. Tujuan dari barong kemiren adalah untuk tolak bala penyakit serta sebagai ucapan syukur atas rezeki yang melimpah. Mitos dalam tarian ritual barong kemiren terdapat pada aspek lisan dan nonlisan yang terdiri babak, wangsalan, busana, mantra, sesajen, dan tembang serta ketentuan-ketentuan berwujud larangan yang tidak boleh dilanggar oleh masyarakat pemiliknya. Nilai budaya yang terkandung pada cerita ini yakni nilai (1) religiusitas yang terdiri dari sikap keimanan dan ketakwaan manusia terhada Tuhan, keteringatan manusia terhadap Tuhan, dan kepasrahan manusia terhadap Tuhan , (2) nilai sosial yang terdiri dari sikap menepati janji, kerukunan, suka menolong, dan musyawarah, serta (3) nilai kebribadian yang terdiri dari sikap keberanian, dan kesungguhan. Fungsi dari adanya mitos di antaranya menyadarkan manusia bahwa ada kekuatan-kekuatan ajaib, sebagai dasar melakukan tindakan, sebagai sumber ilmu pengetahuan, sebagai sarana pendidikan, fungsi sosial budaya dan fungsi ekonomi.
2.3.2        Legenda
Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang empunya cerita sebagai suatu kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi. Menurut Danandaja (2002) legenda bersifat sekuler (keduniawian), terjadinya pada masa yang belum begitu lampau, dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang. Legenda sering dipandang tidak hanya merupakan cerita belaka namun juga dipandang sebagai sejarah. Berdasarkan pendapat para ahli, legenda adalah cerita yang turun temurun dipercayai pernah terjadi dimasyarakat baik bersifat gaib, perseorangan, setempat dan berupa keagamaan. Sebagai contoh legenda adalah Pulau Simardan dari Sumatera Barat.
Pulau Simardan adalah salah satu pulau yang terdapat di Tanjung Balai, Kab. Asahan, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia, menurut ceritanya pulau ini terbentuk karena karamnya kapal seorang anak durhaka sama seperti cerita si malin kundang dari Sumatera Barat, cuma yang membedakannya adalah Malin Kundang menjadi batu, semantara Simardan jadi Pulau dan istrinya menjadi Kera putih. Berdasarkan fakta dan sumber dari foto dan peninggalan-peninggalan cerita tersebut, maka masyarakat mempercayai legenda Pulau Sumardan benar-benar terjadi pada jaman dahulu.
Makna dari legenda Pulau Simardan ini sebagai nasehat kepada generasi muda agar tidak melawan orang tua apa lagi tidak mengakui orang tuanya sebagai orang tua seperti yang diceritakan dalam legenda dan sebagai petua yang tidak langsung.

2.3.3        Cerita Rakyat
Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat melalui bahasa tutur yang berhubugan langsung dengan berbagai aspek budaya dan susunan nilai sosial masyarakat. Biasanya cerita rakyat diwariskan secara turun temurun secara lisan dan berkembang di lingkungan masyarakat. Berikut adalah contoh cerita rakyat Tan Talanai yang berasal dari Jambi.
Tan Talanai adalah seorang raja di salah satu Kerajaan Jambi. Sang raja memiliki seorang anak laki-laki yang diharapkan dapat meneruskan tahtanya sebagai Raja Jambi. Tiga hari setelah putranya lahir, sang raja membuang putra kandungnya ke laut dikarenakan ia mendapat laporan dari ahli nujum istana bahwa kehadiran bayi tersebut akan membawa malapetaka bagi kerajaannya, yaitu kelak anaknya akan membunuhnya saat dewasa.
Sementara itu, Ratu Negeri Siam yang bernama Tuan Putri sedang memancing di laut dan menemukan sebuah peti yang berisi putra dari Tan Talanai. Sejak saat itu, putra Tan Talanai menjadi salah satu anggota Kerajaan Siam. Dibawah asuahn Tuan Putri, ia tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas dan sakti.
Suatu hari, putra Tan Talanai menghampiri Tuan Putri dan menanyakan siapa sebenarnya ayahnya, kemudian Tuan Putri menjelaskan yang sebenarnya terjadi. Mendengar penjelasan Tuan Putri, anak tersebut menjadi marah dan menyusun rencana untuk melakukan penyerangan ke negeri Jambi. Singkat cerita, perang pun terjadi dan menyisakan pertarungan satu lawan satu antara Tan Talanai dan putranya. Pertarungan ayah dan anak itu terus berlangsung sampai akhirnya Tan Talanai mengalah karena menyadari kekhilafannya dan menjelaskan mengapa dia membuang putra kandungnya.
Mendengar penjelasan dari ayahnya, hati anak itu menjadi luluh dan memaafkan semua perbuatan ayahnya. Dia mengajak ayah dan ibu kandungnya untuk tinggal bersama di Kerajaan Siam dan mereka pun hidup bahagia. Kemudian, putra Tan Talanai diangkat menjadi Raja Siam. Hingga saat ini, sebagian orang percaya bahwa raja siam berasal dari Jambi.
Makna yang dapat diperoleh dari cerita rakyat diatas adalah jangan cepat percaya pada ramalan karena akan berakibat buruk bagi diri sendiri, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Raja Tan Talanai dan juga keutamaan sifat pemaaf sebagaimana yang ditunjukkan oleh putra Tan Talanai yang memaafkan segala kesalahan ayahnya. Dengan sifat pemaaf ini, keharmonisan keluarga dapat selalu terjaga dan perselisihan pun dapat terhindarkan.


BAB 3
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Ilmu Alamiah Dasar (IAD) mempermasalahkan struktur dari berlangsungnya dunia alam, dimana manusia dianggap sebagai bagian dari alam itu sendiri dan lingkungan hidup meliputi sejumlah kondisi ekstern disekitar organisme yang ikut serta secara dekat mempengaruhi kehidupan dan perkembangan organisme yang bersangkutan. Ilmu ini bukanlah suatu ilmu mandiri, melainkan merupakan kumpulan pengetahuan tentang konsep-konsep dasar dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi.
Rasa ingin tahu yang dimiliki manusialah yang menyebabkan alam pikiran manusia berkembang. Ia mempunyai kemampuan untuk berpikir sehingga rasa keingintahuannya tidak tetap sepanjang zaman. Karena apa? Karena manusia akan selalu bertanya apa, bagaimana, dan mengapa begitu. Manusia juga mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan pengetahuan yang baru sehingga menjadi pengetahuan yang lebih baru. Ada dua macam perkembangan alam pikiran manusia, yakni perkembangan alam pikiran manusia sejak dilahirkan sampai akhir hayatnya dan perkembangan alam pikiran manusia, sejak zaman purba hingga dewasa ini.

3.2  Saran
Kita sebagai manusia perlu mengembangkan penalaran dan pemikiran yang lebih luas terhadap gejala-gejala alam di sekitar, sehingga kita menjadi tanggap terhadap suatu masalah yang terjadi di lingkungan masyarakat. Ilmu Alamiah Dasar ini sangat penting untuk dipelajari agar kita dapat menjelaskan perkembangan naluri kehidupan manusia, dapat menjelaskan perkembangan alam pikir manusia dalam memenuhi kebutuhan terhadap rasa ingin tahunya, serta dapat memberi alasan yang diterima mitos dalam kehidupan masyarakat.





DAFTAR PUSTAKA

Wahyudi, I. W., & Suardana, A. K. (2019). ILMU ALAMIAH DASAR.
Harmoni, A. (1996). Pengantar ilmu alamiah dasar. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Dewiki, S., & Hardini, S. Y. P. K. (2014). Ilmu Alamiah Dasar.
Desyana, E. (2013). Mitos dalam Tarian Ritual Barong Kemiren Masyarakat Using Kecamatan Glagah Banyuwangi.
Herawati, T. H. (2018). Mitos Legenda Pulau Simardan Refleksi Petuah Masyarakat Tanjung Balai. JURNAL DIALOG6(2).





Minggu, 02 Februari 2020

Analisis SARA



ANALISIS SARA
(Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan)



Disusun Oleh :
Shifa Sandrinadya Munandar
Kelas :
1 PA 09




Jurusan Psikologi
Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma
2020


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1  Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2  Rumusan Masalah ..............................................................................................................2
1.3  Tujuan Penulisan.................................................................................................................2
BAB 2 ISI .................................................................................................................................3
2.1  Definisi SARA.....................................................................................................................3
2.2  Faktor Pemicu SARA..........................................................................................................4
2.3  Dampak Akibat SARA........................................................................................................6
2.4  Upaya Penanganan SARA...................................................................................................9
BAB 3 PENUTUP....................................................................................................................12
3.1  Kesimpulan........................................................................................................................12
3.2  Saran..................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13




BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
SARA akhir-akhir ini muncul sebagai masalah yang dianggap menjadi salah satu sebab terjadinya berbagai gejolak sosial di negara kita. Perkelahian antara suku Madura dan suku Dayak di Kalimantan Barat, perkelahian antara suku Makasar dan penduduk asli Timor yang kemudian berkembang menjadi pergesekan antaragama Katolik dan Islam, merupakan contoh peristiwa SARA (suku, agama, ras, antargolongan) di negara kita. Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan suku bangsa, maka masalah SARA merupakan hal biasa. Tapi ada beberapa hal menarik untuk dicermati dalam masalah SARA. Pertama, hubungan antara suku pribumi dan nonpribumi sampai saat ini belum dapat dipecahkan, dan tetap menjadi pemicu potensial timbulnya konflik sosial. Kedua, SARA muncul kembali sebagai faktor pendorong timbulnya "nasionalisme daerah", berupa upaya memisahkan suatu wilayah dari wilayah Republik Indonesia, meskipun masalah ini secara historis seharusnya sudah selesai ketika bangsa ini memproklamasikan Sumpah Pemuda 1928. Ketiga, ada gejala bergesernya sebab pemicu: timbulnya gejolak sosial dari masalah SARA ke masalah yang bersifat struktural.
SARA, khususnya agama, sering terlihat menjadi pemicu. Namun kita perlu bersikap hati-hati sebelum mengambil kesimpulan bahwa agama "adalah pemicu utama" pecahnya suatu konflik sosial. Faktor agama dari SARA hanya menjadi "limbah" suatu masalah yang lebih besar, seperti masalah penguasaan sumber daya alam, kesiapan bersaing, serta kolusi antara pejabat dan suatu etnik tertentu. Demikian pula halnya suku dalam SARA. Sebagai contoh, kebetulan etnik Cina atau suku Makasar dan Madura mampu bersaing dalam penguasaan sumber alam, maka merekalah yang dijadikan tumpuan kemarahan suku yang merasa kehilangan penguasaan sumber alamnya.
Kita memang perlu melihat masalah SARA dari perspektif lain, yakni perspektif ketidakseimbangan antara suku dalam akses mereka pada sumber alam dan faktor-faktor pada tingkat makro lain, seperti belum terciptanya birokrasi yang secara politis netral. Perspektif seperti ini akan melihat masalah sebenarnya yang kini dihadapi bangsa ini, karena SARA hanya merupakan "limbah" masalah dasar itu, serta wahana mobilisasi masyarakat, guna menarik perhatian pemerintah untuk menyelesaikan masalah dasar tersebut. Indonesia memang perlu perubahan apabila ingin memasuki abad ke-21 dengan utuh sebagai suatu bangsa.
Masih sulit untuk mengatakan bahwa kita telah memiliki suatu pemerintahan yang bersih. Akibatnya, keadilan sulit dicapai. Sekelompok etnik tertentu, yang bekerja sama dengan aparatur negara yang tak bersih, mampu lebih cepat memanfaatkan kesempatan yang diciptakan pemerintah. Hal ini kemudian menimbulkan masalah SARA atau sikap anti terhadap suku tertentu. Tapi kita perlu memahami bahwa masalah tersebut muncul karena kelompok etnik itu mengalami political insecurity dalam masyarakat, sehingga mereka perlu mencari security melalui aliansi dengan aparatur pemerintah yang mengalami economic insecurity.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa definisi dari SARA?
2.      Apa saja faktor pemicu terjadinya konflik SARA?
3.      Apa dampak yang diakibatkan dari konflik SARA?
4.      Bagaimana upaya penanganan terhadap konflik SARA?

1.3  Tujuan Penulisan
1.       Untuk mengetahui dan memahami definisi SARA.
2.       Untuk mengetahui dan memahami faktor pemicu terjadinya konflik SARA.
3.       Untuk mengetahui dan memahami dampak yang diakibatkan konflik SARA.
4.       Untuk mengetahui dan memahami upaya penanganan terhadap konflik SARA.





BAB 2
ISI
2.1  Definisi SARA
Sara adalah berbagai pandangan dan tindakan yang didasarkan pada sentimen identitas yang menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau kesukuan, dan golongan. Dalam pengertian lain, SARA dapat disebut diskriminasi yang merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, dimana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusia untuk menbeda-bedakan yang lain. Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik suku, antargolongan, kelamin, ras, agama dan kepercayaan, aliran politik, kondisi fisik atau karateristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminasi Diskriminasi langsung, terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang sama. Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat diterapkan di lapangan. SARA dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu:
1.      Kategori pertama yaitu Individual : merupakan tindakan Sara yang dilakukan oleh individu maupun kelompok. Termasuk di dalam katagori ini adalah tindakan maupun pernyataan yang bersifat menyerang, mengintimidasi, melecehkan dan menghina identitas diri maupun golongan.
2.      Kategori kedua yaitu Institusional : merupakan tindakan Sara yang dilakukan oleh suatu institusi, termasuk negara, baik secara langsung maupun tidak langsung, sengaja atau tidak sengaja telah membuat peraturan diskriminatif dalam struktur organisasi maupun kebijakannya.
3.      Kategori ke tiga yaitu Kultural : merupakan penyebaran mitos, tradisi dan ide-ide diskriminatif melalui struktur budaya masyarakat.





2.2  Faktor Pemicu SARA
Konflik sara menjadi sebuah senjata jitu untuk memecah belah paham dan keyakinan yang selama ini diyakini. Tindakan SARA merupakan sebuah upaya untuk melecehkan satu keyakinan lain yang berbeda dengan keyakinan yang dianut. Hal tersebut merupakan upaya untuk mengklaim bahwa kepercayaan yang dianut merupakan kepercayaan yang paling benar. Isu sara menjadi senjata utama untuk dapat menciptakan konflik horizontal antar umat beragama. Sudah banyak konflik yang timbul akibat dari isu isu sara yang beredar dimasyarakat. Tentu saja paham ini akan mengancam kesatuan dan persatuan dalam kehidupan bernegara seperti juga contoh konflik antar agama . Paham politik SARA menciptakan kebencian antar umat beragama sehingga memicu timbulnya tindakan kekerasan. Berikut merupakan beberapa faktor pemicu terjadinya konflik SARA:
1.      Pemahaman  Sempit Para Penganut Paham yang Menganggap Paham yang Dianut Paling Benar
Penyebab konflik sara yang pertama adalah karena adanya pandangan bahwa kepercayaan yang di anut merupakan yang paling benar. Padahal paham yang demikian merupakan paham yang harus dihindari. Memiliki paham yang demikian akan memunculkan pemikiran yang berbahaya. Dengan menganggap keyakinan yang dianut yang paling benar dan keyakinan lain salah hal ini dapat menyebabkan dominasi dari penganut kepercayaan tententu. Dominasi ini dapat memicu timbulnya diskriminasi pada kelompok penganut kepercayaan minoritas seperti latar belakang konflik kamboja .  Serta tentu saja hal ini akan menyebabkan konflik antara kelompok mayoritas dan minoritas.  Untuk itu, diperlukan pengubahan dari paham yang sempit tersebut menjadi paham yang terbuka. Dimana setiap penganut keyakinan yang berbeda harus mampu mengedepankan logika dan nalar yang sehat. Bahwa setiap keyakinan yang dipilih bukan didasarkan atas mana yang benar dan salah. Namum keyakinan yang dipilih adalah sesuatu yang diyakini mampu merubah arah kehidupan menjadi lebih baik.
2.      Kurangnya Pemahaman Atas Kebebasan Dalam Bergama dan Beribadah
Kebebasan dalam beragama dan beribadah merupakan hak yang melekat sebagai hak dasar manusia. Tidak ada satu pun pihak yang bisa memaksakan kehendak atas apa yang akan diyakini dan dipercaya sebagai agama yang akan dianut. Kurangnya pemahaman atas kebebasan tersebut membuat isu sara dapat berkembang menjadi konflik yang meluas. Kadangkala satu kelompok dengan keyakinan tertentu memaksa pihak lain untuk mengikuti mereka seperti latar belakang tragedi aleppo . Tidak jarang juga digunakan tindakan kekerasan hingga berujung pada pengusiran satu kelompok dari wilayah tertentu. Padahal hal tersebut tentu merupakan tindakan yang tidak bisa dibenarkan. Seseorang harus dengan sukarela untuk bisa menganut satu keyakinan yang ia yakini.
3.      Mengedepankan Paham Radikalisme 
Kelompok yang memaksakan kehendak mereka dan merendahkan agama lain merupakan kelompok yang selayaknya harus segera di adili. Tidak jarang mereka menggunakan jalan kekerasan agar tujuannya diakui dan diaetujui oleh mayoritas masyarakat. Dan yang paling aneh adalah ternyata banyak orang yang bergabung dengan ideologi primitif ini. Kelompok radikal banyak muncul di daerah dengan paham dan pandangan sempit akan perbedaan. Bahkan beberapa petinggi negara tergabung, dan mengikuti paham ini seperti penyebab konflik sosial paling umum. Tentu saja hal ini akan sangat berpengaruh pada hubungan antar agama, ras, dan suku bangsa. Jika paham ini tidak segera di atasi maka akan sangat berbahaya. Mereka melakukan tindakan membunuh, menyiksa dan tindakan tidak berprikemanusian lain atas dasar kepercayaan yang mereka yakini. Biasanya kelompok radikal ini memiliki tujuan untuk mendirikan sebuah negara dengan paham yang mereka anut.
4.      Perebutan Lahan Untuk Lokasi Tempat Ibadah
Tempat ibadah merupakan tempat yang digunakan oleh para penganut kepercayaan untuk melakukan peribadatan. Ibadah merupakan sebuah aktifitas untuk bisa lebih dekat dengan sang pencipta. Ibadah juga menjadi sarana untuk bisa memanjatkan doa. Tempat ibadah merupakan hal pokok yang harus dimiliki para penganut kepercayaan seperti juga pengendalian konflik sosial . Selain sebagai tempat beribadah tempat ini juga berfungsi untuk aktifitas keagamaan lainnya. Kadangkala ada pihak yang mengklaim lokasi tanah tempat ibadah menjadi tanah untuk lokasi ibadah lain. Dengan megatasnamakan agama ini lah maka hal ini dapat memicu timbutnya konflik. Sengketa perebutan tanah untuk lokasi ibadah banyak terjadi dan membutuhkan tindakan pecengahan sesegera mungkin. Karena jika isu agama telah telibat maka bisa menimbulkan konflik yang lebih besar.
5.      Kurangnya Kesadaran Masyarakat Akan Toleransi dan Keharmonisan 
Toleransi merupakan salah satu upaya untuk menjaga persatuan dan kesatuan antar umat beragama. Apalagi menghadapi segala perbedaan yang ada tentu toleransi harus diutamakan. Jika toleransi tidak dipegang sepenuhnya maka dunia tidak akan mampu berjalan dengan harmonis. Setiap pemeluk agama akan merasa was was dan tidak tenang. Tentunya kondisi itu dapat memicu konflik jika ada orang yang tidak bertanggung jawab, melemparkan isu yang memicu timbulnya permusuhan. Kesadaran bahwa kita hidup dengan segala perbedaan tentu akan membuat kita lebih bijak menyiasati setiap perbedaan yang ada seperti dampak konflik agama . Dengan mengedepankan toleransi maka keamanan dan perdamaian dunia akan dapat terwujud.
6.      Perbedaan Penafsiran Terhadap Isi Kitab Suci yang Diyakini
Setiap penganut agama pasti memiliki kitab suci sebagai pedoman hidup. Tentu saja isi setiap kitab suci umat beragama berbeda-beda. Sehingga ketika kita menafsirkan isi kitab suci tentu ada hal yang bisa jadi bersinggungan. Perbedaan penafsiran ini tentu bukan merupakan hal yang harus dibesar besarkan seperti latar belakang konflik suriah. Karena setiap pemeluk akan meyakini isi kitab yang diyakininya sehingga anda tidak bisa menyamakan antara satu kitab suci dan kitab suci lainnya. Memilili pandangan yang luas dan terbuka merupakan hal yang bisa dilakukan untuk menyikapi hal ini .
2.3  Dampak Akibat SARA
Ada sebab tentu saja ada akibat yang harus dinggung. Begitu juga dengan kondisi diatas, konflik sara akan menimbulkan dampak tidak hanya pada individu / kelompok yang berkonflik namun juga akan berdampak pada masyarakat sekitar, dan dampak secara tidak langsung juga akan dirasakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Berikut merupakan beberapa dampak yang ditimbulkan dari konflik SARA:
1.      Ketegangan Antara Individu atau Kelompok yang Berkonflik
Konflik sara bisanya diawali terjadi karena adanya perbedaan pendapat dan cara pandang antara lebih dari satu penganut  agama seperti latar belakang yugoslavia. Konflik dimulai dari individu kemudian berkembang ke kolompok yang lebih besar dan melibatkan lebih banyak orang terseret didalamnya. Akibat awal yang akan terjadi dari timbulnya konflik ini adalah tentu ketegangan antara individu dan kelompok yang berkonflik. Jika tidak segera diredam maka ketegangan ini akan dapat menimbulkan konflik lain yang lebih besar lagi. Oleh karena itu, sebisa mungkin ketegangan ini harus segera di redam dan diselesaikan. Biasanya pada saat ini diperlukan seorang mediator netral untuk memediasi kedua individu atau kelompok yang berkonflik agar berdamai.
2.      Memicu Tindak Kekerasan
Setelah timbulnya ketegangan maka secara psikologis akan mempengaruhi  jiwa seseoramg dan dapat memicu timbulnya tindak kekerasan. Tindakan ini biasanya timbul dalam konflik antara dua kelompok yang memiliki pemikiran radikal. Mereka tidak segan segan menggunkan tindak kekerasan agar tujuannya mendapat pengakuan dan di benarkan. Padahal dari sini saja kita dapat melihat bahwa tindakan ini merupakan tindakan yang salah. Karena bagaimanapun, apapun ajaran yang dipercayai tidak membolehkan untuk saling menyakiti dan melukai sesama manusia. Kondisi yang demikian tentu harus segera diatasi oleh para penegak hukum seperti pada tahap penyelesaian konflik yugoslavia , jika tidak maka tindakan ini dapat semakin meluas dan mengancam banyak jiwa.
3.      Hilangnya Rasa Aman dalam Kehidupan Bermasyarakat
Sudah tentu bahwa jika terjadi tindak kekerasan maka akan memicu tindakan kerusuhan yang lain seperti juga penyebab perang pakistan dan india .  Dengan kondisi demikian maka masyarakat akan merasa ketakutan dan tidak aman. Keadaan ini bukan hanya berdampak pada kelompok yang berkonflik namun, juga masyarakat sipil di sekitar akan terkena dampaknya. Akibatnya banyak anak anak tidak akan dapat bermain dengan leluasa, tidak bisa sekolah karena takut akan adanya penyerangan. Orang orang dewasa akan ketakutan saat berangkat bekerja, para pemilik usaha akan ketakutan jika usahanya menjadi sasaran. Kondisi yang demikian tentu amat mengerikan dan tak dapat dibayangkan. Lambat laun perekonomian akan lumpuh karena tidak ada transaksi keuangan. Banyak orang yang memutuskan menyimpan uangnya, menarik tabungan nya untuk berjaga jaga jika kondisi konflik semakin pelik.

4.      Jatuhnya Korban Jiwa dan Kerugian Harta Benda
Kondisi keamanan yang tidak stabil, kerusuhan dan kekerasan yang terjadi tentu saja menimbulkan korban yang berjatuhan. Entah itu korban luka, atau bahkan hingga meninggal tidak dapat dihindari seperti pada latar belakang konflik kamboja . Akibatnya konflik akan semakin memanas, karena banyaknya korban yang berjatuhan yang akan menyebabkan salah satu pihak tidak terima dan berusaha untuk membalas. Maka, tidak perlu menunggu lama agar perang pecah. Tidak hanya korban jiwa yang berjatuhan, harta benda juga akan tidak luput dampak konflik. Karena terdesak maka pihak tertentu akan menjarah toko, merampok dan merusak fasilitas umum yang anda. Jika kondisi ini tidak dapat segera di take over oleh organisasi militer dan kepolisisan setempat maka tinggal menunggu waktu saja. Perang antar penganut agama yang lebih melibatkan banyak pihak akan terjadi.
5.      Mengancam Keutuhan Persatuan dan Kesatuan Dalam Kehidupan Berbangsa
Dengan kondisi yang terjadi pada poin sebelumnya, maka kerukunan antar umat beragama akan hilang. Sehingga persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bernegara akan runtuh. Dengan demikian maka tinggal menunggu waktu saja. Seberapa lama negara mampu bertahan menghadapi konflik internal yang terjadi seperti latar belakang tragedi allepo . Jika gagal menghadapi kondisi ini maka yang akan terjadi adalah negara tersebut akan hancur dan hanya menyisakan namanya dalam sejarah dunia. Dan jika berhasil menuntaskan konflik ini maka akan membutuhkan waktu yang lama untuk sebuah negara dapat bangkit dan kembali pada kondisi sebelumnya.
6.      Menimbulkan Terpicunya Terjadi Konflik Lain
Sudah menjadi kodratnya, manusia akan merasakan nasib yang sama terutama kepada saudara mereka dengan keyakinan, suku dan ras yang sama. Kodrat inilah yang kemudian memunculkan rasa ingin membantu dan meringankan beban mereka yang berada di zona konflik. Sebenarnya hal ini merupakan hal yang positif dan patut mendapat apresiasi. Namun, di lain hal kondisi ini akan memicu pertentangan lain seperti contoh konflik antar ras . Serta dapat menyebabkan timbulnya konflik lain seperti konflik antar ras, suku dan etnis. Sehingga kondisi ini akan semakin pelik dan sulit menemukan cara penyelesaian yang tepat.
2.4  Upaya Penanganan SARA
Hal –hal yang perlu kita lakukan sebagai upaya mengatasi konflik SARA di Indonesia:
1.      Berdoa pada Tuhan Yang Maha Kuasa
Doa pada Tuhan sangat penting dalam kehidupan orang beriman. Melihat dari sila pertama Pancasila saja sudah menyiratkan akan betapa berharganya campur tangan Tuhan dalam hidup manusia. Untuk dapat mengatasi konflik SARA yang semakin pelik ini, kita harus mengandalkan Tuhan dengan memohon kekuatan dari Nya untuk dapat mengatasi konflik SARA dan mengendalikan diri. Kita harus bersyukur pada Tuhan yang telah menciptakan kita pada suku, agama, ras, dan golongan tertentu. Seringkali ada orang yang menyalah-nyalahkan Tuhan atas penempatan dirinya di sebuah keluarga dengan suku tertentu yang sangat berbeda dan kurang dapat diterima oleh masyarakat setempat. Ini sungguh hal yang tidak masuk akal dan memilukan. Pencipta memiliki kedaulatan penuh atas hidup ciptaan Nya. Kayu tidak tahu kenapa dia harus menjalani proses yang penjang dan menyakitkan untuk dapat berubah wujud menjadi kursi, kursi lebih indah ketika diolah oleh tukang kayu. Satu hal yang harus kita ingat: di manapun kita ditempatkan oleh Tuhan, kita harus selalu bersyukur atas hidup kita dan memuliakan nama Tuhan selamanya.
2.      Mengendalikan emosi
Ketika kita mendengar orang menghina kita atau sesuatu yang berhubungan erat dengan kita, seringkali kita merasa tersinggung. Oleh sebab itu, kita harus berusaha mengendalikan emosi. Jangan pernah membalas kejahatan dengan kejahatan, namun dengan kebaikan. Pada waktu diejek, jangan mengutuk, memukul, menampar, menonjok, mengeluarkan kata-kata kotor, dan sebagainya. Hal pertama yang harus dilakukan ketika perasaan kita dicampur aduk oleh orang yang menyebalkan adalah menenangkan hati. Setelah itu berdoa mohon kesabaran dari Tuhan, menasihati orang kejam itu secara sopan, dan mendoakan orang tersebut agar ia dapat bertobat. Menasihati orang secara sopan dan terbuka itu lebih baik daripada hanya membiarkannya, membalasnya, memukulnya, atau menggosipkannya di belakang karena nasihat bisa membuat orang lain memperbaiki dirinya. Bayangkan saja kalau kejahatan dibalas dengan kejahatan itu tidak akan pernah berujung, selalu ada kelanjutan dari perseteruan itu dan balas dendam. Selain itu, cap negatif dari orang jahat itu terhadap kita akan semakin buruk. Hal ini tidak akan menyelesaikan masalah, malah cuma menambah dan memperbesar konflik saja. Orang yang disakiti juga akan menyakiti orang-orang lain yang tak bersalah akibat emosi yang meluap-luap dari hatinya.
3.      Jangan menghakimi dan berpikiran negatif tentang suku, agama, ras, dan golongan yang berbeda
Saat menjumpai beberapa orang dari golongan tertentu yang memiliki sifat buruk sama, jangan pernah menghakimi atau menghina golongan tersebut. Sebagai contoh, orang kaya di sekitar rumah Anda semuanya suka membuang sampah sembarangan. Lalu Anda langsung menyimpulkan bahwa orang kaya itu tidak bertanggung jawab. Hal ini tidak boleh dilakukan karena tidak semua orang seperti itu. Kesimpulan yang didapat tidak menyeluruh, tapi hanya dari sudut pandang Anda saja. Masih ada banyak orang kaya yang bertanggung jawab dan membuang tempat sampah pada tempatnya. Itu adalah pandangan subjektif yang tidak adil dan sangat picik dengan menyamaratakan orang lain berdasarkan suku, agama, ras, dan golongan tertentu.
Dengan menghakimi orang lain, berarti merasa lebih baik darinya padahal semua orang sama-sama pernah berbuat dosa dan memiliki kelemahan. Orang yang suka menghakimi orang lain adalah orang yang sombong dan tidak menghormati Tuhan. Menghakimi itu hak khusus Tuhan saja, bukan manusia. Dengan memandang rendah dan menghakimi orang lain berarti sama dengan mengambil alih kekuasaan Tuhan. Padahal bagaimanapun juga, hak Sang Pencipta Yang Kudus dan Sempurna tidak bisa diminta oleh manusia yang penuh noda. Jangan suka mencari-cari kesalahan orang lain dan membesar-besarkan nya, tetapi introspeksi diri sendiri terlebih dulu. Apakah ada tindakan kita yang salah sehingga membuat orang lain membenci kita. Jika ada, perbaiki karakter pribadi dan jadi orang yang lebih bijaksana.  Ketika ada orang dari suku, agama, ras, dan golongan yang berbeda, bertemanlah dengan orang tersebut. Jangan pernah menjauhi dan membeda-bedakan orang. Jangan pula membanding-bandingkan antara suku, agama, ras, dan golongan satu dengan yang lainnya. Tiap suku, agama, ras, dan golongan memiliki keunikan, kelebihan, dan kekurangan masing-masing.

4.      Jangan memaksakan kehendak pada orang lain
Pemaksaan yang saya maksud di sini, khususnya berkaitan dengan agama. Ada orang yang berpikir bahwa ia memeluk agama yang terbaik. Mungkin memang benar demikian. Jika ingin bersaksi tentang iman di agama tertentu boleh-boleh saja. Hal ini sering saya dan teman-teman saya lakukan. Namun yang salah adalah jika seseorang memaksakan kehendak pada orang lain untuk memeluk agamanya dengan menjelek-jelekkan agama lain. Jika orang lain mau percaya, itu bagus. Namun bila tidak percaya pun juga tidak menjadi masalah. Bersaksi bukan keberhasilan mengajak orang masuk agama tertentu tapi bersandar pada Tuhan yang mampu mengubahkan hati. Selain itu, kita juga menceritakan tentang kebenaran firman Tuhan baik dari Kitab Suci maupun pengalaman rohani. Jangan pernah memaksakan kehendak pada orang lain, apalagi dengan melakukan pengancaman, pengeboman, penyogokan, teror, kekerasan, dan lain-lain. Semua itu hanya akan memperkeruh suasana. Tuhan tidak ingin umat Nya saling menghancurkan sebab kejahatan dan pemaksaan itu juga pasti meremukkan hati Tuhan yang sangat memperhatikan umat Nya.
5.      Menghormati dan mengasihi orang lain
Apakah Anda ingin dihina oleh orang lain? Saya percaya tidak ada orang yang ingin dihina dan disepelekan. Oleh sebab itu, kita harus menyadari akan hal ini. Jangan menghina dan menjauhi orang lain bila Anda tidak mau dihina dan dijauhi. Jangan menyuruh-nyuruh orang lain jika Anda tidak ingin disuruh-suruh. Jangan memukul orang kalau tidak mau dipukul. Jangan pamer dan menyombongkan kelebihan diri jika Anda tidak suka orang yang suka pamer. Seorang pelukis yang lukisannya diinjak-injak akan sedih karena hasil karyanya diremehkan, padahal ia telah berjuang keras untuk membuat karya terbaik. Jangan memperlakukan orang lain secara kasar karena itu bukan hanya menyakiti hati sesamamu, melainkan juga hati Tuhan yang telah menciptakan manusia. Hormati dan kasihi orang lain seperti menghormati dan mengasihi diri sendiri dan juga Sang Pencipta kita. Maafkan dan ampuni orang yang bersalah pada kita walaupun mereka tidak minta maaf. Ini memang sulit. Tetapi tetaplah beriman bahwa bersama Tuhan, tidak ada yang tak mungkin asal hati kita benar-benar mau tulus mengasihi sesama dan menyenangkan hati Nya. Tiap ada kemauan untuk damai, selalu ada jalan.


BAB 3
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Sara adalah berbagai pandangan dan tindakan yang didasarkan pada sentimen identitas yang menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau kesukuan, dan golongan. Dalam pengertian lain, SARA dapat disebut diskriminasi yang merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, dimana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut.
3.2  Saran
Kita sebagai penerus bangsa harus lebih terbuka terhadap perbedaan yang ada dan jangan mudah terpancing oleh isu isu agama yang sedang berkembang. Dengan menyadari bahwa kita hidup dinegara yang heterogen dimana isu kecil dapat terpicu menjadi konflik maka sudah wajib untuk membekali diri dengan ilmu dan pandangan yang luas serta mengedepankan logika dan penyelesaian masalah secara musyawarah. Saling menghormati dan menghagai setiap kepercayaan yang di anut. Maka dengan begini, kehidupan dan kerukunan antar umat beragama akan terpelihara. Sehingga kehidupan berbangsa dan bernegara akan selalu harmonis, aman, dan damai.












DAFTAR PUSTAKA