Jumat, 18 Oktober 2019

Klasifikasi Ilmu


MAKALAH
KLASIFIKASI ILMU



Disusun Oleh :
Shifa Sandrinadya Munandar
Kelas :
1 PA 09




Jurusan Psikologi
Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma
2019



DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
1.2  Rumusan Masalah
1.3  Tujuan Penulisan
BAB II ISI
2.1  Defini Ilmu
2.2  Sejarah Ilmu
2.3  Karakteristik dan Klasifikasi Ilmu
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan
3.2  Saran
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Manusia pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu terhadap apa yang  ada  dan apa yang sedang terjadi disekitarnya. Manusia tidak pernah puas terhadap apa yang  sudah ada dan selalu mencari kebenaran sesungguhnya dengan bertanya-tanya untuk mendapatkan jawaban yang mereka inginkan. Banyak pertanyaan yang muncul di dalam diri  manusia karena rasa ingin tahu mereka yang besar. Manusia biasanya melakukan penalaran  yang  menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan karena perasaan.  Oleh karena itu, timbul pengetahuan yang selanjutnya dikaji melalui beberapa   proses  dan  menjadi sebuah ilmu.
Ilmu pengetahuan mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan dunia. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan memberikan kemudahan bagi  kehidupan  baik dalam kehidupan individu maupun kehidupan bermasyarakat. Menurut Al-Ghazali, dengan ilmu pengetahuan akan diperoleh segala bentuk kekayaan, kemuliaan, kewibawaan, pengaruh, jabatan, dan kekuasaan. Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat ini justru menjadikan manusia tidak berhenti mencari sebuah kebenaran.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin lama semakin maju seiring berjalannya  waktu ini menyebabkan munculnya  ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan  bahkan ke arah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi. Seperti yang telah dikemukakan oleh Van Perseun (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang  sifat  benar atau tidaknya dapat ditentukan. Menurut Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin  kaburnya garis batas antara ilmu dasar murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis.




1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa definisi dari ilmu?
2.      Bagaimana sejarah perkembangan dari ilmu?
3.      Apa saja karakteristik dan klasifikasi dari ilmu?

1.3  Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui dan memahami definisi dari ilmu.
2.      Untuk mengetahui dan memahami sejarah perkembangan dari ilmu.
3.      Untuk mengetahui dan memahami karakteristik dan klasifikasi dari ilmu.


                                             

BAB II
ISI
2.1 Definisi Ilmu
      Secara bahasa, ilmu berasal dari bahasa Arab ilm yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam bahasa Inggris, science atau bahasa latin scientia yang mengandung kata kerja scire yang berarti tahu atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan sebagainya.
      Menurut Mohammad Hatta, ilmu pengetahuan adalah pengetahuan atau studi yang teratur tentang pekerjaan hukum umum, sebab akibat dalam suatu kelompok masalah yang sifatnya sama baik dilihat dari kedudukan maupun hubungannya.
      Menurut The Liang Gie, Ilmu adalah rangkaian kegiatan manusia yang rasional dan kognitif dengan metode berupa macam-macam prosedur dan susunan langkah yang kemudian akan menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai berbagai gejala kealaman, kemasyarakatan atau individu untuk tujuan mencapai kebenaran yang sebar-benarnya, mendapatkan pemahaman dan memberikan penjelasan atau melakukan penerapan.
Menurut Afanasyef yang merupakan seorang pemikir Marxist dari Rusia yang menjelaskan tentang  ilmu, dimana ilmu merupakan pengetahuan manusia tentang alam, pikiran dan masyarakat. Beliau mencerminkan alam & berbagai konsep, kategori & hukum-hukum, yang mana ketetapan & kebenarannya diuji oleh pengalaman praktis.
Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh   usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari  berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.Pengertian  Ilmu Pengetahuan  lainnya adalah suatu sistem berbagai pengetahuan  yang  didapatkankan dari hasil pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan menggunakan  suatu  metode tertentu. Jadi, ilmu adalah segala proses kegiatan terhadap suatu  keadaan  dengan cara menggunakan alat, prosedur, cara, metode, sehingga menghasilkan  pengetahuan  baru bagi  manusia itu sendiri.

2.2 Sejarah  Ilmu
Dalam buku History of philosophy of science karya L.W.H hull  (1950)  menjelaskan bahwa sejarah filsafat dan ilmu pengetahuan dibagi menjadi  empat  zaman  atau  empat  periode pembentukannya, yaitu  Zaman Filsafat Yunani, Zaman  Pertengahan,  Zaman  Kebangkitan Islam, dan  Zaman Kebangkitan Eropa.
Pertama, masa filsafat Yunani merupakan masa dimana  filsafat  dan  ilmu  pengetahuan dilahirkan, seperti kita tahu dizaman ini banyak filsuf mulai dari  Thales,   Socrates,  Aristoteles,  Plato dll. Zaman ini filsafat tumbuh bagai jamur  di musim semi, ditandai banyak melahirkan aliran-aliran filsafat klasik yang  mempengaruhi  pemikiran    umat   manusia sampai sekarang. Tidak dapat dipungkiri bahwa orang  yunani selalu   memikirkan  alam semesta dan sistem sosial  masyarakat, termasuk asa usul  alam semesta,  hakikat  manusia, hakikat masyarakat sampai metafisika.
Kedua, Zaman Pertengahan atau orang  biasa menyebutnya  zaman  kegelapan, dimana masa ini otoritas raja dan gereja menjadi otoritas kebenaran   mutlak, tidak ada  kebenaran   kalau bukan dari kerajaan dan gereja yang  mengatakan, sehingga ada  monopoli  kebenaran  di masa ini, hal  ini membuat  kemandekan dalam perkembangan pemikiran  filsafat.  Ini  menjadi alasan kenapa zaman ini disebut zaman kegelapan, karena zaman ini  pemikiran manusia dipasung dengan sangat kuatnya sehingga membuat filsafat  dan  ilmu  pengetahuan menjadi mati suri. Ilmu pengetahuan dikontrol dengan kuat oleh kekuasaan.
Ketiga, ketika di barat ilmu pengetahuan dan filsafat begitu muram dan  gelap,  justru di dunia Islam ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang   luar  biasa, banyak  pemikir muslim zaman itu yang  mampu melahirkan karya karya fenomenal. Di zaman itu  banyak  ilmuan dengan berbagai bidang  ilmunya hadir  mewarnai  khazanah   intelektual    islam sebagai contoh adalah Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hanbali yang ahli dalam hukum islam;  Al Farabi ahli dalam astronomi dan matematika; Ibnu Sina ahli dalam kedokteran;  Al Kindi  ahli filsafat; Ibnu Khaldul ahli sosiologi, filsafat sejarah dan politik, ekonomi  dan  kenegaraan; dan Anzahel ahli dan penemu teori peredaran planet.
Keempat, periode kebangkitan Eropa (abad 14-20). Di abad  ini  terjadi  sebuah  pemutar balikan   zaman, ketika di abad pertengahan  kekuatan gereja dan  raja sebagai  otoritas  penentu kebenaran absolut, zaman ini mulai terjadi penentangan terhadap  kekuasaan  gereja dan  raja. Di abad ini lahirlah banyak tokoh-tokoh yang  membawa eropa  memasuk  zaman  kebangkitan kembali filsafat dan ilmu pengetahuan, sebut saja Fransiscan Bacon  dengan  aliran  pemikiran empirisme dan realism; Newton dengan teori gravitasinya; John Lock  menentang   kekuasaan gereja dengan menyebarkan ide bahwa manusia bebas untuk mengeluarkan pendapat, hak untuk hidup, hak untuk merdeka dan hak berfikir; Immanuel Kant seorang  filsuf  terkemuka dari jerman memebrikan kritik terhadap akal budi dalam bukunya critique of pure reason.
2.3  Karakteristik dan Klasifikasi Ilmu
Adapun ciri-ciri ilmu yaitu:
1.      Komprehensif; ruang lingkupnya luas dan lengkap.
2.      Sinoptik; unsur-unsurnya memiliki  kebersamaan yang integral.
3.      Sistematik; teratur menurut sistem, ada korelasi.
4.      Memiliki obyek kajian yang jelas.
5.      Relatif; bersifat sementara dan terbuka terhadap penemuan baru, kreatif  dan pragmatis. Kebenaran ilmiah tidaklah bersifat difinitif, suatu teori keilmuan yang dipandang benar pada kurun waktu tertentu, mungkin saja salah  dalam kurun waktu yang lain.
6.      Koheren; runtut, unsur-unsurnya tidak boleh mengandung uraian-uraian yang  bertentangan satu sama  lain.
7.    Sistematis; masing-masing unsur saling berkaitan satu sama lain, ada sistem dalam  susunan pengetahuan dan dalam cara memperolehnya.
8.      Konsepsional; jelas prosesnya.
9.      Rasional; unsur-unsurnya berhubungan secara logis.
10.  Intersubjektif, kepastian pengetahuan ilmiah tidaklah didasarkan atas intuisi-intuisi serta pemahaman-pemahaman secara subjektif, melainkan dijamin oleh sistemnya itu sendiri.
11.  Bersifat empiris, berdasarkan pengalaman, penemuan,  pengamatan,  percobaan yang  telah dilakukan.
12.  Kognitif; pernyataan yang terkait dengan keilmuan itu memang bersifat mengandung hakikat kebenaran itu sendiri.
13.  Mempunyai dasar pembenaran/postulat; cara kerja ilmiah diarahkan untuk memperoleh derajat kepastian yang sebesar mungkin.
14.  Otonom; mempunyai kedudukan mandiri. Maksudnya, meskipun faktor-faktor di luar  ilmu juga ikut berpengaruh, tetapi harus diupayakan agar tidak menghentikan pengembangan ilmu secara mandiri.
15.  Memiliki hubungan fungsional dan hubungan kausal. Ilmu harus dapat digunakan  sebagai perwujudan kebertautan antara teori dan praktis.
16.  Ilmu harus bersifat tampa pamrih, karena hal itu erat kaitannya dengan tanggung jawab ilmuan.
17.  Objektif; setiap ilmu terpimpin oleh obyek  dan tidak didistorsi oleh prasangka-prasangka subjektif.
18.  Progresiv;  suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah sungguh-sungguh bila  mengandung pertanyaan-pertanyaan baru dan menimbulkan problem-problem baru lagi.
19.  Universal; berlaku umum (untuk semua orang atau untuk seluruh dunia). Jawaban atas  pertanyaan apakah sesutu hal itu layak atau tidak layak tergantung pada faktor-faktor subjektif.

2.4  Klasifikasi Ilmu
1.      Ilmu Alam
Ilmu alam mempelajari aspek-aspek fisik & nonmanusia tentang Bumi dan alam sekitarnya. Ilmu-ilmu alam membentuk landasan bagi ilmu terapan, yang keduanya dibedakan dari ilmu sosial, humaniora, teologi, dan seni.
Matematika tidak dianggap sebagai ilmu alam, akan tetapi digunakan sebagai penyedia alat/perangkat dan kerangka kerja yang digunakan dalam ilmu-ilmu alam. Istilah ilmu alam juga digunakan untuk mengenali “ilmu” sebagai disiplin yang mengikuti metode ilmiah, berbeda dengan filsafat alam. Di sekolah, ilmu alam dipelajari secara umum di mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
Tingkat kepastian ilmu alam relatif tinggi mengingat obyeknya yang  kongkrit, karena hal ini ilmu alam lazim juga disebut ilmu pasti. Di samping penggunaan secara tradisional di atas, saat ini istilah “ilmu alam” kadang digunakan mendekati arti yang lebih cocok dalam pengertian sehari-hari. Dari sudut ini, “ilmu alam” dapat menjadi arti alternatif bagi biologi, terlibat dalam proses-proses biologis, dan dibedakan dari ilmu fisik (terkait dengan hukum-hukum fisika dan kimia yang mendasari alam semesta).

2.      Ilmu Sosial
Ilmu sosial  adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan denganmanusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan seni dan humaniora karena menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari manusia, termasuk metoda kuantitatif dan kualitatif. Istilah ini juga termasuk menggambarkan penelitian dengan cakupan yang luas dalam berbagai lapangan meliputi perilaku dan interaksi manusia pada masa kini dan masa lalu. Berbeda dengan ilmu sosial secara umum, IPS tidak memusatkan diri pada satu topik secara mendalam melainkan memberikan tinjauan yang luas terhadap masyarakat.
Ilmu sosial, dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat secara subjektif, inter-subjektif, dan objektif atau struktural, sebelumnya dianggap kurang ilmiah bila dibanding dengan ilmu alam. Namun sekarang, beberapa bagian dari ilmu sosial telah banyak menggunakan metoda kuantitatif. Demikian pula, pendekatan interdisiplin dan lintas-disiplin dalam penelitian sosial terhadap perilaku manusia serta faktor sosial dan lingkungan yang mempengaruhinya telah membuat banyak peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi ilmu sosial. Penggunaan metoda kuantitatif dan kualitatif telah makin banyak diintegrasikan dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan konsekuensinya.
Karena sifatnya yang berupa penyederhanaan dari ilmu-ilmu sosial, di Indonesia IPS dijadikan sebagai mata pelajaran untuk siswa sekolah dasar (SD), dan sekolah menengah tingkat pertama(SMP/SLTP). Sedangkan untuk tingkat di atasnya, mulai dari sekolah menengah tingkat atas (SMA) dan perguruan tinggi, ilmu sosial dipelajari berdasarkan cabang-cabang dalam ilmu tersebut khususnya jurusan atau fakultas yang memfokuskan diri dalam mempelajari hal tersebut.

1.      Ilmu Terapan
Ilmu terapan adalah penerapan pengetahuan dari satu atau lebih bidang-bidang: matematika, fisika atau ilmu alam, ilmu kimia atau ilmu biologi untuk penyelesaian masalah praktis yang langsung memengaruhi kehidupan kita sehari-hari.


BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh   usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari  berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.Pengertian  Ilmu Pengetahuan  lainnya adalah suatu sistem berbagai pengetahuan  yang  didapatkankan dari hasil pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan menggunakan  suatu  metode tertentu. Jadi, ilmu adalah segala proses kegiatan terhadap suatu  keadaan  dengan cara menggunakan alat, prosedur, cara, metode, sehingga menghasilkan  pengetahuan  baru bagi  manusia itu sendiri.
Ilmu memiliki beberapa karakteristik seperti komprehensif, sinoptik, sistematik, memiliki obyek kajian yang jelas, relatif, kebenaran ilmiah tidaklah bersifat difinitif, koheren, sistematis, konsepsional, rasional, intersubjektif, empiris, kognitif, mempunyai dasar pembenaran/postulat, otonom, memiliki hubungan fungsional dan hubungan kausal, ilmu harus bersifat tampa pamrih, objektif, progresiv, dan universal. Ilmu juga memiliki klasifikasi yang dibagi 3, yaitu ilmu alam, ilmu sosial, dan ilmu terapan.
3.2  Saran
Setelah kita mengetahui definisi, karakteristik, dan klasifikasi dari ilmu, sebaiknya kita menerapkan kegiatan menuntut ilmu karena memiliki manfaat yang banyak. Semoga dengan dibuatnya makalah ini dapat membantu pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan.

.DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar