MAKALAH
GANGGUAN
KEJIWAAN PADA MANUSIA
Disusun
Oleh :
Shifa
Sandrinadya Munandar
Kelas
:
1
PA 09
Jurusan
Psikologi
Fakultas
Psikologi
Universitas
Gunadarma
2019
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar
Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Rumusan
Masalah................................................................................................................1
1.3 Tujuan
Penulisan..................................................................................................................1
BAB 2
ISI...................................................................................................................................3
2.1 Gangguan
Kejiwaan pada Manusia......................................................................................3
2.1.1 Self Injury....................................................................................................................3
2.1.2 Schizophrenia..............................................................................................................3
2.1.3 Anxiety Disorder.........................................................................................................3
2.2 Definisi Gangguan Kejiwaan pada Manusia.......................................................................4
2.2.1 Definisi Self Injury......................................................................................................4
2.2.2 Definisi Schizophrenia................................................................................................4
2.2.3 Definisi Anxiety Disorder...........................................................................................5
2.3 Karakteristik
Gangguan Kejiwaan.......................................................................................6
2.3.1 Karakteristik Penderita Self
Injury..............................................................................6
2.3.2 Karakteristik Penderita
Schizophrenia........................................................................6
2.3.3 Karakteristik Penderita Anxiety
Disorder...................................................................7
2.4 Penyebab
Terjadinya Gangguan Kejiwaan..........................................................................8
2.4.1 Penyebab Terjadinya Self Injury.................................................................................8
2.4.2 Penyebab Terjadinya Schizophrenia...........................................................................8
2.4.3 Penyebab Terjadinya Anxiety
Disorder......................................................................9
2.5 Dampak
Gangguan Kejiwaan pada Manusia.....................................................................10
2.5.1 Dampak Gangguan Self Injury..................................................................................10
2.5.2 Dampak Gangguan schizophrenia.............................................................................10
2.5.3 Dampak Gangguan Anxiety Disorder.......................................................................11
2.6 Alternatif
Penanggulangan Gangguan Kejiwaan...............................................................14
2.6.1 Alternatif Penanggulangan Self
injury......................................................................14
2.6.2 Alternatif Penanggulangan
Schizophrenia................................................................15
2.6.3 Alternatif Penanggulangan Anxiety Disorder...........................................................15
BAB 3 PENUTUP....................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................17
3.2 Saran...................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan
jiwa merupakan penyakit mental yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor baik
dari dalam maupun luar. Gangguan jiwa ini bisa terjadi pada siapa saja dan
tidak mengenal usia. Gangguan mental ini dapat dikenali dengan perubahan pola
pikir, tingkah laku dan emosi yang berubah secara mendadak tanpa disertai
alasan yang jelas. Stres yang menjadi pemicu awal terjadinya gangguan jiwa akan
membuat seseorang tidak mampu beraktivitas secara normal. Jika stres ini tidak
ditangani secara cepat maka akan berlanjut pada gejala gangguan kejiwaan.
Pada
umumnya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kejiwaan seseorang misalnya
dari faktor keturunan, jika di dalam silsilah keluarga tersebut mempunyai
riwayat ganguan jiwa maka keturunan – keturunan dari keluarga tersebut bisa dan
sangat mungkin juga akan mengalami ganguan medis tersebut karena ada hubungan
darah dari orang tua mereka yang menyebabkan si anak juga bisa mengalami
ganguan jiwa tersebut.
Faktor
lingkungan juga bisa berpengaruh terhadap penyakit medis gangguan jiwa
tersebut, contoh di dalam sebuah lingkungan ada seseorang yang mengalami suatu
masalah atau juga miliki sebuah aib dan dalam lingkungan tersebut ada beberapa
orang yang dengan sengaja mengucilkan dan mengejek orang tersebut, maka orang
terbebut akan mengalami beban pikiran yang berat sehingga menyebabkan depresi
yang mengakibatkan ganguan jiwa. Penggunaan obat-obat terlarang yang bersifat
adiksi untuk mengurangi stres akan tekanan hidup nyatanya justru dapat memicu
terjadinya gejala gangguan kejiwaan pada si pemakainya tersebut, zat adiksi
yang mempunyai efek ketergantungan bagi pemakainya ini akan merubah persepsi
seseorang kedalam hal-hal yang dapat merusak saraf motorik didalam tubuh.Selain
itu, proses berpikir yang melibatkan kinerja otak tidak akan berjalan
sebagaimana mestinya akibat pengaruh dari zat adiksi yang terkandung didalam
obat-obatan terlarang tersebut.
Self
Injury, Schizophrenia, dan Anxiety Disorder merupakan beberapa contoh dari gangguan kejiwaan
pada manusia yang umum terjadi di masyarakat kita. Namun, pengetahuan kita
tentang penyakit mental pada manusia masih tergolong minim, bahkan masyarakat
menganggap seseorang yang memiliki gangguan mental itu sangat membahayakan
orang lain dan menjadi aib bagi keluarga. Pandangan buruk dan diskriminasi
terhadap penyakit mental ini akan membuat penderita merasa semakin dikucilkan
dan tidak dipedulikan.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa definisi dari Self Injury, Schizophrenia, dan Anxiety
Disorder?
2.
Apa saja karakteristik yang ada pada
penderita Self Injury, Schizophrenia, dan
Anxiety Disorder?
3.
Apa penyebab terjadinya Self Injury, Schizophrenia, dan Anxiety Disorder?
4.
Apa saja dampak yang disebabkan oleh Self Injury, Schizophrenia, dan Anxiety Disorder?
5.
Bagaimana alternatif penanggulangan Self Injury, Schizophrenia, dan Anxiety Disorder?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Dapat
mengetahui definisi dari Self Injury,
Schizophrenia, dan Anxiety Disorder.
2. Dapat
mengetahui karakteristik penderita Self
Injury, Schizophrenia, dan Anxiety
Disorder.
3. Dapat
mengetahui penyebab terjadinya Self
Injury, Schizophrenia, dan Anxiety
Disorder.
4. Dapat
mengetahui dampak yang disebabkan oleh Self
Injury, Schizophrenia, dan Anxiety
Disorder.
5. Dapat
mengetahui alternatif penanggulangan Self
Injury, Schizophrenia, dan Anxiety
Disorder.
BAB 2ISI
2.1 Gangguan
Kejiwaan pada Manusia
Gangguan
kejiwaan pada manusia merupakan masalah kesehatan pada mental seseorang yang
bisa mempengaruhi bagaimana dia merasa, berpikir, berperilaku, dan berinteraksi
dengan orang lain secara signifikan. Berikut ini dijelaskan secara umum
beberapa gangguan kejiwaan yang terjadi pada manusia dan penggolongannya.
2.1.1
Self Injury
Bagi
kebanyakan orang, tindakan melukai diri sendiri, seperti melukai tangan dengan
silet lalu melihat darah yang mengalir merupakan hal yang mengerikan. Akan
tetapi sebagian orang justru menikmati tindakan tersebut dan menggunakannya
sebagai media pelepasan emosi. Tindakan melukai diri sendiri dikenal dengan self injury.
Self
injury merupakan perilaku menyakiti dan melukai diri
sendiri yang dilakukan secara sengaja. Self injury ini termasuk kedalam
gangguan mental yang bisa muncul sebagai gejala dari beberapa penyakit mental
lainnya, seperti gangguan mood, gangguan makan, gangguan stres pascatrauma,
gangguan penyesuaian atau gangguan kepribadian ambang, dan depresi.
2.1.2
Schizophrenia
Schizophrenia adalah gangguan kejiwaan yang
terjadi dalam jangka panjang. Gangguan ini menyebabkan penderitanya mengalami
halusinasi, delusi atau waham, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku. Gangguan
ini termasuk dalam gangguan psikotik yang merupakan gangguan jiwa parah yang
menyebabkan munculnya pemikiran dan persepsi yang tidak normal.
2.1.3
Anxiety Disorder
Anxiety atau
kecemasan adalah respons alami tubuh terhadap stres. Hal ini dapat muncul
sebagai perasaan khawatir atau justru takut pada apa yang akan terjadi nanti.
Gangguan ini termasuk dalam gangguan kecemasan dan Orang yang menderita gangguan
kecemasan biasanya takut pada benda atau situasi
tertentu. Hal tersebut bisa dilihat dari banyaknya keringat yang keluar, detak
jantung yang cepat, merasa pusing, susah berkonsentrasi atau tidur, dan merasa
cemas serta khawatir.
2.2 Definisi
Gangguan Kejiwaan pada Manusia
Berikut
ini dijelaskan definisi dari beberapa gangguan kejiwaan pada manusia sebagai
berikut:
2.2.1
Definisi Self Injury
Self injury atau self harm merupakan kelainan psikologis
di mana seseorang dengan sengaja melukai diri sendiri. Aktivitas self injury dapat berupa mengiris,
menggores, melukai, membakar kulit, dan mememarkan tubuh. Pada tingkat yang
lebih akut, penderita dapat mematahkan tulang mereka sendiri dan menyuntikkan
racun ke dalam tubuh.
Dengan kata lain, self injury merupakan bentuk mekanisme
pertahanan diri yang digunakan seseorang untuk mengatasi rasa sakit secara
emosional, kekosongan diri, kesepian. Dengan melukai diri sendiri, maka
seseorang merasa rasa sakitnya berkurang, meskipun ia sadar bahwa itu hanya
untuk sementara. Karena pelaku “menikmati” tindakan tersebut, maka self injury dilakukan secara berulang
dan menyebabkan kecenduan. Berbeda dengan
tindakan bunuh diri, self injury
dilakukan untuk melepaskan emosi yang tidak dapat diungkapkan. Melukai diri
dilakukan untuk mengurangi ketegangan, euforia, kemarahan, depresi, kesepian,
kehilangan, dan memuaskan keinginan untuk menghukum diri sendiri. Penderita
merasa tenang dan “nyaman” setelah menyakiti diri.
2.2.2
Definisi Schizophrenia
Schizophrenia
adalah kekacauan jiwa yang serius ditandai dengan kehilangan kontak pada
kenyataan (psikosis), halusinasi, khayalan (kepercayaan yang salah), pikiran
yang abnormal dan mengganggu kerja dan fungsi sosial.
Davidson
dan Neale (dalam Anita, 2004) menyebutkan bahwa Schizophrenia merupakan suatu
kelompok gangguan psikotik yang dicirikan dengan adanya gangguan pikiran, emosi
dan perilaku seseorang, dimana ide-idenya seringkali tidak logis, adanya
persepsi yang salah, gangguan dalam aktivitas motorik dan memiliki afek yang
datar bahkan seringkali tidak sesuai. Hal ini menyebabkan individu semakin
menjauh dari orang-orang disekitarnya dan individu tidak mampu menangkap
realita yang terjadi, dan mereka juga sering mengalami halusinasi dan delusi.
Menurut
Kamus Lengkap Psikologi (2000), Schizophrenia didefinisikan sebagai satu nama
umum sekelompok reaksi psikotis, dicirikan denga pemunduran emosional dan
afektif dan tergantung pada tipe dan adanya halusinasi, delusi, tingkah laku
negativistis, dan kemunduran atau perusakan yang progresif.
Berdasarkan
DSM IV-R (dalam Journal Of Psychiatri, 2008), schizophrenia adalah suatu
gangguan yang terjadi sekurang-kurangnya enam bulan termasuk symptom fase aktif
selama satu bulan yang diikuti dengan adanya delusi, halusinasi, disorganisasi
dalam bicara, tingkah laku yang kasar, dan symptom negatif.
Berdasarkan
penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Schizophrenia adalah kekacauan jiwa
yang serius ditandai dengan kehilangan kontak pada kenyataan (psikosis),
halusinasi, khayalan (kepercayaan yang salah), pikiran yang abnormal dan
mengganggu kerja dan fungsi sosial yang dicirikan dengan adanya gangguan
pikiran, emosi dan perilaku seseorang, dimana ide-idenya seringkali tidak
logis, adanya persepsi yang salah, gangguan dalam aktivitas motorik dan
memiliki afek yang datar bahkan seringkali tidak sesuai dengan norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat.
2.2.3
Definisi Anxiety Disorder
Anxiety
disorder adalah gangguan kecemasan
yang tak wajar dan termasuk penyakit mental yang
cukup serius. Bahkan rasa khawatir dan takut berlangsung terus menerus dan sangat
hebat sehingga tidak bisa dikendalikan. Setiap orang pasti pernah mengalami
rasa cemas. Hal ini merupakan suatu bentuk emosi normal yang
dialami oleh makhluk hidup. Banyak orang yang merasa cemas saat bekerja,
saat akan menghadapi ujian, atau ketika membuat
keputusan penting.
Namun berbeda dengan rasa cemas normal seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, anxiety
disorder atau gangguan kecemasan bukanlah hal yang wajar dan termasuk
penyakit mental yang cukup serius.
Pada
individu dengan anxiety disorder atau gangguan cemas, rasa
khawatir dan takut berlangsung terus menerus dan sangat hebat sehingga tidak
bisa dikendalikan. Namun dengan pengobatan sebenarnya individu dengan anxiety
disorder bisa mengatur perasaan ini dan bisa kembali menjalani
aktivitas sehari –
harinya dengan normal.
2.3 Karakteristik
Gangguan Kejiwaan
Gangguan
kejiwaan pada manusia memiliki karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan
gangguan mental masing-masing. Berikut penjelasan karakteristik penderita
gangguan kejiwaan sebagai berikut:
2.3.1
Karakteristik Penderita Self Injury
Orang yang
memiliki tendensi untuk menyakiti diri sendiri sering kali tidak menunjukkan
gejala yang khas. Perilaku self injury tersebut biasanya
dilakukan pada saat mereka sendirian, dan tidak di tempat umum.
Namun,
beberapa ciri berikut mungkin menandakan seseorang memiliki kecendurungan untuk
menyakiti diri sendiri:
- Memiliki sejumlah luka di tubuhnya, seperti luka
sayat di pergelangan tangan, luka bakar di lengan, paha, dan badan,
atau memar di buku jari-jari tangan. Umumnya mereka
akan menyembunyikan luka tersebut dan akan menghindar bila ditanya apa
penyebabnya.
- Memperlihatkan gejala depresi, seperti suasana
hati yang buruk, sering merasa sedih, menangis, dan tidak memiliki
motivasi dalam hidup.
- Sulit bersosialisasi, baik di lingkungan rumah,
sekolah, maupun tempat kerja. Mereka lebih suka menyendiri dan enggan
berbicara dengan orang lain.
- Cenderung tidak percaya diri atau menyalahkan
diri sendiri atas masalah apa pun yang terjadi.
- Sering mengenakan pakaian yang menutupi seluruh
tubuh, untuk menyembunyikan luka.
2.3.2
Karakteristik Penderita Schizophrenia
Gejala
skizofrenia pada dasarnya bervariasi berdasarkan jenis dan tingkat
keparahannya. Meski begitu, ada beberapa gejala yang paling khas diantaranya
sebagai berikut:
- Mengalami
halusinasi dan delusi.
- Tidak
peduli terhadap kebersihan dan penampilan diri.
- Penarikan
diri dari lingkungan sosial, seperti teman dan keluarga.
- Kesulitan
tidur atau pola tidur yang berubah.
- Sangat
sensitif dan memiliki suasana hati yang tertekan.
- Tidak
responsif terhadap lingkungan sekitar.
- Kurang
motivasi dalam menjalani hidup, termasuk untuk menjalin hubungan dengan
orang lain.
- Konflik
pada pikiran, sulit membuat keputusan.
- Kesulitan
untuk mengekspresikan dan memperlihatkan emosi.
- Ketakutan
akan tempat umum yang ramai.
- Paranoia,
seperti kecemasan berlebihan, percaya dirinya mempunyai kemampuan khusus
atau mengidap penyakit tertentu yang sebenarnya tidak ada pada dirinya.
·
Kurangnya minat pada hal-hal yang dulunya sangat
disukai.
2.3.3
Karakteristik Penderita Anxiety Disorder
Secara umum, gejala dari anxiety
disorder atau gangguan cemas antara lain:
·
Perasaan panik, khawatir dan gelisah.
·
Gangguan tidur.
·
Tangan dan kaki dingin serta
berkeringat.
·
Napas pendek.
·
Jantung berdebar – debar.
·
Tidak bisa diam dan tenang.
·
Mulut kering.
·
Kesemutan atau baal pada tangan atau kaki.
·
Mual.
·
Ketegangan otot.
·
Sakit kepala.
2.4 Penyebab
Terjadinya Gangguan Kejiwaan
Gangguan
kejiwaan bisa terjadi karena berbagai faktor baik dari dalam tubuh kita maupun
dari luar. Berikut dijelaskan beebrapa penyebab terjadinya gangguan kejiwaan yang terjadi pada manusia sebagai
berikut:
2.4.1
Penyebab Terjadinya Self Injury
Self-injury dilakukan
untuk melampiaskan atau mengatasi emosi berlebih yang tengah dihadapi, misalnya
stres, marah, cemas, benci pada diri sendiri, sedih, kesepian, putus asa, mati rasa, atau rasa bersalah. Bisa
juga sebagai cara untuk mengalihkan perhatian dari pikiran yang mengganggu. Berbagai
emosi tersebut bisa muncul akibat dari:
·
Masalah sosial
Perilaku self-injury rentan
terjadi pada orang yang sedang mengalami kesulitan hidup dan masalah sosial,
misalnya menjadi korban bully (perundungan) di sekolah, atau tertekan
dengan tuntutan dari orang tua dan guru.Bisa juga karena sedang konflik dengan
keluarga, pasangan, dan teman, atau mengalami krisis identitas yang menyangkut
orientasi seksual.
·
Trauma psikologis
Kehilangan orang
yang dicintai dan menjadi korban kekerasan emosional, fisik, atau seksual bisa
membuat seseorang merasa hampa, mati rasa, dan rendah diri. Mereka menganggap
dengan menyakiti diri sendiri bisa mengingatkan dirinya bahwa ia masih hidup
dan merasakan sesuatu layaknya orang lain.
·
Gangguan mental
Self-injury ini
juga bisa muncul sebagai gejala dari beberapa penyakit mental, seperti
gangguan mood, depresi, gangguan makan, gangguan stres pascatrauma (PTSD), gangguan
penyesuaian, atau gangguan kepribadian ambang.
2.4.2
Penyebab Terjadinya Schizophrenia
Sampai
saat ini para ahli belum mengetahui apa yang menyebabkan seseorang mengalami
penyakit kejiwaan. Meski begitu, para peneliti percaya bahwa ada beberapa hal
yang dapat memicu penyakit ini. Beberapa hal yang dapat menjadi penyebab
penyakit skizofrenia adalah:
·
Senyawa
kimia di otak. Kadar seratonin dan dopamine di dalam otak yang
tidak seimbang diyakini apara hli bisa menyebabkan penyakit ini.
·
Perbedaan
struktur otak. Studi pemindai saraf otak menunjukkan perbedaan
dalam struktur otak dan sistem saraf pusat orang dengan penyakit ini Para
peneliti tidak yakin mengapa hal tersebut bisa terjadi, namun mereka
menyebutkan bahwa gangguan kejiwaan ini terkait dengan penyakit otak.
·
Genetik. Penyakit
ini mungkin diwariskan di dalam keluarga. Jadi, jika salah satu keluarga inti
Anda terkena penyakit ini, Anda berisiko tinggi mengalami hal yang serupa.
·
Faktor
lingkungan. Terkena infeksi virus dan kekurangan beberapa nutrisi
ketika masih dalam kandungan.
2.4.3
Penyebab Terjadinya Anxiety Disorder
Penyebab anxiety disorder sampai saat ini belum
benar-benar diketahui secara pasti. Namun, para ahli percaya bahwa kondisi ini
dapat dipicu oleh genetik. Jadi, jika Anda memiliki orangtua atau saudara kandung
yang mengalami gangguan kecemasan, maka Anda berisiko tinggi untuk mengalaminya
juga. Kejadian traumatis di masa lalu dan stres jangka panjang juga bisa jadi
penyebab seseorang mengalami gangguan kecemasan kronis.
Bahkan, kondisi ini juga bisa disebabkan karena kondisi medis tertentu. Ya,
dalam beberapa kasus, tanda dan gejala kecemasan adalah indikator pertama dari
penyakit medis. Jika dokter mencurigai bahwa kecemasan yang Anda alami
disebabkan oleh masalah medis tertentu, dokter akan menganjurkan Anda untuk
melakukan pemeriksaan tertentu guna menegakkan diagnosis.
Beberapa kondisi medis yang dapat
dikaitkan dengan gangguan kecemasan termasuk:
·
Penyakit jantung.
·
Diabetes.
·
Masalah tiroid, seperti hipertiroidisme.
·
Gangguan pernapasan, seperti penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK) dan asma.
·
Penyalahgunaan narkoba.
·
Kecanduan alkohol.
·
Nyeri kronis atau sindrom iritasi usus.
·
Tumor langka yang dapat memicu produksi hormon
adrenalin atau hormon tertentu lainnya.
2.5 Dampak
Gangguan Kejiwaan pada Manusia
Gangguan
kejiwaan pada manusia memiliki dampak yang berbeda bagi para penderitanya.
Berituk dijelaskan secara umum dampak dari gangguan kejiwaan pada manusia
sebagai berikut:
2.5.1
Dampak Gangguan Self Injury
Self injury merupakan
bentuk mekanisme pertahanan diri yang digunakan seseorang untuk mengatasi rasa
sakit secara emosional, kekosongan diri, kesepian. Dengan melukai diri sendiri,
maka seseorang merasa rasa sakitnya berkurang, meskipun ia sadar bahwa itu
hanya untuk sementara. Karena pelaku “menikmati” tindakan tersebut, maka self injury dilakukan secara berulang
dan menyebabkan kecenduan. Berbeda dengan
tindakan bunuh diri, self injury
dilakukan untuk melepaskan emosi yang tidak dapat diungkapkan. Melukai diri
dilakukan untuk mengurangi ketegangan, euforia, kemarahan, depresi, kesepian,
kehilangan, dan memuaskan keinginan untuk menghukum diri sendiri. Penderita
merasa tenang dan “nyaman” setelah menyakiti diri.
2.5.2
Dampak Gangguan schizophrenia
·
Sulit dimengerti oleh orang lain.
·
Sulit mengingat (gangguan memori).
·
Sulit menjalin hubungan sosial dengan
orang lain
·
Efek dari penyakit ini bisa sangat fatal, karena penderita
bisa saja mengalami kematian di usia yang muda. Penyakit skizofrenia bisa
dibilang sangat berbahaya, karena bisa saja penderita akan lari ke obat-obatan
terlarang seperti narkoba.
2.5.3
Dampak Gangguan Anxiety Disorder
Berikut penjelasan dari para ahli mengenai dampak yang perlu kita
tahu mengenai gangguan anxiety disorder
yang tanpa disadari menyerang banyak orang ini.
1. Mempengaruhi memori jangka pendek
Kalau kamu merasa menjadi semakin
pelupa selama mengalami masa kecemasan parah, itu ada penjelasan ilmiahnya.
Peningkatan hormon kortisol karena gangguan kecemasan akut menyusutkan hippocampus, yang merupakan “pusat ingatan dalam otak”.
Efek Anxiety pada hippocampus akan terekam dan bisa menyebabkan
seseorang menjadi pelupa dan kebingungan. Patut diingat, efek lupa ini biasanya
terjadi pada gangguan kecemasan kronis, bukan sekadar karena
stres sementara.
2.
Membuat kamu menjadi semakin impulsif
Seseorang bisa membuat keputusan
secepat kilat tanpa ada pertimbangan matang saat mengalami Anxiety Disorder. Hal ini dikarenakan efek kortisol
pada prefrontal cortex. Anastasiou menjelaskan bahwa prefrontal cortex merupakan bagian otak yang
bertanggungjawab dalam proses pembuatan keputusan.
“Ini bisa menyebabkan perilaku
impulsif (meledak-ledak), memburuknya kemampuan pengambilan keputusan, dan
cepat marah,” jelas Dr Anastasiou. Jadi, saat kamu merasakan gejala kecemasan,
lebih baik tundalah mengambil keputusan besar dan tenangkan diri terlebih dulu.
3.
Bisa memicu depresi
Gangguan kecemasan dan depresi adalah
dua kondisi, yang walaupun berbeda, namun terjadi beriringan. Anxiety Disorder biasanya memicu gejala depresi.
Menurut Mayo Clinic, depresi pada umumnya bisa dipicu oleh Anxiety Disorder, dan kecemasan merupakan gejala khas
yang menandakan depresi.
Kedua kondisi ini juga
membutuhkan penanganan yang sama; terutama konseling psikolog. Jika kamu
mengalami kesulitan dalam mengatasi gejala depresi atau kecemasan, mungkin
sudah saatnya untuk mencari bantuan profesional.
4.
Kecemasan bisa dipengaruhi oleh bagaimana kamu dibesarkan
Ada banyak faktor yang menentukan
apakah seseorang menderita gangguan kecemasan, mulai dari lingkungan hingga
genetik. Banyak studi populer, termasuk studi di tahun 2018 yang diterbitkan
dalam Child Development, menunjukkan bahwa cara
seseorang dibesarkan dapat menjadi penyebab utama gangguan mental kecemasan.
“Penelitian menunjukkan bahwa
ibu yang mengasuh bayinya sendiri, akan memiliki anak dengan lebih banyak
reseptor kortisol yang bisa meredam efek kortisol dan meredam stress,” kata Dr.
Anastasiou. "Ibu yang lalai dalam membesarkan bayinya, membuat
anaknya menjadi lebih sensitif terhadap stres dalam hidupnya kelak."
Dr. Anastasiou mengatakan
fenomena itu disebut "perubahan epigenetik," yang berarti bahwa cara
pengasuhan berdampak pada cara gen bertindak dalam tubuh tanpa mengubah kode
genetik yang sebenarnya.Perubahan-perubahan genetis ini sebenarnya dapat
diturunkan, yang menurut Dr. Anastasiou berarti bahwa, "Pengalaman penuh
tekanan yang dialami seseorang dapat mempengaruhi generasi mendatang di masa
depan."
5. Bisa menyebabkan insomnia
Tidak ada yang lebih buruk
daripada mengalami kecemasan pada malam hari dan akhirnya membuat kita tidak
bisa tidur sepanjang malam. “Gangguan kecemasan menyebabkan insomnia dengan
mengaktifkan sistem saraf simpatik seperti yang terjadi saat otak memberi
respon menyerang atau melarikan diri. Ini mengubah detak jantung, pernapasan,
dan gelombang otak kita yang memengaruhi kualitas dan durasi tidur, ”kata Dr.
Anastasiou. Menurut Mayo Clinic, gejala kecemasan lainnya termasuk merasa
gugup, peningkatan detak jantung, dan pernapasan cepat. Jadi semua kecemasan
itu bukan hanya ada di kepala kamu, ada alasan ilmiah di balik malam-malam
tanpa tidur ketika kamu berjuang melawan kecemasan.
6.
Berdampak pada kadar hormon bahagia kamu
Salah satu alasan mengapa
gangguan kecemasan dapat menyebabkan depresi adalah karena hal itu memengaruhi
kadar hormone serotonin kamu.“Kecemasan menghabiskan kadar mineral dalam otak,
magnesium, yang bertanggung jawab untuk mengelola kortisol dan produksi serta
fungsi hormon serotonin. Hormon serotonin yang memberi perasaan nyaman dan
senang menjadi terganggu. Ini dapat menyebabkan peningkatan resiko depresi,
”kata Dr. Dean. Karena hal ini, beberapa spesialis menganjurkan suplemen
magnesium sebagai cara untuk mengurangi kecemasan, dan bahkan ada penelitian
terbaru yang membuktikan bahwa magnesium bisa menjadi opsi potensial untuk
membantu mengelola kecemasan.
7.Berdampak
pada tiroid
Karena tiroid mengendalikan
banyak hormon yang menyebar ke otak, Dr. Dean mengatakan bahwa, "Hal ini
dapat mengubah keseimbangan hormon di otak dan semakin memperburuk kondisi
kecemasan anda." Menurut Mayo Clinic, gejala lain dari masalah tiroid
adalah kelelahan, peningkatan kepekaan terhadap dingin, dan sembelit.
2.6 Alternatif
Penanggulangan Gangguan Kejiwaan
Ada
beberapa cara untuk menanggulanggi atau mengurangi gangguan kejiwaan pada
manusia sebagai berikut:
2.6.1
Alternatif Penanggulangan Self injury
Pelaku self-injury perlu
mendapatkan perawatan khusus dari ahli kejiwaan, baik psikolog ataupun
psikiater. Psikolog atau psikiater akan melakukan pemeriksaan untuk
mendiagnosis perilaku self-injury dan menentukan penyebabnya.
Penanganan akan diberikan sesuai penyebab munculnya perilaku ini.
Secara
umum beberapa langkah penanganan pada penderita self-injury meliputi:
1. Perawatan
medis
Penderita self-injury yang
mengalami luka atau masalah kesehatan lain, perlu segera mendapat pertolongan
medis, baik berupa rawat jalan maupun rawat inap.
2. Terapi dan
konseling
Terapi dan konseling dengan psikiater atau psikolog
bertujuan untuk mencari tahu penyebab tindakan self-injury,
sekaligus menemukan cara terbaik untuk mencegah pasien melakukan tindakan ini
lagi. Jenis terapi yang bisa dilakukan antara lain psikoterapi, terapi perilaku kognitif, terapi kelompok, dan
terapi keluarga.
Selain menjalani terapi dan pengobatan
di atas, orang yang memiliki tendensi untuk menyakiti diri sendiri juga
disarankan untuk:
1. Tidak
menyendiri. Carilah dukungan sosial dan psikologis dari teman, keluarga, atau
kerabat dekat.
2. Menyingkirkan
benda-benda tajam, zat kimia, atau obat-obatan yang bisa digunakan untuk
melukai diri sendiri.
3. Bergabung
dengan kegiatan-kegiatan positif, misalnya klub olahraga atau fotografi.
4. Mendalami
hobi, seperti bermain musik atau melukis, guna membantu mengekspresikan emosi
dengan cara yang positif.
5. Menghindari
konsumsi minuman keras dan narkoba.
6. Mengalihkan
perhatian ketika ada keinginan untuk melakukan self-injury.
7. Rutin
berolahraga, mencukupi waktu tidur dan istirahat, serta mengonsumsi makanan
yang bergizi seimbang.
Menyakiti diri sendiri
(self-injury) adalah salah satu bentuk gangguan perilaku yang perlu
mendapatkan perhatian khusus. Perilaku self-injury membutuhkan
penanganan dari psikolog atau psikiater,
terlebih jika kondisi ini berhubungan dengan gangguan mental tertentu.
2.6.2
Alternatif Penanggulangan Schizophrenia
Gaya hidup dan pengobatan rumahan yang mungkin dapat membantu Anda
mengatasi penyakit skizofrenia adalah:
·
Minum obat Anda setiap hari seperti pada resep dokter.
·
Saat halusinasi muncul, cobalah untuk mengabaikan
halusinasi itu dengan memfokuskan diri Anda pada hal lain, misalnya dengan
membaca buku, mendengarkan musik, berdoa, atau berbicara dengan teman.
·
Ikut berpartisipasi dalam program atau aktivitas yang
dianjurkan. Pertimbangkan untuk ikut dalam support group pekerja
sosial.
·
Hindari alkohol karena alkohol dapat menghambat efek
obat skizofrenia.
·
Jangan biarkan anggota keluarga yang mengidap penyakit
ini merasa tertekan. Stres, kurang tidur, diet yang tidak seimbang, dan kafein
dapat menyebabkan gejala kambuh.
·
Hubungi dokter apabila Anda atau keluarga Anda
mendengar suara, merasa paranoid atau memiliki pikiran-pikiran yang aneh.
·
Hubungi dokter Anda apabila Anda atau anggota keluarga
Anda kurang tidur, terlihat depresi, atau mempunyai perasaan ingin bunuh diri.
·
Jangan menggunakan obat skizofrenia yang ilegal.
·
Jangan menggunakan obat skizofrenia di luar resep
tanpa sepengetahuan dokter Anda
2.6.3 Alternatif Penanggulangan Anxiety Disorder
Berikut beberapa hal-hal sederhana yang bisa dilakukan
di rumah untuk membantu meredakan gejala gangguan kecemasan yang sedang Anda
alami:
1.
Tenangkan pikiran dengan melakukan meditasi atau
beribadah.
2.
Berendam air
hangat untuk merileksasikan otot-otot yang menegang.
3.
Berolahraga selama kira-kira setengah jam bisa
mengurangi kecemasan, membuat Anda lebih tenang, serta kian percaya diri.
4.
Menggunakan minyak
esensial untuk pijat atau aromaterapi penghantar tidur.
5.
Melakukan hobi yang disukai atau bahkan mencoba
hal-hal baru yang belum pernah Anda lakukan sebelumnya.
6.
Bercerita dengan orang-orang kepercayaan Anda, entah
itu keluarga, pasangan, atau sahabat terdekat.
7.
Jangan ragu untuk mencari dukungan ke dokter atau
psikolog jika Anda memang memerlukannya.
BAB 3PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Banyak orang mengalami
gangguan pada kesehatan mentalnya akibat berbagai persoalan hidup. Jika tidak
segera ditangani, kondisi ini berisiko berkembang menjadi sakit jiwa.
Sakit jiwa banyak jenisnya, mulai dari kecanduan obat, hingga gangguan
kepribadian.
Sakit jiwa adalah
gangguan mental yang berdampak kepada mood, pola pikir,
hingga tingkah laku secara umum. Seseorang disebut mengalami sakit jiwa, jika
gejala dan tanda gangguan jiwa yang dialami membuatnya tertekan dan
tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara normal.
Ciri-ciri orang
yang mengalami sakit jiwa dapat berbeda-beda tergantung dari jenisnya. Namun
pada umumnya, orang yang mengalami gangguan jiwa dapat dikenali dari beberapa
gejala tertentu, seperti perubahan mood yang sangat drastis
dari sangat sedih menjadi sangat gembira atau sebaliknya, merasa ketakutan yang
secara berlebihan, menarik diri dari kehidupan sosial, kerap merasa sangat
marah hingga suka melakukan kekerasan, serta mengalami delusional.
Terkadang, gejala ini juga diiringi oleh gangguan fisik, seperti sakit kepala,
nyeri punggung, sakit perut, atau nyeri lain yang tidak dapat dijelaskan.
3.2 Saran
Kita
harus menjaga kesehatan diri sendiri tidak hanya kesehatan fisik tetapi juga
kesehatan mental. Jika ada gejala-gejala yang sekiranya merujuk ke salah satu
gangguan kejiwaan, sebaiknya segera datang ke psikolog atau psikiater untuk
penanganan yang lebih lanjut. Tidak perlu merasa ragu dan malu karena kesehatan
mental tidak boleh dianggap remeh.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar