SHIFA SANDRINADYA
Selasa, 24 Maret 2020
Sabtu, 21 Maret 2020
Makalah Ilmu Alamiah Dasar
MAKALAH
ILMU
ALAMIAH DASAR
Disusun
oleh :
Nama : Shifa Sandrinadya Munandar
NPM : 16519043
Kelas : 1PA09
JURUSAN
PSIKOLOGI
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2020
KATA
PENGANTAR
Penulis
mengucapkan puji serta syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan ridha-NYA sehingga makalah yang berjudul “ILMU ALAMIAH
DASAR” ini dapat diselesaikan dengan lancar. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas pertama mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar. Penulis mengucapkan terimakasih
kepada Ibu Faaiza Supandi, S.Psi., Msi., selaku dosen mata kuliah Ilmu Alamiah
Dasar serta semua pihak yang telah memberikan bantuan dan saran atas penyusunan
makalah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh
karena itu, penulis akan sangat menghargai kritik dan saran untuk membangun
makalah ini menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik untuk
penulis maupun para pembaca.
Jakarta, 20
Maret 2020
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR
ISI.........................................................................................................................iii
BAB 1
PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1 Latar
Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan
Masalah.............................................................................................................2
1.3 Tujuan
Penulisan...............................................................................................................2
1.4 Manfaat
Penulisan.............................................................................................................2
BAB 2
ISI................................................................................................................................3
2.1 Pengertian
Ilmu Alamiah Dasar........................................................................................3
2.2 Perkembangan
Alam Pikiran Manusia..............................................................................3
2.3 Membedakan
Mitos, Legenda, dan Cerita Rakyat............................................................5
2.3.1
Mitos....................................................................................................................5
2.3.2
Legenda................................................................................................................6
2.3.3
Cerita Rakyat........................................................................................................6
BAB
3
PENUTUP....................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................8
3.2 Saran..................................................................................................................................8
DAFTAR
PUSTAKA...............................................................................................................9
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Panca indera akan memberikan tanggapan terhadap semua rangsangan dimana
tanggapan itu menjadi suatu pengalaman. Pengalaman yang diperoleh terakumulasi
oleh karena adanya kuriositas manusia. Pengalaman merupakan salah satu
terbentuknya pengetahuan, yakni kumpulan fakta-fakta. Pengalaman akan bertambah
terus seiring berkembangnya manusia dan mewariskan kepada
generasi-generasi berikutnya. Pertambahan pengetahuan didorong oleh
pertama untuk memuaskan diri, yang bersifat non praktis atau teoritis guna
memenuhi kuriositas dan memahami hakekat alam dan isinya kedua, dorongan
praktis yang memanfaatkan pengetahuan itu untuk meningkatkan taraf hidup yang
lebih tinggi. Dorongan pertama melahirkan Ilmu Pengetahuan Murni (Pure Science)
sedang dorongan kedua menuju Ilmu Pengetahuan Terapan (Aplied Science).
Pengetahuan didapat
dengan berbagai pendekatan seperti halnya pengetahuan berupa mitos atau legenda
menggunakan pendekatan kepercayaan yakni kebenarannya hanya atas dasar percaya
maka pendekatan pengetahuan semacam ini bersifat irrasional, begitu pula pengetahuan
yang sifatnya falsafi pendekatan kebenarannya hanya mengandalkan nalar = akal =
rasio belaka maka dikenalah pendekatan pengetahuan rasional sehingga munculah
persepsi paham kebenaran irrasionalime dan rasionalisme.
Ilmu alamiah sebagai hasil perkembangan pola pikir
manusia yang terakumulasi dari hasil pengamatan dan pengalaman telah mendorong
manusia untuk melahirkan pendekatan kebenaran yang tidak hanya mengandalkan
kemampuan rasio belaka, dorongan tersebut setidaknya terdiri dari dua sisi : yakni
dorongan pertama adalah dorongan untuk memuaskan diri sendiri yang sifatnya non
praktis atau teritis guna memenuhi kuriositas dan memahami tentang hakikat alam
semesta dan segala isinya, yang selanjutnya melahirkan pure science (Ilmu
pengetahuan murni). Sementara dorongan yang ke-dua adalah dorongan yang
sifatnya praktis, dimana ilmu pengetahuan dimanfaatkan untuk meningkatkan tarap
hidup yang lebih tinggi, dan selanjutnya disebut dengan Applied science (Ilmu
pengetahuan terapan/teknologi).
1.2 Rumusan
Masalah
Untuk lebih sistematis, saya
merumuskan masalah-masalah pokok yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Apa
yang dimaksud dengan Ilmu Alamiah Dasar?
2. Bagaimana
perkembangan alam pikiran manusia sejak dulu hingga sekarang?
3. Apa
perbedaan antara mitos, legenda, dan cerita rakyat beserta contoh dan maknanya?
1.3 Tujuan
Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di
atas, tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui pengertian dari Ilmu Alamiah Dasar.
2. Untuk
mengetahui perkembangan alam pikiran manusia sejak dulu hingga sekarang.
3. Untuk
membedakan antara mitos, legenda, dan cerita rakyat serta mengetahui contoh dan
maknanya.
1.4 Manfaat
Penulisan
Manfaat
yang akan diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat
mengetahui dan memahami pengertian dari Ilmu Alamiah Dasar.
2. Dapat
mengetahui dan memahami perkembangan alam pikiran manusia sejak dulu hingga
sekarang.
3. Dapat
mengetahui dan memahami perbedaan antara mitos, legenda, dan cerita rakyat
beserta contoh dan maknanya.
BAB
2
ISI
2.1
Pengertian Ilmu Alamiah Dasar
Ilmu Alamiah Dasar (IAD) dapat diartikan
sebagai Ilmu Pengetahuan Alam (natural science) yang mengkaji tentang gejala-gejala
dalam alam semesta sehingga terbentuklah konsep dan prinsip. Ilmu Alamiah Dasar
hanya mengkaji konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar yang bersifat esensial,
contohnya seperti Biologi, Fisika, dan Kimia, ketiga ilmu tersebut juga
memiliki turunan lagi. Ilmu Alamiah Dasar merupakan disiplin ilmu yang dapat berubah
sesuai kemajuan peradaban manusia.
Ilmu Alamiah Dasar (IAD)
mempermasalahkan struktur dari berlangsungnya dunia alam, dimana manusia pun
dianggap sebagai bagian dari alam itu sendiri dan lingkungan hidup meliputi
sejumlah kondisi ekstern disekitar organisme yang ikut serta secara dekat
mempengaruhi kehidupan dan perkembangan organisme yang bersangkutan. Ilmu ini
bukanlah suatu ilmu mandiri, melainkan merupakan kumpulan pengetahuan tentang
konsep-konsep dasar dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi.
Ilmu Alamiah Dasar
(IAD) selalu merumuskan masalahnya dari gejala-gejala yang realitas sehingga
metode yang dapat digunakan dalam ilmu alamiah dasar adalah metode-metode yang
tidak lepas dari objek-objek materi yang dapat dilihat dan dirasa oleh panca
indra. Metode-metode yang digunakan dalam menafsirkan Ilmu Alamiah Dasar adalah
metode-metode alamiah yang dapat di lihat oleh indra, sehingga tidak dapat
dengan mudah untuk mengambil keputusan untuk membuat prinsip mengenai Ilmu
Alamiah dasar jika tidak ada realitanya.
2.2 Perkembangan
Alam Pikiran Manusia
Manusia
pada hakikatnya merupakan makhluk hidup yang unik. Berdasarkan tata nama
biologi, manusia adalah Homo sapiens yang mengisyaratkan pengertian makhluk
tergolong Homo yang memperlihatkan ciri khas “jenis” yang dapat berpikir setiap
saat sejak lahir sampai akhir hayatnya (Trianto, 2007). Berpikir itulah yang
mencirikan hakikat manusia. Manusia di samping memiliki kemampuan biologis
dapat juga mengembangkan penalarannya, misalnya dalam menghadapi kesulitan yang
ditimbulkan oleh perubahan suhu lingkungan, manusia dengan penalarannya dapat
menciptakan sesuatu untuk menghindari dampak negatif perubahan suhu tersebut.
Manusia dapat menghindari dampak negatif dari perubahan suhu panas ke suhu
dingin yang ditimbulkannya dengan membuat api. Bagaimana manusia memperoleh
keunikan dalam pengembangan penalaran tersebut? Secara kodrati manusia
mempunyai perkembangan yang berbeda dengan makhluk hidup lain baik secara
ontogenik maupun filogenetiknya. Ontogenik adalah perkembangan individu dari embrio
sampai dewasa. Walaupun secara garis besar, perkembangan ontogenik pada manusia
tidak jauh berbeda dengan makhluk hidup lain khususnya hewan bertulang belakang
(vertebrata), tetapi pada proses pembentukan susunan syaraf, manusia berkembang
lebih baik daripada vertebrata. Mekanisme ini menyebabkan manusia lebih
superior dalam menanggapi setiap apa yang terjadi baik dari dalam maupun luar
diri manusia.
Rasa
ingin tahu yang dimiliki manusia, menyebabkan alam pikiran manusia berkembang.
Ada dua macam perkembangan yang dapat kita ketahui adalah sebagai berikut :
1. Perkembangan
Alam Pikiran Manusia Sejak Dilahirkan sampai Akhir Hayatnya
Alam pikiran seorang bayi yang baru
dilahirkan, mengalami perkembangan yang hampir serupa dari zaman ke zaman.
Ketika bayi tumbuh menjadi anak kecil yang mulai bisa mengamati lingkungan,
muncul bermacam-macam pertanyaan di dalam pikirannya. Untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan itu, anak kecil mengadakan penyelidikan sendiri atau
bertanya kepada ibu, ayah, kakak atau orang lain yang mengasuhnya. Alam pikiran
anak berkembang dengan pesat. Rasa ingin tahu seorang anak akan melemah,
apabila orang-orang di sekelilingnya terlalu sibuk, terlalu malas atau terlalu
bodoh untuk memuaskan rasa ingin tahu anak tersebut. Dengan demikian, perkembangan
alam pikiran anak akan terhambat. Alam pikiran manusia semakin berkembang
sesuai dengan peningkatan umurnya, sampai pada suatu saat di mana umurnya
semakin tua akan terjadi penurunan daya ingat sehingga alam pikiran manusia
tidak lagi berkembang, tetapi berhenti bahkan sering kali kembali seperti masa
kanakkanak.
2. Perkembangan
Alam Pikiran Manusia Sejak Zaman Purba hingga Dewasa Ini
Pada zaman purba, manusia sudah
menghadapi berbagai teka-teki yakni terbit dan terbenamnya matahari, perubahan
bentuk bulan, pertumbuhan dan pembiakan makhluk hidup, adanya angin, petir,
hujan, dan pelangi. Terdorong rasa ingin tahu yang sangat kuat, manusia purba
mulai menyelidiki apa penyebab terjadinya fenomena-fenomena itu dan apa
akibatnya. Penyelidikan ini menghasilkan jawaban atas banyaknya persoalan,
tetapi kemudian akan timbul persoalan-persoalan baru. Dengan demikian, alam
pikiran manusia purba mulai berkembang. Perkembangan itu berlangsung terus
sampai sekarang dan akan berlanjut di masa mendatang. Meskipun semua orang
memiliki rasa ingin tahu, tetapi tidak setiap orang mampu dan mau mengadakan
penyelidikan sendiri. Banyak yang sudah merasa puas dengan memilih jalan pintas
yakni bertanya kepada orang lain yang telah menyelidiki atau bertanya kepada
orang lain yang sudah bertanya. Jadi, dari tangan kedua, ketiga dan seterusnya.
Cara melalui jalan pintas ini pun menyebabkan alam pikiran manusia berkembang.
Pengetahuan yang terkumpul diwariskan dari generasi ke generasi, lalu ditambah
dengan pengetahuan yang baru didapat.
2.3 Membedakan
Mitos, Legenda, dan Cerita Rakyat
Mitos, legenda, dan cerita rakyat
merupakan bagian dari karya sastra yang berkembang di kalangan masyarakat
tertentu dan disebarluaskan secara lisan dengan menggunakan bahasa daerah masing-masing.
Ini merupakan salah satu perwujudan unsur kebudayaan di Indonesia.
2.3.1
Mitos
Mitos adalah cerita prosa
rakyat yang ditokohi para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia
lain (kayangan) dan dianggap benar-benar terjadi oleh empunya cerita atau
penganutnya. Mitos pada umumnya menceritakan tentang terjadinya ssalam semesta,
dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi, petualangan para dewa, kisah
percintaan mereka dan sebagainya. Sebagai contoh mitos adalah Tarian Ritual
Barong Kemiren di Banyuwangi.
Asal-usul Tarian Ritual Barong Kemiren berawal dari
perjalanan seorang Patih Pajajaran ix yang mengungsi akibat perang Puputan Bayu
di alas Kemirian yang sekarang menjadi desa Kemiren. Setelah itu, muncul wabah
pageblug dan tercipta sebuah barong. Untuk menjaga keidentitasnya, maka berdasarkan
olah cipta dan kreasi masyarakat lahirlah sebuah teater rakyat yang menyuguhkan
pertunjukan seni musik, tari, lagu, akrobatik dan drama, yang dibalut aroma
mistis yang kuat sehingga masyarakat menyebutnya sebagai “Tarian Ritual Barong
Kemiren”. Tujuan dari barong kemiren adalah untuk tolak bala penyakit serta
sebagai ucapan syukur atas rezeki yang melimpah. Mitos dalam tarian ritual
barong kemiren terdapat pada aspek lisan dan nonlisan yang terdiri babak,
wangsalan, busana, mantra, sesajen, dan tembang serta ketentuan-ketentuan
berwujud larangan yang tidak boleh dilanggar oleh masyarakat pemiliknya. Nilai
budaya yang terkandung pada cerita ini yakni nilai (1) religiusitas yang
terdiri dari sikap keimanan dan ketakwaan manusia terhada Tuhan, keteringatan
manusia terhadap Tuhan, dan kepasrahan manusia terhadap Tuhan , (2) nilai
sosial yang terdiri dari sikap menepati janji, kerukunan, suka menolong, dan
musyawarah, serta (3) nilai kebribadian yang terdiri dari sikap keberanian, dan
kesungguhan. Fungsi dari adanya mitos di antaranya menyadarkan manusia bahwa
ada kekuatan-kekuatan ajaib, sebagai dasar melakukan tindakan, sebagai sumber
ilmu pengetahuan, sebagai sarana pendidikan, fungsi sosial budaya dan fungsi
ekonomi.
2.3.2
Legenda
Legenda
adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang empunya cerita sebagai suatu
kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi. Menurut Danandaja (2002) legenda
bersifat sekuler (keduniawian), terjadinya pada masa yang belum begitu lampau,
dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang. Legenda sering
dipandang tidak hanya merupakan cerita belaka namun juga dipandang sebagai
sejarah. Berdasarkan pendapat para ahli, legenda adalah cerita yang turun
temurun dipercayai pernah terjadi dimasyarakat baik bersifat gaib, perseorangan,
setempat dan berupa keagamaan. Sebagai contoh legenda adalah Pulau Simardan
dari Sumatera Barat.
Pulau
Simardan adalah salah satu pulau yang terdapat di Tanjung Balai, Kab. Asahan,
Provinsi Sumatera Utara, Indonesia, menurut ceritanya pulau ini terbentuk
karena karamnya kapal seorang anak durhaka sama seperti cerita si malin kundang
dari Sumatera Barat, cuma yang membedakannya adalah Malin Kundang menjadi batu,
semantara Simardan jadi Pulau dan istrinya menjadi Kera putih. Berdasarkan
fakta dan sumber dari foto dan peninggalan-peninggalan cerita tersebut, maka
masyarakat mempercayai legenda Pulau Sumardan benar-benar terjadi pada jaman
dahulu.
Makna
dari legenda Pulau Simardan ini sebagai nasehat kepada generasi muda agar tidak
melawan orang tua apa lagi tidak mengakui orang tuanya sebagai orang tua
seperti yang diceritakan dalam legenda dan sebagai petua yang tidak langsung.
2.3.3
Cerita Rakyat
Cerita rakyat dapat diartikan sebagai
ekspresi budaya suatu masyarakat melalui bahasa tutur yang berhubugan langsung
dengan berbagai aspek budaya dan susunan nilai sosial masyarakat. Biasanya
cerita rakyat diwariskan secara turun temurun secara lisan dan berkembang di
lingkungan masyarakat. Berikut adalah contoh cerita rakyat Tan Talanai yang
berasal dari Jambi.
Tan Talanai adalah seorang raja di salah
satu Kerajaan Jambi. Sang raja memiliki seorang anak laki-laki yang diharapkan
dapat meneruskan tahtanya sebagai Raja Jambi. Tiga hari setelah putranya lahir,
sang raja membuang putra kandungnya ke laut dikarenakan ia mendapat laporan
dari ahli nujum istana bahwa kehadiran bayi tersebut akan membawa malapetaka
bagi kerajaannya, yaitu kelak anaknya akan membunuhnya saat dewasa.
Sementara itu, Ratu Negeri Siam yang
bernama Tuan Putri sedang memancing di laut dan menemukan sebuah peti yang
berisi putra dari Tan Talanai. Sejak saat itu, putra Tan Talanai menjadi salah
satu anggota Kerajaan Siam. Dibawah asuahn Tuan Putri, ia tumbuh menjadi
seorang anak yang cerdas dan sakti.
Suatu hari, putra Tan Talanai
menghampiri Tuan Putri dan menanyakan siapa sebenarnya ayahnya, kemudian Tuan
Putri menjelaskan yang sebenarnya terjadi. Mendengar penjelasan Tuan Putri,
anak tersebut menjadi marah dan menyusun rencana untuk melakukan penyerangan ke
negeri Jambi. Singkat cerita, perang pun terjadi dan menyisakan pertarungan
satu lawan satu antara Tan Talanai dan putranya. Pertarungan ayah dan anak itu
terus berlangsung sampai akhirnya Tan Talanai mengalah karena menyadari
kekhilafannya dan menjelaskan mengapa dia membuang putra kandungnya.
Mendengar penjelasan dari ayahnya, hati
anak itu menjadi luluh dan memaafkan semua perbuatan ayahnya. Dia mengajak ayah
dan ibu kandungnya untuk tinggal bersama di Kerajaan Siam dan mereka pun hidup
bahagia. Kemudian, putra Tan Talanai diangkat menjadi Raja Siam. Hingga saat
ini, sebagian orang percaya bahwa raja siam berasal dari Jambi.
Makna yang dapat diperoleh dari cerita
rakyat diatas adalah jangan cepat percaya pada ramalan karena akan berakibat
buruk bagi diri sendiri, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Raja Tan Talanai
dan juga keutamaan sifat pemaaf sebagaimana yang ditunjukkan oleh putra Tan
Talanai yang memaafkan segala kesalahan ayahnya. Dengan sifat pemaaf ini,
keharmonisan keluarga dapat selalu terjaga dan perselisihan pun dapat
terhindarkan.
BAB
3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Ilmu Alamiah Dasar (IAD)
mempermasalahkan struktur dari berlangsungnya dunia alam, dimana manusia
dianggap sebagai bagian dari alam itu sendiri dan lingkungan hidup meliputi
sejumlah kondisi ekstern disekitar organisme yang ikut serta secara dekat
mempengaruhi kehidupan dan perkembangan organisme yang bersangkutan. Ilmu ini
bukanlah suatu ilmu mandiri, melainkan merupakan kumpulan pengetahuan tentang
konsep-konsep dasar dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi.
Rasa ingin tahu yang dimiliki manusialah
yang menyebabkan alam pikiran manusia berkembang. Ia
mempunyai kemampuan untuk berpikir sehingga rasa keingintahuannya tidak tetap
sepanjang zaman. Karena apa? Karena manusia akan selalu bertanya apa,
bagaimana, dan mengapa begitu. Manusia juga mampu menggunakan pengetahuannya
yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan pengetahuan yang baru sehingga
menjadi pengetahuan yang lebih baru. Ada dua macam perkembangan alam pikiran
manusia, yakni perkembangan alam pikiran manusia sejak dilahirkan sampai akhir
hayatnya dan perkembangan alam pikiran manusia, sejak zaman purba hingga dewasa
ini.
3.2
Saran
Kita sebagai manusia perlu mengembangkan
penalaran dan pemikiran yang lebih luas terhadap gejala-gejala alam di sekitar,
sehingga kita menjadi tanggap terhadap suatu masalah yang terjadi di lingkungan
masyarakat. Ilmu Alamiah Dasar ini sangat penting untuk dipelajari agar kita
dapat menjelaskan perkembangan naluri kehidupan manusia, dapat menjelaskan
perkembangan alam pikir manusia dalam memenuhi kebutuhan terhadap rasa ingin
tahunya, serta dapat memberi alasan yang diterima mitos dalam kehidupan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyudi,
I. W., & Suardana, A. K. (2019). ILMU
ALAMIAH DASAR.
Harmoni, A. (1996). Pengantar
ilmu alamiah dasar. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Dewiki,
S., & Hardini, S. Y. P. K. (2014). Ilmu
Alamiah Dasar.
Desyana,
E. (2013). Mitos dalam Tarian Ritual Barong Kemiren Masyarakat Using Kecamatan
Glagah Banyuwangi.
Herawati,
T. H. (2018). Mitos Legenda Pulau Simardan Refleksi Petuah Masyarakat Tanjung
Balai. JURNAL DIALOG, 6(2).
Minggu, 02 Februari 2020
Analisis SARA
ANALISIS
SARA
(Suku,
Agama, Ras, dan Antargolongan)
Disusun
Oleh :
Shifa
Sandrinadya Munandar
Kelas
:
1
PA 09
Jurusan
Psikologi
Fakultas
Psikologi
Universitas
Gunadarma
2020
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL.................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar
Belakang....................................................................................................................1
1.2 Rumusan
Masalah ..............................................................................................................2
1.3 Tujuan
Penulisan.................................................................................................................2
BAB 2 ISI .................................................................................................................................3
2.1 Definisi
SARA.....................................................................................................................3
2.2 Faktor
Pemicu SARA..........................................................................................................4
2.3 Dampak
Akibat SARA........................................................................................................6
2.4 Upaya
Penanganan SARA...................................................................................................9
BAB 3 PENUTUP....................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................12
3.2 Saran..................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
SARA
akhir-akhir ini muncul sebagai masalah yang dianggap menjadi salah satu sebab
terjadinya berbagai gejolak sosial di negara kita. Perkelahian antara suku
Madura dan suku Dayak di Kalimantan Barat, perkelahian antara suku Makasar dan
penduduk asli Timor yang kemudian berkembang menjadi pergesekan antaragama
Katolik dan Islam, merupakan contoh peristiwa SARA (suku, agama, ras, antargolongan)
di negara kita. Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan suku bangsa, maka
masalah SARA merupakan hal biasa. Tapi ada beberapa hal menarik untuk dicermati
dalam masalah SARA. Pertama, hubungan antara suku pribumi dan nonpribumi sampai
saat ini belum dapat dipecahkan, dan tetap menjadi pemicu potensial timbulnya
konflik sosial. Kedua, SARA muncul kembali sebagai faktor pendorong timbulnya
"nasionalisme daerah", berupa upaya memisahkan suatu wilayah dari
wilayah Republik Indonesia, meskipun masalah ini secara historis seharusnya
sudah selesai ketika bangsa ini memproklamasikan Sumpah Pemuda 1928. Ketiga,
ada gejala bergesernya sebab pemicu: timbulnya gejolak sosial dari masalah SARA
ke masalah yang bersifat struktural.
SARA, khususnya agama, sering terlihat menjadi pemicu. Namun kita perlu bersikap hati-hati sebelum mengambil kesimpulan bahwa agama "adalah pemicu utama" pecahnya suatu konflik sosial. Faktor agama dari SARA hanya menjadi "limbah" suatu masalah yang lebih besar, seperti masalah penguasaan sumber daya alam, kesiapan bersaing, serta kolusi antara pejabat dan suatu etnik tertentu. Demikian pula halnya suku dalam SARA. Sebagai contoh, kebetulan etnik Cina atau suku Makasar dan Madura mampu bersaing dalam penguasaan sumber alam, maka merekalah yang dijadikan tumpuan kemarahan suku yang merasa kehilangan penguasaan sumber alamnya.
SARA, khususnya agama, sering terlihat menjadi pemicu. Namun kita perlu bersikap hati-hati sebelum mengambil kesimpulan bahwa agama "adalah pemicu utama" pecahnya suatu konflik sosial. Faktor agama dari SARA hanya menjadi "limbah" suatu masalah yang lebih besar, seperti masalah penguasaan sumber daya alam, kesiapan bersaing, serta kolusi antara pejabat dan suatu etnik tertentu. Demikian pula halnya suku dalam SARA. Sebagai contoh, kebetulan etnik Cina atau suku Makasar dan Madura mampu bersaing dalam penguasaan sumber alam, maka merekalah yang dijadikan tumpuan kemarahan suku yang merasa kehilangan penguasaan sumber alamnya.
Kita
memang perlu melihat masalah SARA dari perspektif lain, yakni perspektif
ketidakseimbangan antara suku dalam akses mereka pada sumber alam dan
faktor-faktor pada tingkat makro lain, seperti belum terciptanya birokrasi yang
secara politis netral. Perspektif seperti ini akan melihat masalah sebenarnya
yang kini dihadapi bangsa ini, karena SARA hanya merupakan "limbah"
masalah dasar itu, serta wahana mobilisasi masyarakat, guna menarik perhatian
pemerintah untuk menyelesaikan masalah dasar tersebut. Indonesia memang perlu
perubahan apabila ingin memasuki abad ke-21 dengan utuh sebagai suatu bangsa.
Masih
sulit untuk mengatakan bahwa kita telah memiliki suatu pemerintahan yang
bersih. Akibatnya, keadilan sulit dicapai. Sekelompok etnik tertentu, yang
bekerja sama dengan aparatur negara yang tak bersih, mampu lebih cepat
memanfaatkan kesempatan yang diciptakan pemerintah. Hal ini kemudian
menimbulkan masalah SARA atau sikap anti terhadap suku tertentu. Tapi kita
perlu memahami bahwa masalah tersebut muncul karena kelompok etnik itu
mengalami political insecurity dalam masyarakat, sehingga mereka perlu mencari
security melalui aliansi dengan aparatur pemerintah yang mengalami economic
insecurity.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa
definisi dari SARA?
2. Apa
saja faktor pemicu terjadinya konflik SARA?
3. Apa
dampak yang diakibatkan dari konflik SARA?
4. Bagaimana
upaya penanganan terhadap konflik SARA?
1.3 Tujuan
Penulisan
1.
Untuk mengetahui dan memahami definisi
SARA.
2.
Untuk mengetahui dan memahami faktor
pemicu terjadinya konflik SARA.
3.
Untuk mengetahui dan memahami dampak
yang diakibatkan konflik SARA.
4.
Untuk mengetahui dan memahami upaya
penanganan terhadap konflik SARA.
BAB 2
ISI
2.1 Definisi
SARA
Sara
adalah berbagai pandangan dan tindakan yang didasarkan pada sentimen identitas
yang menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau kesukuan, dan golongan. Dalam
pengertian lain, SARA dapat disebut diskriminasi yang merujuk kepada pelayanan
yang tidak adil terhadap individu tertentu, dimana layanan ini dibuat
berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi
merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini
disebabkan karena kecenderungan manusia untuk menbeda-bedakan yang lain. Ketika seseorang diperlakukan secara
tidak adil karena karakteristik suku, antargolongan, kelamin, ras, agama dan
kepercayaan, aliran politik, kondisi fisik atau karateristik lain yang diduga
merupakan dasar dari tindakan diskriminasi Diskriminasi langsung, terjadi saat
hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu,
seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang
sama. Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat peraturan yang bersifat netral
menjadi diskriminatif saat diterapkan di lapangan. SARA dapat digolongkan dalam
tiga kategori, yaitu:
1.
Kategori pertama yaitu Individual :
merupakan tindakan Sara yang dilakukan oleh individu maupun kelompok. Termasuk
di dalam katagori ini adalah tindakan maupun pernyataan yang bersifat
menyerang, mengintimidasi, melecehkan dan menghina identitas diri maupun
golongan.
2.
Kategori kedua yaitu Institusional :
merupakan tindakan Sara yang dilakukan oleh suatu institusi, termasuk negara, baik
secara langsung maupun tidak langsung, sengaja atau tidak sengaja telah membuat
peraturan diskriminatif dalam struktur organisasi maupun kebijakannya.
3.
Kategori ke tiga yaitu Kultural :
merupakan penyebaran mitos, tradisi dan ide-ide diskriminatif melalui struktur
budaya masyarakat.
2.2 Faktor
Pemicu SARA
Konflik
sara menjadi sebuah senjata jitu untuk memecah belah paham dan keyakinan yang
selama ini diyakini. Tindakan SARA merupakan sebuah upaya untuk melecehkan satu
keyakinan lain yang berbeda dengan keyakinan yang dianut. Hal tersebut
merupakan upaya untuk mengklaim bahwa kepercayaan yang dianut merupakan
kepercayaan yang paling benar. Isu sara menjadi senjata utama untuk dapat
menciptakan konflik horizontal antar umat beragama. Sudah banyak konflik yang
timbul akibat dari isu isu sara yang beredar dimasyarakat. Tentu saja paham ini
akan mengancam kesatuan dan persatuan dalam kehidupan bernegara seperti juga contoh konflik antar agama
. Paham politik SARA menciptakan kebencian antar umat beragama sehingga memicu
timbulnya tindakan kekerasan. Berikut merupakan beberapa faktor pemicu
terjadinya konflik SARA:
1. Pemahaman
Sempit Para Penganut Paham yang Menganggap Paham yang Dianut Paling Benar
Penyebab konflik sara yang pertama adalah karena adanya pandangan bahwa
kepercayaan yang di anut merupakan yang paling benar. Padahal paham yang
demikian merupakan paham yang harus dihindari. Memiliki paham yang demikian
akan memunculkan pemikiran yang berbahaya. Dengan menganggap keyakinan yang
dianut yang paling benar dan keyakinan lain salah hal ini dapat menyebabkan
dominasi dari penganut kepercayaan tententu. Dominasi ini dapat memicu
timbulnya diskriminasi pada kelompok penganut kepercayaan minoritas seperti latar
belakang konflik kamboja . Serta tentu saja hal ini akan
menyebabkan konflik antara kelompok mayoritas dan minoritas. Untuk itu,
diperlukan pengubahan dari paham yang sempit tersebut menjadi paham yang
terbuka. Dimana setiap penganut keyakinan yang berbeda harus mampu
mengedepankan logika dan nalar yang sehat. Bahwa setiap keyakinan yang dipilih
bukan didasarkan atas mana yang benar dan salah. Namum keyakinan yang dipilih adalah
sesuatu yang diyakini mampu merubah arah kehidupan menjadi lebih baik.
2. Kurangnya
Pemahaman Atas Kebebasan Dalam Bergama dan Beribadah
Kebebasan dalam beragama dan beribadah merupakan hak yang melekat sebagai
hak dasar manusia. Tidak ada satu pun pihak yang bisa memaksakan kehendak atas
apa yang akan diyakini dan dipercaya sebagai agama yang akan dianut. Kurangnya
pemahaman atas kebebasan tersebut membuat isu sara dapat berkembang menjadi
konflik yang meluas. Kadangkala satu kelompok dengan keyakinan tertentu memaksa
pihak lain untuk mengikuti mereka seperti latar
belakang tragedi aleppo . Tidak jarang juga digunakan tindakan
kekerasan hingga berujung pada pengusiran satu kelompok dari wilayah tertentu.
Padahal hal tersebut tentu merupakan tindakan yang tidak bisa dibenarkan.
Seseorang harus dengan sukarela untuk bisa menganut satu keyakinan yang ia
yakini.
3. Mengedepankan
Paham Radikalisme
Kelompok yang memaksakan kehendak mereka dan merendahkan agama lain
merupakan kelompok yang selayaknya harus segera di adili. Tidak jarang mereka
menggunakan jalan kekerasan agar tujuannya diakui dan diaetujui oleh mayoritas
masyarakat. Dan yang paling aneh adalah ternyata banyak orang yang bergabung dengan
ideologi primitif ini. Kelompok radikal banyak muncul di daerah dengan paham
dan pandangan sempit akan perbedaan. Bahkan beberapa petinggi negara tergabung,
dan mengikuti paham ini seperti penyebab
konflik sosial paling umum. Tentu saja hal ini akan sangat
berpengaruh pada hubungan antar agama, ras, dan suku bangsa. Jika paham ini
tidak segera di atasi maka akan sangat berbahaya. Mereka melakukan tindakan
membunuh, menyiksa dan tindakan tidak berprikemanusian lain atas dasar
kepercayaan yang mereka yakini. Biasanya kelompok radikal ini memiliki tujuan
untuk mendirikan sebuah negara dengan paham yang mereka anut.
4. Perebutan
Lahan Untuk Lokasi Tempat Ibadah
Tempat ibadah merupakan tempat yang digunakan oleh para penganut
kepercayaan untuk melakukan peribadatan. Ibadah merupakan sebuah aktifitas
untuk bisa lebih dekat dengan sang pencipta. Ibadah juga menjadi sarana untuk
bisa memanjatkan doa. Tempat ibadah merupakan hal pokok yang harus dimiliki
para penganut kepercayaan seperti juga pengendalian konflik
sosial . Selain sebagai tempat beribadah tempat ini juga berfungsi
untuk aktifitas keagamaan lainnya. Kadangkala ada pihak yang mengklaim lokasi
tanah tempat ibadah menjadi tanah untuk lokasi ibadah lain. Dengan
megatasnamakan agama ini lah maka hal ini dapat memicu timbutnya konflik.
Sengketa perebutan tanah untuk lokasi ibadah banyak terjadi dan membutuhkan
tindakan pecengahan sesegera mungkin. Karena jika isu agama telah telibat maka
bisa menimbulkan konflik yang lebih besar.
5. Kurangnya
Kesadaran Masyarakat Akan Toleransi dan Keharmonisan
Toleransi merupakan salah satu upaya untuk menjaga persatuan dan kesatuan
antar umat beragama. Apalagi menghadapi segala perbedaan yang ada tentu
toleransi harus diutamakan. Jika toleransi tidak dipegang sepenuhnya maka dunia
tidak akan mampu berjalan dengan harmonis. Setiap pemeluk agama akan merasa was
was dan tidak tenang. Tentunya kondisi itu dapat memicu konflik jika ada orang
yang tidak bertanggung jawab, melemparkan isu yang memicu timbulnya permusuhan.
Kesadaran bahwa kita hidup dengan segala perbedaan tentu akan membuat kita
lebih bijak menyiasati setiap perbedaan yang ada seperti dampak konflik agama .
Dengan mengedepankan toleransi maka keamanan dan perdamaian dunia akan dapat
terwujud.
6. Perbedaan
Penafsiran Terhadap Isi Kitab Suci yang Diyakini
Setiap penganut agama pasti memiliki kitab suci sebagai pedoman hidup.
Tentu saja isi setiap kitab suci umat beragama berbeda-beda. Sehingga ketika
kita menafsirkan isi kitab suci tentu ada hal yang bisa jadi bersinggungan.
Perbedaan penafsiran ini tentu bukan merupakan hal yang harus dibesar besarkan
seperti latar
belakang konflik suriah. Karena setiap pemeluk akan meyakini isi
kitab yang diyakininya sehingga anda tidak bisa menyamakan antara satu kitab
suci dan kitab suci lainnya. Memilili pandangan yang luas dan terbuka merupakan
hal yang bisa dilakukan untuk menyikapi hal ini .
2.3 Dampak
Akibat SARA
Ada
sebab tentu saja ada akibat yang harus dinggung. Begitu juga dengan kondisi
diatas, konflik sara akan menimbulkan dampak tidak hanya pada individu /
kelompok yang berkonflik namun juga akan berdampak pada masyarakat sekitar, dan
dampak secara tidak langsung juga akan dirasakan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Berikut merupakan beberapa dampak yang ditimbulkan dari konflik
SARA:
1. Ketegangan
Antara Individu atau Kelompok yang Berkonflik
Konflik sara bisanya diawali terjadi karena adanya perbedaan pendapat dan
cara pandang antara lebih dari satu penganut agama seperti latar belakang yugoslavia.
Konflik dimulai dari individu kemudian berkembang ke kolompok yang lebih besar
dan melibatkan lebih banyak orang terseret didalamnya. Akibat awal yang akan
terjadi dari timbulnya konflik ini adalah tentu ketegangan antara individu dan
kelompok yang berkonflik. Jika tidak segera diredam maka ketegangan ini akan
dapat menimbulkan konflik lain yang lebih besar lagi. Oleh karena itu, sebisa
mungkin ketegangan ini harus segera di redam dan diselesaikan. Biasanya pada saat
ini diperlukan seorang mediator netral untuk memediasi kedua individu atau
kelompok yang berkonflik agar berdamai.
2. Memicu
Tindak Kekerasan
Setelah timbulnya ketegangan maka secara psikologis akan mempengaruhi
jiwa seseoramg dan dapat memicu timbulnya tindak kekerasan. Tindakan ini
biasanya timbul dalam konflik antara dua kelompok yang memiliki pemikiran
radikal. Mereka tidak segan segan menggunkan tindak kekerasan agar tujuannya
mendapat pengakuan dan di benarkan. Padahal dari sini saja kita dapat melihat
bahwa tindakan ini merupakan tindakan yang salah. Karena bagaimanapun, apapun
ajaran yang dipercayai tidak membolehkan untuk saling menyakiti dan melukai
sesama manusia. Kondisi yang demikian tentu harus segera diatasi oleh para
penegak hukum seperti pada tahap
penyelesaian konflik yugoslavia , jika tidak maka tindakan ini dapat
semakin meluas dan mengancam banyak jiwa.
3. Hilangnya
Rasa Aman dalam Kehidupan Bermasyarakat
Sudah tentu bahwa jika terjadi tindak kekerasan maka akan memicu tindakan
kerusuhan yang lain seperti juga penyebab
perang pakistan dan india . Dengan kondisi demikian maka
masyarakat akan merasa ketakutan dan tidak aman. Keadaan ini bukan hanya
berdampak pada kelompok yang berkonflik namun, juga masyarakat sipil di sekitar
akan terkena dampaknya. Akibatnya banyak anak anak tidak akan dapat bermain
dengan leluasa, tidak bisa sekolah karena takut akan adanya penyerangan. Orang
orang dewasa akan ketakutan saat berangkat bekerja, para pemilik usaha akan
ketakutan jika usahanya menjadi sasaran. Kondisi yang demikian tentu amat
mengerikan dan tak dapat dibayangkan. Lambat laun perekonomian akan lumpuh
karena tidak ada transaksi keuangan. Banyak orang yang memutuskan menyimpan
uangnya, menarik tabungan nya untuk berjaga jaga jika kondisi konflik semakin
pelik.
4. Jatuhnya
Korban Jiwa dan Kerugian Harta Benda
Kondisi keamanan yang tidak stabil, kerusuhan dan kekerasan yang terjadi
tentu saja menimbulkan korban yang berjatuhan. Entah itu korban luka, atau
bahkan hingga meninggal tidak dapat dihindari seperti pada latar
belakang konflik kamboja . Akibatnya konflik akan semakin memanas,
karena banyaknya korban yang berjatuhan yang akan menyebabkan salah satu pihak
tidak terima dan berusaha untuk membalas. Maka, tidak perlu menunggu lama agar
perang pecah. Tidak hanya korban jiwa yang berjatuhan, harta benda juga akan
tidak luput dampak konflik. Karena terdesak maka pihak tertentu akan menjarah
toko, merampok dan merusak fasilitas umum yang anda. Jika kondisi ini tidak
dapat segera di take over oleh organisasi militer dan kepolisisan setempat maka
tinggal menunggu waktu saja. Perang antar penganut agama yang lebih melibatkan
banyak pihak akan terjadi.
5. Mengancam
Keutuhan Persatuan dan Kesatuan Dalam Kehidupan Berbangsa
Dengan kondisi yang terjadi pada poin sebelumnya, maka kerukunan antar
umat beragama akan hilang. Sehingga persatuan dan kesatuan dalam kehidupan
bernegara akan runtuh. Dengan demikian maka tinggal menunggu waktu saja.
Seberapa lama negara mampu bertahan menghadapi konflik internal yang terjadi
seperti latar
belakang tragedi allepo . Jika gagal menghadapi kondisi ini maka
yang akan terjadi adalah negara tersebut akan hancur dan hanya menyisakan
namanya dalam sejarah dunia. Dan jika berhasil menuntaskan konflik ini maka
akan membutuhkan waktu yang lama untuk sebuah negara dapat bangkit dan kembali
pada kondisi sebelumnya.
6. Menimbulkan
Terpicunya Terjadi Konflik Lain
Sudah menjadi kodratnya, manusia akan merasakan nasib yang sama terutama
kepada saudara mereka dengan keyakinan, suku dan ras yang sama. Kodrat inilah
yang kemudian memunculkan rasa ingin membantu dan meringankan beban mereka yang
berada di zona konflik. Sebenarnya hal ini merupakan hal yang positif dan patut
mendapat apresiasi. Namun, di lain hal kondisi ini akan memicu pertentangan
lain seperti contoh
konflik antar ras . Serta dapat menyebabkan timbulnya konflik lain
seperti konflik antar ras, suku dan etnis. Sehingga kondisi ini akan semakin
pelik dan sulit menemukan cara penyelesaian yang tepat.
2.4 Upaya
Penanganan SARA
1. Berdoa pada
Tuhan Yang Maha Kuasa
Doa pada
Tuhan sangat penting dalam kehidupan orang beriman. Melihat dari sila pertama
Pancasila saja sudah menyiratkan akan betapa berharganya campur tangan Tuhan
dalam hidup manusia. Untuk dapat mengatasi konflik SARA yang semakin pelik ini,
kita harus mengandalkan Tuhan dengan memohon kekuatan dari Nya untuk dapat
mengatasi konflik SARA dan mengendalikan diri. Kita harus bersyukur pada Tuhan
yang telah menciptakan kita pada suku, agama, ras, dan golongan tertentu.
Seringkali ada orang yang menyalah-nyalahkan Tuhan atas penempatan dirinya di
sebuah keluarga dengan suku tertentu yang sangat berbeda dan kurang dapat
diterima oleh masyarakat setempat. Ini sungguh hal yang tidak masuk akal dan
memilukan. Pencipta memiliki kedaulatan penuh atas hidup ciptaan Nya. Kayu
tidak tahu kenapa dia harus menjalani proses yang penjang dan menyakitkan untuk
dapat berubah wujud menjadi kursi, kursi lebih indah ketika diolah oleh tukang
kayu. Satu hal yang harus kita ingat: di manapun kita ditempatkan oleh Tuhan,
kita harus selalu bersyukur atas hidup kita dan memuliakan nama Tuhan
selamanya.
2. Mengendalikan
emosi
Ketika kita
mendengar orang menghina kita atau sesuatu yang berhubungan erat dengan kita,
seringkali kita merasa tersinggung. Oleh sebab itu, kita harus berusaha mengendalikan
emosi. Jangan pernah membalas kejahatan dengan kejahatan, namun dengan
kebaikan. Pada waktu diejek, jangan mengutuk, memukul, menampar, menonjok,
mengeluarkan kata-kata kotor, dan sebagainya. Hal pertama yang harus dilakukan
ketika perasaan kita dicampur aduk oleh orang yang menyebalkan adalah
menenangkan hati. Setelah itu berdoa mohon kesabaran dari Tuhan, menasihati
orang kejam itu secara sopan, dan mendoakan orang tersebut agar ia dapat
bertobat. Menasihati orang secara sopan dan terbuka itu lebih baik daripada
hanya membiarkannya, membalasnya, memukulnya, atau menggosipkannya di belakang
karena nasihat bisa membuat orang lain memperbaiki dirinya. Bayangkan saja
kalau kejahatan dibalas dengan kejahatan itu tidak akan pernah berujung, selalu
ada kelanjutan dari perseteruan itu dan balas dendam. Selain itu, cap negatif
dari orang jahat itu terhadap kita akan semakin buruk. Hal ini tidak akan
menyelesaikan masalah, malah cuma menambah dan memperbesar konflik saja. Orang
yang disakiti juga akan menyakiti orang-orang lain yang tak bersalah akibat
emosi yang meluap-luap dari hatinya.
3. Jangan
menghakimi dan berpikiran negatif tentang suku, agama, ras, dan golongan yang
berbeda
Saat
menjumpai beberapa orang dari golongan tertentu yang memiliki sifat buruk sama,
jangan pernah menghakimi atau menghina golongan tersebut. Sebagai contoh, orang
kaya di sekitar rumah Anda semuanya suka membuang sampah sembarangan. Lalu Anda
langsung menyimpulkan bahwa orang kaya itu tidak bertanggung jawab. Hal ini
tidak boleh dilakukan karena tidak semua orang seperti itu. Kesimpulan yang
didapat tidak menyeluruh, tapi hanya dari sudut pandang Anda saja. Masih ada
banyak orang kaya yang bertanggung jawab dan membuang tempat sampah pada
tempatnya. Itu adalah pandangan subjektif yang tidak adil dan sangat picik
dengan menyamaratakan orang lain berdasarkan suku, agama, ras, dan golongan
tertentu.
Dengan
menghakimi orang lain, berarti merasa lebih baik darinya padahal semua orang
sama-sama pernah berbuat dosa dan memiliki kelemahan. Orang yang suka
menghakimi orang lain adalah orang yang sombong dan tidak menghormati Tuhan.
Menghakimi itu hak khusus Tuhan saja, bukan manusia. Dengan memandang rendah
dan menghakimi orang lain berarti sama dengan mengambil alih kekuasaan Tuhan.
Padahal bagaimanapun juga, hak Sang Pencipta Yang Kudus dan Sempurna tidak bisa
diminta oleh manusia yang penuh noda. Jangan suka mencari-cari kesalahan orang
lain dan membesar-besarkan nya, tetapi introspeksi diri sendiri terlebih dulu.
Apakah ada tindakan kita yang salah sehingga membuat orang lain membenci kita.
Jika ada, perbaiki karakter pribadi dan jadi orang yang lebih bijaksana.
Ketika ada orang dari suku, agama, ras, dan golongan yang berbeda, bertemanlah
dengan orang tersebut. Jangan pernah menjauhi dan membeda-bedakan orang. Jangan
pula membanding-bandingkan antara suku, agama, ras, dan golongan satu dengan
yang lainnya. Tiap suku, agama, ras, dan golongan memiliki keunikan, kelebihan,
dan kekurangan masing-masing.
4. Jangan
memaksakan kehendak pada orang lain
Pemaksaan
yang saya maksud di sini, khususnya berkaitan dengan agama. Ada orang yang
berpikir bahwa ia memeluk agama yang terbaik. Mungkin memang benar demikian.
Jika ingin bersaksi tentang iman di agama tertentu boleh-boleh saja. Hal ini
sering saya dan teman-teman saya lakukan. Namun yang salah adalah jika
seseorang memaksakan kehendak pada orang lain untuk memeluk agamanya dengan
menjelek-jelekkan agama lain. Jika orang lain mau percaya, itu bagus. Namun
bila tidak percaya pun juga tidak menjadi masalah. Bersaksi bukan keberhasilan
mengajak orang masuk agama tertentu tapi bersandar pada Tuhan yang mampu
mengubahkan hati. Selain itu, kita juga menceritakan tentang kebenaran firman
Tuhan baik dari Kitab Suci maupun pengalaman rohani. Jangan pernah memaksakan
kehendak pada orang lain, apalagi dengan melakukan pengancaman, pengeboman,
penyogokan, teror, kekerasan, dan lain-lain. Semua itu hanya akan memperkeruh
suasana. Tuhan tidak ingin umat Nya saling menghancurkan sebab kejahatan dan
pemaksaan itu juga pasti meremukkan hati Tuhan yang sangat memperhatikan umat
Nya.
5. Menghormati
dan mengasihi orang lain
Apakah Anda
ingin dihina oleh orang lain? Saya percaya tidak ada orang yang ingin dihina
dan disepelekan. Oleh sebab itu, kita harus menyadari akan hal ini. Jangan
menghina dan menjauhi orang lain bila Anda tidak mau dihina dan dijauhi. Jangan
menyuruh-nyuruh orang lain jika Anda tidak ingin disuruh-suruh. Jangan memukul
orang kalau tidak mau dipukul. Jangan pamer dan menyombongkan kelebihan diri
jika Anda tidak suka orang yang suka pamer. Seorang pelukis yang lukisannya
diinjak-injak akan sedih karena hasil karyanya diremehkan, padahal ia telah
berjuang keras untuk membuat karya terbaik. Jangan memperlakukan orang lain
secara kasar karena itu bukan hanya menyakiti hati sesamamu, melainkan juga
hati Tuhan yang telah menciptakan manusia. Hormati dan kasihi orang lain
seperti menghormati dan mengasihi diri sendiri dan juga Sang Pencipta kita.
Maafkan dan ampuni orang yang bersalah pada kita walaupun mereka tidak minta
maaf. Ini memang sulit. Tetapi tetaplah beriman bahwa bersama Tuhan, tidak ada
yang tak mungkin asal hati kita benar-benar mau tulus mengasihi sesama dan
menyenangkan hati Nya. Tiap ada kemauan untuk damai, selalu ada jalan.
BAB
3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sara
adalah berbagai pandangan dan tindakan yang didasarkan pada sentimen identitas
yang menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau kesukuan, dan golongan. Dalam
pengertian lain, SARA dapat disebut diskriminasi yang merujuk kepada pelayanan
yang tidak adil terhadap individu tertentu, dimana layanan ini dibuat
berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut.
3.2 Saran
Kita
sebagai penerus bangsa harus lebih terbuka terhadap perbedaan yang ada dan
jangan mudah terpancing oleh isu isu agama yang sedang berkembang. Dengan
menyadari bahwa kita hidup dinegara yang heterogen dimana isu kecil dapat
terpicu menjadi konflik maka sudah wajib untuk membekali diri dengan ilmu dan
pandangan yang luas serta mengedepankan logika dan penyelesaian masalah secara
musyawarah. Saling menghormati dan menghagai setiap kepercayaan yang di anut.
Maka dengan begini, kehidupan dan kerukunan antar umat beragama akan
terpelihara. Sehingga kehidupan berbangsa dan bernegara akan selalu harmonis,
aman, dan damai.
DAFTAR
PUSTAKA
Langganan:
Postingan (Atom)