Jumat, 18 Oktober 2019

Pengaruh Kebudayaan Asing Terhadap Kehidupan Manusia


MAKALAH
PENGARUH KEBUDAYAAN ASING TERHADAP KEHIDUPAN MANUSIA





Disusun Oleh :
Shifa Sandrinadya Munandar
Kelas :
1 PA 09




Jurusan Psikologi
Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma
2019


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
1.2  Rumusan Masalah
1.3  Tujuan Penulisan
BAB II ISI
2.1  Defini Budaya
2.2  Klasifikasi Budaya dan kebudayaan
2.3  Karakteristik Budaya dan Kebudayaan
2.4  Dampak Kebudayaan Asing terhadap Kehidupan Manusia
2.5  Penanggulangan Dampak Kebudayaan Asing terhadap Kehidupan Manusia
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan
3.2  Saran
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Budaya merupakan suatu hal yang bisa dijadikan sebagai identitas unik dan khas bagi suatu daerah. Bahkan Anda mungkin sudah pernah mendengar penjelasan tentang pengertian budaya dari guru atau melalui media lainnya. Penting memang mengetahui tentang pengertian budaya, karena hal ini dapat memberikan hal yang positif.
Apalagi Indonesia memiliki banyak sekali macam budaya. Hal ini  dikarenakan negara maritim ini memiliki banyak ragam suku dan Bahasa. Sehingga hal ini membuat banyak para pengunjung dari luar mancanegara berlibur disini. memang menjadi suatu kebanggaan bagi Indonesia karena memiliki banyak budaya yang amat melimpah dan unik.
Budaya juga merupakan cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaianbangunan, dan karya seniBahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Namun terkadang dengan banyaknya budaya yang ada, membuat orang masih saling membeda-bedakan. Nah, hal inilah yang mampu memberikan dampak buruk kelak pada anak dan cucu kita kelak. Oleh sebab itu belajar tentang pengertian budaya sangat dianjurkan, untuk mengetahui banyak tentang budaya.






1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa definisi dari budaya?
2.      Apa saja klasifikasi dari budaya dan kebudayaan?
3.      Apa saja karakteristik dari budaya dan kebudayaan?
4.      Apa saja dampak kebudayaan asing terhadap kehidupan manusia?
5.      Bagaimana cara menanggulangi dampak kebudayaan asing terhadap kehidupan manusia?

1.3  Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui dan memahami definisi dari budaya.
2.      Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi budaya dan kebudayaan.
3.      Untuk mengetahui dan memahami karakteristik budaya dan kebudayaan.
4.      Untuk mengetahui dan memahami dampak kebudayaan asing terhadap kehidupan manusia.
5.      Untuk mengetahui dan memahami cara menanggulangi dampak kebudayaan asing terhadap kehidupan manusia.





BAB II
ISI
2.1 Definisi Budaya
Pengertian budaya banyak dituturkan oleh berbagai pakar ahli di bidangnya yang berasal dari banyak negara. Mereka memiliki pemikiran yang berbeda-beda tentang budaya, sesuai dengan anggapan ilmu yang didapatkan. Beberapa pengertian budaya menurut para ahli sebagai berikut.

1.      Effat Al- Syarqawi
Pengertian budaya yang pertama adalah dari Effat Al – Syarqawi. Beliau menjelaskan pengertian  budaya dari sudut pandang agama islam. Pengertian budaya menurut beliau adalah, suatu khasanah dalam sejarah dari sekelompok masyarakat yang tercermin pada di kesaksian dan berbagai nilai kehidupan. Menurut Al- Syarqawi suatu kehidupan harus memiliki makna dan nilai rohaniah, yang memiliki tujuan sebagai pedoman hidup.

2. Soelaiman Soemardi & Selo Soemardjan

Dua tokoh ini merupakan ahli yang menekuni bidang ilmu kemasyarakatan dan pengetahuan sosial, serta proses-prosesnya termasuk perubahan sosial. Menurut mereka, pengertian budaya ialah sesuatu kebudayaan yang merupakan hasil karya meliputi cipta dan rasa dari masyarakat. Budaya memang memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan masyarakat, sehingga masyarakat tersebutlah yang menciptakannya.

3. Soekmono

            Pengertian budaya selanjutnya datang dari ahli arkeolog Indonesia. Beliau bahkan pernah menjadi pemimpin dalam pembenahan candi Borobudur selama 12 tahun, yaitu dari tahun 1971 hingga 1983. Menurut ia budaya adalah hasil pekerjaan atau usaha dari manusia yang berwujud benda atau pemikiran manusia pada masa hidup di kala itu. Pendapat ini hampir mirip dengan Soelaiman Soemardi & Selo Soemardjan, yang mengambil pengertian budaya dari sisi masyarakat atau manusia.

 

5. Lehman, Himstreet Dan Batty

Pengertian budaya berikutnya datang dari Lehman, Himstreet dan Batty.  Yang memberikan penjelasan, bahwa budaya adalah sekumpulan yang tersusun dari pengalaman hidup dari berbagai masyarakat yang hidup pada masa itu. Dalam hal ini pengalaman yang dimaksud bisa berupa perilaku, kepercayaan, serta gaya hidup masyarakat itu sendiri.

6. Ki Hajar Dewantara

Tentu sudah tidak asing lagi ketika anda membaca atau melihat nama tokoh ini. Pahlawan hebat dalam bidang pendidikan ini memang sudah terkenal di mana-mana. Ki Hajar Dewantara memiliki pendapat pula tentang pengertian budaya. Bagi beliau, budaya ialah hasil dari usaha perjuangan masyarakat pada alam serta zaman yang memberikan bukti kemakmuran dan kejayaan hidup. Usaha perjuangan inilah yang mampu menghadapi serta menyikapi berbagai kesulitan dalam mencapai kemakmuran dan kebahagiaan hidup masyarakat tersebut. Bahkan  Pendapat dari Ki Hajar Dewantara ini dianggap lebih tepat dengan budaya di Indonesia. Hal ini disebabkan karena budaya di Indonesia sangat dipengaruhi oleh perkembangan dari waktu ke waktu sehingga membuat perubahan kondisi alam.
Budaya merupakan asal kata yang membentuk kata kebudayaan. Kebudayaan hanya ditambahkan imbuhan ke dan an. Pengertian kebudayaan dapat dijelaskan secara sempit dan secara luas. Pengertian kebudayaan secara sempit berkaitan dengan semua sistem gagasan dan tindakan (perilaku manusia). Sedangkan pengertian kebudayaan secara luas merupakan semua bagian dari sistem gagasan, pemikiran, tindakan serta hasil karya cipta manusia yang menjadi kepunyaan penciptanya yang terbentuk melalui proses belajar.

Pengertian kebudayaan secara lebih rinci dikemukakan Edward B. Tylor, yang menyatakkan bahwa kebudayaan ialah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.



2.2 Klasifikasi Budaya dan Kebudayaan
Dalam masyarakat Indonesia yang majemuk terdapat tiga golongan kebudayaan yang masing-masing memilki coraknya sendiri. Ketiga golongan kebudayaan itu adalah :
1.      Kebudayaan Suku Bangsa (Kebudayaan Daerah)
Perwujudan kebudayaan suku bangsa terdapat dalam suasana suku bangsa yakni kegiatan-kegiatan kehidupan dari para masyarakat suku bangsa yang berdasarkan pada pranata-pranata sosial yang bersumber pada kebudayaan suku bangsa. Seperti kehidupan keluarga, kehidupan komunitas di desa, dan sebagainya.
2.      Kebudayaan Umum Lokal
Perwujudannya terdapat dalam suasana umum lokal yakni kegiatan-kegiatan kehidupan dari para warga sesuai bagian dari masyarakat majemuk yang terdiri atas lebih dari satu suku bangsa sehingga kegiatan-kegiatan kehidupan berlandaskan atas pranata-pranata sosial yang bersumber atas kebudayaan bangsa yang berlaku di lingkungan setempat.
3.      Kebudayaan Nasional
Kebudayaan nasional yaitu unsur-unsur kebudayaan yang berlaku diseluruh Indonesia yang memberikan identitas kepada warga negara Indonesia. Dasar konstitusional kebijakan kebudayaan nasional indonesia adalah UUD 1945 yang meliputi pembukaan, batang tubuh, dan penjelasannya. Dalam pembukaan memuat pokok-pokok pikiran yang tidak lain adalah Pancasila itu sendiri. Pokok-pokok pikiran itu dituangkan dalam pasal-pasal UUD 1945.



2.3 Karakteristik Budaya dan Kebudayaan
Dalam memahami kebudayaan kita harus mengacu pada sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh  kebudayaan, antara lain adalah bahwa kebudayaan itu dimiliki bersama, diperoleh melalui belajar, bersifat simbolis, bersifat adaptif dan maladapti, bersifat relatif dan universal. Dan dibawah ini merupakan penjelasan dari beberapa karakteristik kebudayaan:
1.      Adaptif
Suatu kebudayaan adalah mekanisme dalam mempertahankan pola kehidupan manusia. Kebudayaan adalah suatu mekansime yang dapat menyesuaikan diri. kebudayaan adalah sebuah keberhasilan mekanisme bagi spesis manusia. Kebudayaan memberikan kita sebuah keuntungan selektif yang besar dalam kompetisi bertahan hidup terhadap bentuk kehidupan yang lain.
2.       Dapat dipelajari
Kebudayaan didapat dari proses pembelajaran untuk berbudaya, karena secara naluriah saja manusia akan hidup tanpa sebuah kebudayaan. Budaya bukanlah suatu hal yang naluriah, dimana kita telah terprogram untuk mengetahui fakta-fakta dari budaya tersebut. Oleh karena itu salah satu dari karakteristik budaya adalah diperoleh dari hasil pembelajaran. Manusia lahir ke dunia dengan sifat dasar, yaitu ‘lapar’ dan ‘haus’. Akan tetapi manusia belum memiliki suatu bentuk pola naluriah untuk dapat memuaskan sifat dasar itu.
Selain itu manusia saat lahir juga tidak dibekali pengetahuan tentang budaya atau cultural knowledge. Tetapi manusia secara genetis terpengaruh untuk belajar/mempelajari bahasa dan tanda-tanda kebudayaan lainnya (cultural traits). Seorang bayi akan berada di suatu tempat (disini bisa diakatakan sebuah keluarga), dan mereka tumbuh dan belajar tentang kebudayaan sebagai sesuatu yang mereka miliki.
3.      Cultures change (Berubah)
Artinya, bahwa kebudayaan berkembang sesuai dengan berjalanya waktu dan dinamis setiap saat, tergantung waktu dan tempat berlangsungnya kebudayaan. Kebudayaan bukan sesuatu yang terus-menerus tetap  dan bertumpuk. Pada waktu yang sama dimana suatu kebudayaan ada, terdapat tanda-tanda kebudayaan baru. Tanda-tanda dari kebudayaan itu bisa sebagai tambahan (addition) atau pengurangan (subtraction). Tanda-tanda ini menyebabkan perubahan kebudayaan. Hal ini disebabkan kebudayaan berubah dan berkembang secara dinamis setiap saat: kebudayaan tidak statis. Berbagai aspek kebudayaan beserta tanda-tandanya akan terjalin rapat menjadi suatu pola yang sangat kompleks.
4.      People usually are not aware of their culture (Tidak disadari oleh masyarakatnya)
Artinya, bahwa kebudayaan berkembang dan dinamis setiap saat, tergantung waktu dan tempat berlangsungnya kebudayaan.Cara kita bergaul dan melakukan segala sesuatu dalam keseharian kita terkesan berjalan dengan alami atau natural.
Kebanyakan dari kita sebagai manusia tidak sadar akan budaya. Hal itu disebabkan oleh manusia yang pada dasarnya sangat dekat dengan kebudayaan itu dan mengetahuinya dengan sangat baik. Manusia merasakan bahwa semuanya seolah-olah terjadi begitu saja (mewarisi secara biologis). Dan biasanya manusia hanya akan sadar bahwa pola kelakuan mereka bukanlah sesuatu yang individual ketika mereka mulai berinteraksi dengan manusia dari kebudayaan lain.
5.      We do not know all of our own country (Tidak diketahui secara keseluruhan)
Artinya, bahwa semua masyarakat tidak ada yang mengetahui secara keseluruhan suatu kebudayaan yang ada dalam lingkup daerahnya, hanya saja yang diketahui berupa fakta-fakta sosial.Tidak ada satupun orang yang bisa mengetahui budaya mereka secara keseluruhan. Dalam masyarakat, terdapat pengetahuan tentang budaya yang terbatas terhadap fakta-fakta kelas sosial, pekerjaan, agama, dan perkumpulan-perkumpulan lain. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa sejatinya kebudayaan tidak dapat diketahui secara keseluruhan.
6.      Culture gives us a range of permissible behavior patterns (memberikan dan membatasi pola tingkah laku)
Artinya, bahwa kebudayaan memberikan jarak dalam interaksi dan membatasi pola tingkah laku masyarakatnya.Kebudayaan umumnya memberikan jarak dalam cara bagaimana laki-laki sebagai laki-laki, wanita sebagai wanita.
Kebudayaan juga memberikan gambaran bagaimana perbedaan aktivitas yang seharusnya ada dan tidak ada, seperti bagaimana seorang suami bertindak sebagai suami, bagaimana seorang istri bertindak sebagai seorang sebagai istri, dan sebagainya. Aturan ini biasanya bersifat fleksibel atau tergantung dari masyarakat daerahnya, serta kadar dan tingkatnya. Di negara Amerika Utara contohnya, kebudayaan mereka mengajarkan bahwa seorang harus berpakaian sesuai dengan jenis kelamin mereka (gender). Akan tetapi mereka boleh memakai pakaian dengan cara yang berbeda pada saat siutasi yang berbeda.
7.      Tidak bertahan lama disuatu daerah terpencil
Artinya kebudayaan tidak akan bertahan lama dalam suatu wilayah atau daerah terpencil. Apabila suatu kebudayaan baru memasuki wilayah tersebut, maka secara alamiah masyarakat disana akan berkembang dan mulai beradaotasi dengan kebudayaan-kebudayaan baru. Hal ini akan menyebabkan suatu budaya sulit bertahan (asli) di suatu tempat karena akan dipengaruhi oleh budaya-buadaya dari daerah lain disekitarnya.
8.      Culture is shared (Dibagikan)
Artinya, bahwa suatu kebudayaan merupakan kumpulan prinsip dan keyakinan baik, sehingga manusia tersebut akan berusaha melestarikan dengan cara menyebarkan ke manusia lain. Suatu kebudayaan dimiliki secara bersama-sama oleh sekelompok orang. Berdasarkan wilayah, kondisi iklim, dan warisan sejarah, mereka tumbuh dan berkembang di dalamnya. Setiap masyarakat memiliki suatu nilai dan keyakinan, dimana kumpulan-kumpulan prinsip/asas/dasar nilai dan keyakinan ini akan membentuk kebudayaan mereka. Kebudayaan bisa saja menjadi kepunyaan dari komunitas tunggal, tapi tidak akan pernah menjadi kepunyaan dari seseorang yang tunggal (individu).


2.4  Dampak Kebudayaan Asing terhadap Kehidupan Manusia
Setiap budaya yang dibawa dari luar kebiasaan budaya lokal memiliki perubahan dan dampak, baik dampak negatif dan dampak positif. Berikut ini beberapa contoh penjelasan mengenai dampak positif dan negatif budaya asing.

1.      Dampak positif
·         Pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
·         Industrialisasi
·         Dapat mempelajari kebiasaan, pola pikir dan perilaku yang bangsa2 maju sehingga dapat mendorong kita untuk menjadi lebih baik dan maju karena mereka.
·         Meningkatkan produktivitas dunia industri.
·         Persaingan di dunia kerja yang membutuhkan pekerja untuk selalu menambah keterampilan dan pengetahuan.
·         Kemudahan untuk menunjukkan dan memperkenalkan budaya negara kita sendiri di luar negeri.
·         Terjadinya akulturasi yang mungkin dapat menciptakan budaya baru yang unik.

2.      Dampak negatif
·         Masuknya budaya asing yang lebih mudah diserap dan ditiru oleh orang-orang muda dan tua, dan beratnya biasanya meniru perilaku buruk.
·         Globalisasi bisa memungkinkan hilangnya budaya karena campuran budaya lokal dengan budaya dari luar, bisa jadi karena tidak ada generasi penerus yang melestarikan budaya halaman.
·         Kebebasan setiap orang yang mengakses atau menggunakan teknologi, mudah juga dalam kasus penyalahgunaan fungsi teknologi.
·         Teknologi tidak terbatas, akan membuat penggunanya tidak pernah puas sehingga perlu biaya untuk selalu memperbarui teknologi mereka atau penggunaan teknologi komunikasi yang semakin meluas ini akan menyebabkan biaya pemborosan.
·         Pengalihan manusia-ke-mesin performa tentunya lebih penyebab polusi udara yang memperburuk pemanasan global.
·         Menumbuhkan sifat dan sikap individualisme, tidak adanya rasa kepedulian terhadap orang lain. Sedangkan bangsa Indonesia pernah terkenal dengan gotong royong.
2.5 Penanggulangan Dampak Kebudayaan Asing terhadap Kehidupan Manusia
1.      Bersikap Teliti dan Kritis
Sebagai penerus bangsa, seharusnya kita bisa bersikap lebih kritis dan juga teliti pada beberapa hal baru yang berasal dari luar sekaligus menemukan cara untuk menyaring apakah hal tersebut bisa membawa dampak positif atau negatif dalam kehidupan dan diri sendiri. Seseorang harus bersikap kritis pada sebuah hal baru dan lebih banyak bertanya pada orang yang kompeten dalam bidang tersebut sekaligus lebih teliti mengenai inovasi tersebut sesuai dengan iklim Indonesia serta memastikan tidak melanggar norma yang berlaku di Indonesia sekaligus tetap menggunakan manfaat berpikir positif.
2.      Memperluas Ilmu Pengetahuan
Sebelum budaya asing masuk, sebaiknya sebagai orang Indonesia bisa mengetahui tentang beberapa inovasi yang masuk dengan lebih jelas dan rinci. Kita harus mengetahui apa saja kegunaan hal tersebut dari segi ilmu seperti contohnya situs jaringan media sosial yang sekarang ini semakin menjamur untuk semua usia untuk menjalin komunikasi yang sudah terputus atau juga bisa digunakan sebagai cara menghilangkan rasa minder saat bertemu dengan orang lain. Namun, ada beberapa orang yang menyalahgunakan media sosial tersebut untuk ajang saling mengejek dan mencaci maki sehingga sebaiknya kita mengetahui apa sebenarnya kegunaan media sosial tersebut lebih baik.
3.      Menyesuaikan Dengan Norma Indonesia
Budaya asing yang masuk terkadang juga tidak sesuai dengan norma yang berlaku di Indonesia. Apabila kita melihat beberapa film dari luar yang memakai gaya hidup bebas dan menerapkan disini, maka bisa melanggar beberapa norma yang berlaku di Indonesia sebab melanggar norma kesopanan. Negara Indonesia masih menganut adat ketimuran yang kental sehingga masyarakat juga hidup dengan aturan yang berlaku sehingga terlihat lebih pantas sesuai dengan adat kesopanan.
4.      Menanamkan Kecintaan Negeri
Sebuah simbol “Aku Cinta Indonesia” memiliki arti jika adat istiadat yang diturunkan dari nenek moyang merupakan benar adanya dan bisa memberikan manfaat yang baik untuk diri sendiri baik pada masa sekarang dan masa depan yang bisa menghasilkan macam macam sifat manusia yang baik. Untuk itu, kita nantinya tidak akan mudah terbawa arus budaya asing yang bisa memberikan dampak negatif dalam kehidupan.
5.      Meningkatkan Keimanan dan Takwa
Agama menjadi pondasi utama pada diri sendiri supaya bisa mengontrol diri sendiri terhadap hawa nafsu yang bisa mengganggu dan membawa ke jurang kenistaan sebab hubungan perilaku dengan sikap sangatlah erat. Agama memegang peranan sangat penting untuk kelangsungan umat sehingga jika seseorang terbawa arus kesesatan, maka agama yang nantinya bisa menolong umat agar bisa berubah menjadi lebih baik.

6.      Bersikap Moderat
Cara menyikapi budaya asing juga harus dilakukan dengan sikap moderat yakni tidak menolak dan juga tidak mendukung globalisasi secara penuh. Masyarakat moderat sekarang ini harus bisa berusaha untuk mengambil sisi positif dengan menggunakan cara agar selalu berpikir positif dari budaya asing sekaligus mencegah dampak buruk yang ada dalam budaya asing tersebut. Seseorang yang moderat harus bisa bersikap kuat sekaligus terbuka dan juga bangga dengan identitas yang dimiliki diri sendiri. Seseorang harus bisa sadar dengan dampak budaya luar namun tetap berpegang dengan identitas budaya sendiri sehingga era globalisasi nantinya bisa dimanfaatkan untuk memperkenalkan budaya pada dunia.
7.      Mempersiapkan Diri Dengan Baik
Jaman modern sekarang ini sangat penuh dengan tantangan berbentuk kuatnya budaya asing dari luar dan juga persaingan yang tinggi. Jika kita bisa menghadapi tantangan tersebut, maka itu berarti kita juga sudah bisa melewati era globalisasi. Pengaruh budaya luar yang buruk seperti sikap materialistis, individualisme, emosi dalam psikologi, gaya hidup bebas dan juga konsumtif tidaklah sesuai dengan agama dan pribadi bangsa sehingga kita harus bisa membentengi diri sendiri secara baik supaya bisa membedakan antara pengaruh baik dan juga buruk.
8.      Menanamkan dan Mengamalkan Nilai Pancasila
Menanamkan dan mengamalkan nilai nilai Pancasila dalam kehidupan sehari hari harus dilakukan dengan sebaik mungkin dimana Pancasila sebagai ideologi dan juga dasar dari negara Indonesia mutlak wajib dipertahankan sekaligus diwujudkan secara baik dan benar sehingga nantinya harus bisa mewarnai semua aspek dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air.
9.      Bersikap Selektif
Sikap berikutnya yang penting untuk dilakukan dalam menghadapi budaya luar adalah lebih selektif. Kita tidak bisa menerima semua pengaruh yang berasal dari luar negeri tanpa proses penyaringan terlebih dulu sebagai cara mengatasi kenakalan remaja. Apa yang ada pada budaya luar dianggap bisa memberikan inspirasi dan diterapkan dalam budaya kita, namun sebenarnya harus disesuaikan dulu dengan budaya Indonesia.
10.  Menjaga Nasionalisme
Era modern saat ini yang penuh dengan kebebasan bisa saja menyingkirkan rasa nasionalisme bangsa. Rasa cinta pada negara, budaya bangsa dan juga produk dalam negeri nantinya bisa berkurang dan akhirnya merugikan diri sendiri dan bisa menimbulkan gangguan psikologi remaja. Untuk itu, kita harus bisa memupuk semangat cinta tanah air atau nasionalisme dan dalam menyikapi hal tersebut harus dilandasi dengan beberapa nilai seperti:
·         Perjuangan bangsa Indonesia
·         Sikap dan juga perilaku cinta tanah air
·         Wawasan dan kesadaran bernegara
·         Mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa
11.  Memberi Prioritas Pada Pemulihan Ekonomi
Apabila kita ingin budata negara sendiri majua dan memiliki sumber daya manusia berkualitas, maka aspek ekonomi menjadi salah satu prioritas yang harus diutamakan mengingat ada macam macam bakat yang dimiliki bangsa Indonesia. Sebab jika tidak, akan ada beberapa konsekuensi yang harus dihadapi seperti kemiskinan yang semakin bertambah, pertumbuhan ekonomi yang semakin lemah dan rendah, meningkatnya harga dari barang barang, angka pengangguran semakin meningkat dan juga potensi konflik masyarakat semakin tinggi.
12.  Meningkatkan Potensi Nasional
Dengan sumber daya alam dan juga manusia yang berlimpah, sudah seharusnya kita dalam menyikapi budaya luar bisa memenuhi segala kebutuhan dengan mandiri. Dengan kualitas sumber daya manusia yang bisa mengolah sumber daya alam yang dimiliki dan tidak tergantung dengan budaya asing.
13.  Meningkatkan Perkembangan Mikro dan Kemajuan Teknologi
Indonesia sebenarnya mempunyai potensi dan juga kekuatan dalam usaha mikro seperti menyediakan barang murah untuk rumah tangga atau ekspor, efisiensi dan juga fleksibilitas yang semakin tinggi, semangat usaha yang tinggi, profitabilitas yang tinggi dan juga kemampuan untuk mengembalikan pinjaman yang juga tinggi. Selain itu, dalam menghadapi budaya asing, kita juga harus bisa memasukkan kemajuan teknologi dalam pembangunan seperti contohnya menyediakan jaringan informasi yang berhubungan dengan banyak pihak dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing produk dalam negeri.
14.  Memanfaatkan Forum Kerja Sama Internasional
Menyikapi budaya asing selanjutnya bisa dilakukan juga dengan memanfaatkan forum kerja sama internasional yang juga menjadi salah satu cara menghilangkan sikap egois. Ini bertujuan agar bisa lebih memperdalam kerja sama agar bisa saling memperoleh keuntungan, lebih mendorong proses globalisasi perdagangan dan investasi sekaligus kerja sama ekonomi dan juga teknologi.
15.  Melakukan Deregulasi dan Debirokrasi
Menghadapi budaya asing selanjutnya bisa dilakukan dengan cara deregulasi dan juga debirokrasi yang bertujuan agar bisa tercipta regulasi baru sebagai cara menjadi pribadi yang dewasa untuk menjunjung tinggi supremasi hulum, pengakuan pada hak hak asasi manusia, hak mengenai kepemilikan, kebebasan dalam berusaha dan juga hak masyarakat sipil.


BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Pengertian kebudayaan secara sempit berkaitan dengan semua sistem gagasan dan tindakan (perilaku manusia). Sedangkan pengertian kebudayaan secara luas merupakan semua bagian dari sistem gagasan, pemikiran, tindakan serta hasil karya cipta manusia yang menjadi kepunyaan penciptanya yang terbentuk melalui proses belajar.

3.2  Saran
Cara menyikapi budaya asing harus disikapi secara bijaksana sebab akan sangat berpengaruh dengan perilaku dan juga budaya masyarakat Indonesia sebab bisa memberikan banyak manfaat untuk kemajuan. Namun, sebagai bangsa Indonesia kita juga tidak boleh lengah dengan era keterbukaan dan juga kebebasan tersebut sebab nantinya bisa menimbulkan dampak negatif yang merusak budaya sendiri. Menolak budaya asing juga bukan langkah tepat untuk dilakukan namun tetap dibutuhkan kepintaran dalam menyaringnya sebab jati diri sebagai masyarakat Indonesia tetap harus tertanam dengan kuat dan harus bisa terus meningkatkan nilai dari keagamaan.




DAFTAR PUSTAKA



Klasifikasi Ilmu


MAKALAH
KLASIFIKASI ILMU



Disusun Oleh :
Shifa Sandrinadya Munandar
Kelas :
1 PA 09




Jurusan Psikologi
Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma
2019



DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
1.2  Rumusan Masalah
1.3  Tujuan Penulisan
BAB II ISI
2.1  Defini Ilmu
2.2  Sejarah Ilmu
2.3  Karakteristik dan Klasifikasi Ilmu
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan
3.2  Saran
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Manusia pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu terhadap apa yang  ada  dan apa yang sedang terjadi disekitarnya. Manusia tidak pernah puas terhadap apa yang  sudah ada dan selalu mencari kebenaran sesungguhnya dengan bertanya-tanya untuk mendapatkan jawaban yang mereka inginkan. Banyak pertanyaan yang muncul di dalam diri  manusia karena rasa ingin tahu mereka yang besar. Manusia biasanya melakukan penalaran  yang  menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan karena perasaan.  Oleh karena itu, timbul pengetahuan yang selanjutnya dikaji melalui beberapa   proses  dan  menjadi sebuah ilmu.
Ilmu pengetahuan mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan dunia. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan memberikan kemudahan bagi  kehidupan  baik dalam kehidupan individu maupun kehidupan bermasyarakat. Menurut Al-Ghazali, dengan ilmu pengetahuan akan diperoleh segala bentuk kekayaan, kemuliaan, kewibawaan, pengaruh, jabatan, dan kekuasaan. Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat ini justru menjadikan manusia tidak berhenti mencari sebuah kebenaran.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin lama semakin maju seiring berjalannya  waktu ini menyebabkan munculnya  ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan  bahkan ke arah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi. Seperti yang telah dikemukakan oleh Van Perseun (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang  sifat  benar atau tidaknya dapat ditentukan. Menurut Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin  kaburnya garis batas antara ilmu dasar murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis.




1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa definisi dari ilmu?
2.      Bagaimana sejarah perkembangan dari ilmu?
3.      Apa saja karakteristik dan klasifikasi dari ilmu?

1.3  Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui dan memahami definisi dari ilmu.
2.      Untuk mengetahui dan memahami sejarah perkembangan dari ilmu.
3.      Untuk mengetahui dan memahami karakteristik dan klasifikasi dari ilmu.


                                             

BAB II
ISI
2.1 Definisi Ilmu
      Secara bahasa, ilmu berasal dari bahasa Arab ilm yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam bahasa Inggris, science atau bahasa latin scientia yang mengandung kata kerja scire yang berarti tahu atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan sebagainya.
      Menurut Mohammad Hatta, ilmu pengetahuan adalah pengetahuan atau studi yang teratur tentang pekerjaan hukum umum, sebab akibat dalam suatu kelompok masalah yang sifatnya sama baik dilihat dari kedudukan maupun hubungannya.
      Menurut The Liang Gie, Ilmu adalah rangkaian kegiatan manusia yang rasional dan kognitif dengan metode berupa macam-macam prosedur dan susunan langkah yang kemudian akan menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai berbagai gejala kealaman, kemasyarakatan atau individu untuk tujuan mencapai kebenaran yang sebar-benarnya, mendapatkan pemahaman dan memberikan penjelasan atau melakukan penerapan.
Menurut Afanasyef yang merupakan seorang pemikir Marxist dari Rusia yang menjelaskan tentang  ilmu, dimana ilmu merupakan pengetahuan manusia tentang alam, pikiran dan masyarakat. Beliau mencerminkan alam & berbagai konsep, kategori & hukum-hukum, yang mana ketetapan & kebenarannya diuji oleh pengalaman praktis.
Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh   usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari  berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.Pengertian  Ilmu Pengetahuan  lainnya adalah suatu sistem berbagai pengetahuan  yang  didapatkankan dari hasil pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan menggunakan  suatu  metode tertentu. Jadi, ilmu adalah segala proses kegiatan terhadap suatu  keadaan  dengan cara menggunakan alat, prosedur, cara, metode, sehingga menghasilkan  pengetahuan  baru bagi  manusia itu sendiri.

2.2 Sejarah  Ilmu
Dalam buku History of philosophy of science karya L.W.H hull  (1950)  menjelaskan bahwa sejarah filsafat dan ilmu pengetahuan dibagi menjadi  empat  zaman  atau  empat  periode pembentukannya, yaitu  Zaman Filsafat Yunani, Zaman  Pertengahan,  Zaman  Kebangkitan Islam, dan  Zaman Kebangkitan Eropa.
Pertama, masa filsafat Yunani merupakan masa dimana  filsafat  dan  ilmu  pengetahuan dilahirkan, seperti kita tahu dizaman ini banyak filsuf mulai dari  Thales,   Socrates,  Aristoteles,  Plato dll. Zaman ini filsafat tumbuh bagai jamur  di musim semi, ditandai banyak melahirkan aliran-aliran filsafat klasik yang  mempengaruhi  pemikiran    umat   manusia sampai sekarang. Tidak dapat dipungkiri bahwa orang  yunani selalu   memikirkan  alam semesta dan sistem sosial  masyarakat, termasuk asa usul  alam semesta,  hakikat  manusia, hakikat masyarakat sampai metafisika.
Kedua, Zaman Pertengahan atau orang  biasa menyebutnya  zaman  kegelapan, dimana masa ini otoritas raja dan gereja menjadi otoritas kebenaran   mutlak, tidak ada  kebenaran   kalau bukan dari kerajaan dan gereja yang  mengatakan, sehingga ada  monopoli  kebenaran  di masa ini, hal  ini membuat  kemandekan dalam perkembangan pemikiran  filsafat.  Ini  menjadi alasan kenapa zaman ini disebut zaman kegelapan, karena zaman ini  pemikiran manusia dipasung dengan sangat kuatnya sehingga membuat filsafat  dan  ilmu  pengetahuan menjadi mati suri. Ilmu pengetahuan dikontrol dengan kuat oleh kekuasaan.
Ketiga, ketika di barat ilmu pengetahuan dan filsafat begitu muram dan  gelap,  justru di dunia Islam ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang   luar  biasa, banyak  pemikir muslim zaman itu yang  mampu melahirkan karya karya fenomenal. Di zaman itu  banyak  ilmuan dengan berbagai bidang  ilmunya hadir  mewarnai  khazanah   intelektual    islam sebagai contoh adalah Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hanbali yang ahli dalam hukum islam;  Al Farabi ahli dalam astronomi dan matematika; Ibnu Sina ahli dalam kedokteran;  Al Kindi  ahli filsafat; Ibnu Khaldul ahli sosiologi, filsafat sejarah dan politik, ekonomi  dan  kenegaraan; dan Anzahel ahli dan penemu teori peredaran planet.
Keempat, periode kebangkitan Eropa (abad 14-20). Di abad  ini  terjadi  sebuah  pemutar balikan   zaman, ketika di abad pertengahan  kekuatan gereja dan  raja sebagai  otoritas  penentu kebenaran absolut, zaman ini mulai terjadi penentangan terhadap  kekuasaan  gereja dan  raja. Di abad ini lahirlah banyak tokoh-tokoh yang  membawa eropa  memasuk  zaman  kebangkitan kembali filsafat dan ilmu pengetahuan, sebut saja Fransiscan Bacon  dengan  aliran  pemikiran empirisme dan realism; Newton dengan teori gravitasinya; John Lock  menentang   kekuasaan gereja dengan menyebarkan ide bahwa manusia bebas untuk mengeluarkan pendapat, hak untuk hidup, hak untuk merdeka dan hak berfikir; Immanuel Kant seorang  filsuf  terkemuka dari jerman memebrikan kritik terhadap akal budi dalam bukunya critique of pure reason.
2.3  Karakteristik dan Klasifikasi Ilmu
Adapun ciri-ciri ilmu yaitu:
1.      Komprehensif; ruang lingkupnya luas dan lengkap.
2.      Sinoptik; unsur-unsurnya memiliki  kebersamaan yang integral.
3.      Sistematik; teratur menurut sistem, ada korelasi.
4.      Memiliki obyek kajian yang jelas.
5.      Relatif; bersifat sementara dan terbuka terhadap penemuan baru, kreatif  dan pragmatis. Kebenaran ilmiah tidaklah bersifat difinitif, suatu teori keilmuan yang dipandang benar pada kurun waktu tertentu, mungkin saja salah  dalam kurun waktu yang lain.
6.      Koheren; runtut, unsur-unsurnya tidak boleh mengandung uraian-uraian yang  bertentangan satu sama  lain.
7.    Sistematis; masing-masing unsur saling berkaitan satu sama lain, ada sistem dalam  susunan pengetahuan dan dalam cara memperolehnya.
8.      Konsepsional; jelas prosesnya.
9.      Rasional; unsur-unsurnya berhubungan secara logis.
10.  Intersubjektif, kepastian pengetahuan ilmiah tidaklah didasarkan atas intuisi-intuisi serta pemahaman-pemahaman secara subjektif, melainkan dijamin oleh sistemnya itu sendiri.
11.  Bersifat empiris, berdasarkan pengalaman, penemuan,  pengamatan,  percobaan yang  telah dilakukan.
12.  Kognitif; pernyataan yang terkait dengan keilmuan itu memang bersifat mengandung hakikat kebenaran itu sendiri.
13.  Mempunyai dasar pembenaran/postulat; cara kerja ilmiah diarahkan untuk memperoleh derajat kepastian yang sebesar mungkin.
14.  Otonom; mempunyai kedudukan mandiri. Maksudnya, meskipun faktor-faktor di luar  ilmu juga ikut berpengaruh, tetapi harus diupayakan agar tidak menghentikan pengembangan ilmu secara mandiri.
15.  Memiliki hubungan fungsional dan hubungan kausal. Ilmu harus dapat digunakan  sebagai perwujudan kebertautan antara teori dan praktis.
16.  Ilmu harus bersifat tampa pamrih, karena hal itu erat kaitannya dengan tanggung jawab ilmuan.
17.  Objektif; setiap ilmu terpimpin oleh obyek  dan tidak didistorsi oleh prasangka-prasangka subjektif.
18.  Progresiv;  suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah sungguh-sungguh bila  mengandung pertanyaan-pertanyaan baru dan menimbulkan problem-problem baru lagi.
19.  Universal; berlaku umum (untuk semua orang atau untuk seluruh dunia). Jawaban atas  pertanyaan apakah sesutu hal itu layak atau tidak layak tergantung pada faktor-faktor subjektif.

2.4  Klasifikasi Ilmu
1.      Ilmu Alam
Ilmu alam mempelajari aspek-aspek fisik & nonmanusia tentang Bumi dan alam sekitarnya. Ilmu-ilmu alam membentuk landasan bagi ilmu terapan, yang keduanya dibedakan dari ilmu sosial, humaniora, teologi, dan seni.
Matematika tidak dianggap sebagai ilmu alam, akan tetapi digunakan sebagai penyedia alat/perangkat dan kerangka kerja yang digunakan dalam ilmu-ilmu alam. Istilah ilmu alam juga digunakan untuk mengenali “ilmu” sebagai disiplin yang mengikuti metode ilmiah, berbeda dengan filsafat alam. Di sekolah, ilmu alam dipelajari secara umum di mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
Tingkat kepastian ilmu alam relatif tinggi mengingat obyeknya yang  kongkrit, karena hal ini ilmu alam lazim juga disebut ilmu pasti. Di samping penggunaan secara tradisional di atas, saat ini istilah “ilmu alam” kadang digunakan mendekati arti yang lebih cocok dalam pengertian sehari-hari. Dari sudut ini, “ilmu alam” dapat menjadi arti alternatif bagi biologi, terlibat dalam proses-proses biologis, dan dibedakan dari ilmu fisik (terkait dengan hukum-hukum fisika dan kimia yang mendasari alam semesta).

2.      Ilmu Sosial
Ilmu sosial  adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan denganmanusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan seni dan humaniora karena menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari manusia, termasuk metoda kuantitatif dan kualitatif. Istilah ini juga termasuk menggambarkan penelitian dengan cakupan yang luas dalam berbagai lapangan meliputi perilaku dan interaksi manusia pada masa kini dan masa lalu. Berbeda dengan ilmu sosial secara umum, IPS tidak memusatkan diri pada satu topik secara mendalam melainkan memberikan tinjauan yang luas terhadap masyarakat.
Ilmu sosial, dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat secara subjektif, inter-subjektif, dan objektif atau struktural, sebelumnya dianggap kurang ilmiah bila dibanding dengan ilmu alam. Namun sekarang, beberapa bagian dari ilmu sosial telah banyak menggunakan metoda kuantitatif. Demikian pula, pendekatan interdisiplin dan lintas-disiplin dalam penelitian sosial terhadap perilaku manusia serta faktor sosial dan lingkungan yang mempengaruhinya telah membuat banyak peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi ilmu sosial. Penggunaan metoda kuantitatif dan kualitatif telah makin banyak diintegrasikan dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan konsekuensinya.
Karena sifatnya yang berupa penyederhanaan dari ilmu-ilmu sosial, di Indonesia IPS dijadikan sebagai mata pelajaran untuk siswa sekolah dasar (SD), dan sekolah menengah tingkat pertama(SMP/SLTP). Sedangkan untuk tingkat di atasnya, mulai dari sekolah menengah tingkat atas (SMA) dan perguruan tinggi, ilmu sosial dipelajari berdasarkan cabang-cabang dalam ilmu tersebut khususnya jurusan atau fakultas yang memfokuskan diri dalam mempelajari hal tersebut.

1.      Ilmu Terapan
Ilmu terapan adalah penerapan pengetahuan dari satu atau lebih bidang-bidang: matematika, fisika atau ilmu alam, ilmu kimia atau ilmu biologi untuk penyelesaian masalah praktis yang langsung memengaruhi kehidupan kita sehari-hari.


BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh   usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari  berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.Pengertian  Ilmu Pengetahuan  lainnya adalah suatu sistem berbagai pengetahuan  yang  didapatkankan dari hasil pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan menggunakan  suatu  metode tertentu. Jadi, ilmu adalah segala proses kegiatan terhadap suatu  keadaan  dengan cara menggunakan alat, prosedur, cara, metode, sehingga menghasilkan  pengetahuan  baru bagi  manusia itu sendiri.
Ilmu memiliki beberapa karakteristik seperti komprehensif, sinoptik, sistematik, memiliki obyek kajian yang jelas, relatif, kebenaran ilmiah tidaklah bersifat difinitif, koheren, sistematis, konsepsional, rasional, intersubjektif, empiris, kognitif, mempunyai dasar pembenaran/postulat, otonom, memiliki hubungan fungsional dan hubungan kausal, ilmu harus bersifat tampa pamrih, objektif, progresiv, dan universal. Ilmu juga memiliki klasifikasi yang dibagi 3, yaitu ilmu alam, ilmu sosial, dan ilmu terapan.
3.2  Saran
Setelah kita mengetahui definisi, karakteristik, dan klasifikasi dari ilmu, sebaiknya kita menerapkan kegiatan menuntut ilmu karena memiliki manfaat yang banyak. Semoga dengan dibuatnya makalah ini dapat membantu pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan.

.DAFTAR PUSTAKA