Minggu, 24 November 2019

Gangguan Kejiwaan pada Manusia



MAKALAH
GANGGUAN KEJIWAAN PADA MANUSIA





Disusun Oleh :
Shifa Sandrinadya Munandar
Kelas :
1 PA 09




Jurusan Psikologi
Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma
2019

DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1  Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2  Rumusan Masalah................................................................................................................1
1.3  Tujuan Penulisan..................................................................................................................1
BAB 2 ISI...................................................................................................................................3
2.1  Gangguan Kejiwaan pada Manusia......................................................................................3
2.1.1 Self Injury....................................................................................................................3
2.1.2 Schizophrenia..............................................................................................................3
2.1.3 Anxiety Disorder.........................................................................................................3
2.2   Definisi Gangguan Kejiwaan pada Manusia.......................................................................4
2.2.1 Definisi Self Injury......................................................................................................4
2.2.2 Definisi Schizophrenia................................................................................................4
2.2.3 Definisi Anxiety Disorder...........................................................................................5
2.3  Karakteristik Gangguan Kejiwaan.......................................................................................6
2.3.1 Karakteristik Penderita Self Injury..............................................................................6
2.3.2 Karakteristik Penderita Schizophrenia........................................................................6
2.3.3 Karakteristik Penderita Anxiety Disorder...................................................................7
2.4  Penyebab Terjadinya Gangguan Kejiwaan..........................................................................8
2.4.1 Penyebab Terjadinya Self Injury.................................................................................8
2.4.2 Penyebab Terjadinya Schizophrenia...........................................................................8
2.4.3 Penyebab Terjadinya Anxiety Disorder......................................................................9
2.5  Dampak Gangguan Kejiwaan pada Manusia.....................................................................10
2.5.1 Dampak Gangguan Self Injury..................................................................................10
2.5.2 Dampak Gangguan schizophrenia.............................................................................10
2.5.3 Dampak Gangguan Anxiety Disorder.......................................................................11



2.6  Alternatif Penanggulangan Gangguan Kejiwaan...............................................................14
2.6.1 Alternatif Penanggulangan Self injury......................................................................14
2.6.2 Alternatif Penanggulangan Schizophrenia................................................................15
2.6.3 Alternatif Penanggulangan Anxiety Disorder...........................................................15
BAB 3 PENUTUP....................................................................................................................17
3.1  Kesimpulan.........................................................................................................................17
3.2  Saran...................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18



BAB 1PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan penyakit mental yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun luar. Gangguan jiwa ini bisa terjadi pada siapa saja dan tidak mengenal usia. Gangguan mental ini dapat dikenali dengan perubahan pola pikir, tingkah laku dan emosi yang berubah secara mendadak tanpa disertai alasan yang jelas. Stres yang menjadi pemicu awal terjadinya gangguan jiwa akan membuat seseorang tidak mampu beraktivitas secara normal. Jika stres ini tidak ditangani secara cepat maka akan berlanjut pada gejala gangguan kejiwaan.
Pada umumnya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kejiwaan seseorang misalnya dari faktor keturunan, jika di dalam silsilah keluarga tersebut mempunyai riwayat ganguan jiwa maka keturunan – keturunan dari keluarga tersebut bisa dan sangat mungkin juga akan mengalami ganguan medis tersebut karena ada hubungan darah dari orang tua mereka yang menyebabkan si anak juga bisa mengalami ganguan jiwa tersebut.
Faktor lingkungan juga bisa berpengaruh terhadap penyakit medis gangguan jiwa tersebut, contoh di dalam sebuah lingkungan ada seseorang yang mengalami suatu masalah atau juga miliki sebuah aib dan dalam lingkungan tersebut ada beberapa orang yang dengan sengaja mengucilkan dan mengejek orang tersebut, maka orang terbebut akan mengalami beban pikiran yang berat sehingga menyebabkan depresi yang mengakibatkan ganguan jiwa. Penggunaan obat-obat terlarang yang bersifat adiksi untuk mengurangi stres akan tekanan hidup nyatanya justru dapat memicu terjadinya gejala gangguan kejiwaan pada si pemakainya tersebut, zat adiksi yang mempunyai efek ketergantungan bagi pemakainya ini akan merubah persepsi seseorang kedalam hal-hal yang dapat merusak saraf motorik didalam tubuh.Selain itu, proses berpikir yang melibatkan kinerja otak tidak akan berjalan sebagaimana mestinya akibat pengaruh dari zat adiksi yang terkandung didalam obat-obatan terlarang tersebut.
Self Injury, Schizophrenia, dan Anxiety Disorder merupakan beberapa contoh dari gangguan kejiwaan pada manusia yang umum terjadi di masyarakat kita. Namun, pengetahuan kita tentang penyakit mental pada manusia masih tergolong minim, bahkan masyarakat menganggap seseorang yang memiliki gangguan mental itu sangat membahayakan orang lain dan menjadi aib bagi keluarga. Pandangan buruk dan diskriminasi terhadap penyakit mental ini akan membuat penderita merasa semakin dikucilkan dan tidak dipedulikan.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa definisi dari Self Injury, Schizophrenia, dan Anxiety Disorder?
2.      Apa saja karakteristik yang ada pada penderita Self Injury, Schizophrenia, dan Anxiety Disorder?
3.      Apa penyebab terjadinya Self Injury, Schizophrenia, dan Anxiety Disorder?
4.      Apa saja dampak yang disebabkan oleh Self Injury, Schizophrenia, dan Anxiety Disorder?
5.      Bagaimana alternatif penanggulangan Self Injury, Schizophrenia, dan Anxiety Disorder?

1.3  Tujuan Penulisan
1.      Dapat mengetahui definisi dari Self Injury, Schizophrenia, dan Anxiety Disorder.
2.      Dapat mengetahui karakteristik penderita Self Injury, Schizophrenia, dan Anxiety Disorder.
3.      Dapat mengetahui penyebab terjadinya Self Injury, Schizophrenia, dan Anxiety Disorder.
4.      Dapat mengetahui dampak yang disebabkan oleh Self Injury, Schizophrenia, dan Anxiety Disorder.
5.      Dapat mengetahui alternatif penanggulangan Self Injury, Schizophrenia, dan Anxiety Disorder.



BAB 2ISI

2.1  Gangguan Kejiwaan pada Manusia
Gangguan kejiwaan pada manusia merupakan masalah kesehatan pada mental seseorang yang bisa mempengaruhi bagaimana dia merasa, berpikir, berperilaku, dan berinteraksi dengan orang lain secara signifikan. Berikut ini dijelaskan secara umum beberapa gangguan kejiwaan yang terjadi pada manusia dan penggolongannya.
2.1.1 Self Injury
Bagi kebanyakan orang, tindakan melukai diri sendiri, seperti melukai tangan dengan silet lalu melihat darah yang mengalir merupakan hal yang mengerikan. Akan tetapi sebagian orang justru menikmati tindakan tersebut dan menggunakannya sebagai media pelepasan emosi. Tindakan melukai diri sendiri dikenal dengan self injury.
Self injury merupakan perilaku menyakiti dan melukai diri sendiri yang dilakukan secara sengaja. Self injury ini termasuk kedalam gangguan mental yang bisa muncul sebagai gejala dari beberapa penyakit mental lainnya, seperti gangguan mood, gangguan makan, gangguan stres pascatrauma, gangguan penyesuaian atau gangguan kepribadian ambang, dan depresi.
2.1.2 Schizophrenia
   Schizophrenia adalah gangguan kejiwaan yang terjadi dalam jangka panjang. Gangguan ini                 menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi, delusi atau waham, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku. Gangguan ini termasuk dalam gangguan psikotik yang merupakan gangguan jiwa parah yang menyebabkan munculnya pemikiran dan persepsi yang tidak normal.
2.1.3 Anxiety Disorder
Anxiety atau kecemasan adalah respons alami tubuh terhadap stres. Hal ini dapat muncul sebagai perasaan khawatir atau justru takut pada apa yang akan terjadi nanti. Gangguan ini termasuk dalam gangguan kecemasan dan Orang yang menderita gangguan kecemasan biasanya takut pada benda atau situasi tertentu. Hal tersebut bisa dilihat dari banyaknya keringat yang keluar, detak jantung yang cepat, merasa pusing, susah berkonsentrasi atau tidur, dan merasa cemas serta khawatir.
2.2  Definisi Gangguan Kejiwaan pada Manusia
Berikut ini dijelaskan definisi dari beberapa gangguan kejiwaan pada manusia sebagai berikut:
2.2.1 Definisi Self Injury
Self injury atau self harm merupakan kelainan psikologis di mana seseorang dengan sengaja melukai diri sendiri. Aktivitas self injury dapat berupa mengiris, menggores, melukai, membakar kulit, dan mememarkan tubuh. Pada tingkat yang lebih akut, penderita dapat mematahkan tulang mereka sendiri dan menyuntikkan racun ke dalam tubuh.
Dengan kata lain, self injury merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri yang digunakan seseorang untuk mengatasi rasa sakit secara emosional, kekosongan diri, kesepian. Dengan melukai diri sendiri, maka seseorang merasa rasa sakitnya berkurang, meskipun ia sadar bahwa itu hanya untuk sementara. Karena pelaku “menikmati” tindakan tersebut, maka self injury dilakukan secara berulang dan menyebabkan kecenduan. Berbeda dengan tindakan bunuh diri, self injury dilakukan untuk melepaskan emosi yang tidak dapat diungkapkan. Melukai diri dilakukan untuk mengurangi ketegangan, euforia, kemarahan, depresi, kesepian, kehilangan, dan memuaskan keinginan untuk menghukum diri sendiri. Penderita merasa tenang dan “nyaman” setelah menyakiti diri.
2.2.2 Definisi Schizophrenia
Schizophrenia adalah kekacauan jiwa yang serius ditandai dengan kehilangan kontak pada kenyataan (psikosis), halusinasi, khayalan (kepercayaan yang salah), pikiran yang abnormal dan mengganggu kerja dan fungsi sosial.
Davidson dan Neale (dalam Anita, 2004) menyebutkan bahwa Schizophrenia merupakan suatu kelompok gangguan psikotik yang dicirikan dengan adanya gangguan pikiran, emosi dan perilaku seseorang, dimana ide-idenya seringkali tidak logis, adanya persepsi yang salah, gangguan dalam aktivitas motorik dan memiliki afek yang datar bahkan seringkali tidak sesuai. Hal ini menyebabkan individu semakin menjauh dari orang-orang disekitarnya dan individu tidak mampu menangkap realita yang terjadi, dan mereka juga sering mengalami halusinasi dan delusi.

Menurut Kamus Lengkap Psikologi (2000), Schizophrenia didefinisikan sebagai satu nama umum sekelompok reaksi psikotis, dicirikan denga pemunduran emosional dan afektif dan tergantung pada tipe dan adanya halusinasi, delusi, tingkah laku negativistis, dan kemunduran atau perusakan yang progresif.
Berdasarkan DSM IV-R (dalam Journal Of Psychiatri, 2008), schizophrenia adalah suatu gangguan yang terjadi sekurang-kurangnya enam bulan termasuk symptom fase aktif selama satu bulan yang diikuti dengan adanya delusi, halusinasi, disorganisasi dalam bicara, tingkah laku yang kasar, dan symptom negatif.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Schizophrenia adalah kekacauan jiwa yang serius ditandai dengan kehilangan kontak pada kenyataan (psikosis), halusinasi, khayalan (kepercayaan yang salah), pikiran yang abnormal dan mengganggu kerja dan fungsi sosial yang dicirikan dengan adanya gangguan pikiran, emosi dan perilaku seseorang, dimana ide-idenya seringkali tidak logis, adanya persepsi yang salah, gangguan dalam aktivitas motorik dan memiliki afek yang datar bahkan seringkali tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

2.2.3 Definisi Anxiety Disorder
Anxiety disorder adalah gangguan kecemasan yang tak wajar dan termasuk penyakit mental yang cukup serius. Bahkan rasa khawatir dan takut berlangsung terus menerus dan sangat hebat sehingga tidak bisa dikendalikan. Setiap orang pasti pernah mengalami rasa cemas. Hal ini merupakan suatu bentuk emosi normal yang dialami oleh makhluk hidup. Banyak orang yang merasa cemas saat bekerja, saat akan menghadapi ujian, atau ketika membuat keputusan penting. Namun berbeda dengan rasa cemas normal seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, anxiety disorder atau gangguan kecemasan bukanlah hal yang wajar dan termasuk penyakit mental yang cukup serius.
Pada individu dengan anxiety disorder atau gangguan cemas, rasa khawatir dan takut berlangsung terus menerus dan sangat hebat sehingga tidak bisa dikendalikan. Namun dengan pengobatan sebenarnya individu dengan anxiety disorder bisa mengatur perasaan ini dan bisa kembali menjalani aktivitas sehari – harinya dengan normal.
2.3  Karakteristik Gangguan Kejiwaan
Gangguan kejiwaan pada manusia memiliki karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan gangguan mental masing-masing. Berikut penjelasan karakteristik penderita gangguan kejiwaan sebagai berikut:
2.3.1 Karakteristik Penderita Self Injury
Orang yang memiliki tendensi untuk menyakiti diri sendiri sering kali tidak menunjukkan gejala yang khas. Perilaku self injury tersebut biasanya dilakukan pada saat mereka sendirian, dan tidak di tempat umum.
Namun, beberapa ciri berikut mungkin menandakan seseorang memiliki kecendurungan untuk menyakiti diri sendiri:
  • Memiliki sejumlah luka di tubuhnya, seperti luka sayat di pergelangan tangan, luka bakar di lengan, paha, dan badan, atau memar di buku jari-jari tangan. Umumnya mereka akan menyembunyikan luka tersebut dan akan menghindar bila ditanya apa penyebabnya.
  • Memperlihatkan gejala depresi, seperti suasana hati yang buruk, sering merasa sedih, menangis, dan tidak memiliki motivasi dalam hidup.
  • Sulit bersosialisasi, baik di lingkungan rumah, sekolah, maupun tempat kerja. Mereka lebih suka menyendiri dan enggan berbicara dengan orang lain.
  • Cenderung tidak percaya diri atau menyalahkan diri sendiri atas masalah apa pun yang terjadi.
  • Sering mengenakan pakaian yang menutupi seluruh tubuh, untuk menyembunyikan luka.

2.3.2 Karakteristik Penderita Schizophrenia
Gejala skizofrenia pada dasarnya bervariasi berdasarkan jenis dan tingkat keparahannya. Meski begitu, ada beberapa gejala yang paling khas diantaranya sebagai berikut:
  • Mengalami halusinasi dan delusi.
  • Tidak peduli terhadap kebersihan dan penampilan diri.
  • Penarikan diri dari lingkungan sosial, seperti teman dan keluarga.
  • Kesulitan tidur atau pola tidur yang berubah.
  • Sangat sensitif dan memiliki suasana hati yang tertekan.
  • Tidak responsif terhadap lingkungan sekitar.
  • Kurang motivasi dalam menjalani hidup, termasuk untuk menjalin hubungan dengan orang lain.
  • Konflik pada pikiran, sulit membuat keputusan.
  • Kesulitan untuk mengekspresikan dan memperlihatkan emosi.
  • Ketakutan akan tempat umum yang ramai.
  • Paranoia, seperti kecemasan berlebihan, percaya dirinya mempunyai kemampuan khusus atau mengidap penyakit tertentu yang sebenarnya tidak ada pada dirinya.
·         Kurangnya minat pada hal-hal yang dulunya sangat disukai.

2.3.3 Karakteristik Penderita Anxiety Disorder
Secara umum, gejala dari anxiety disorder atau gangguan cemas antara lain:
·         Perasaan panik, khawatir dan gelisah.
·         Gangguan tidur.
·         Tangan dan kaki dingin serta berkeringat.
·         Napas pendek.
·         Jantung berdebar – debar.
·         Tidak bisa diam dan tenang.
·         Mulut kering.
·         Kesemutan atau baal pada tangan atau kaki.
·         Mual.
·         Ketegangan otot.
·         Sakit kepala.
2.4  Penyebab Terjadinya Gangguan Kejiwaan
Gangguan kejiwaan bisa terjadi karena berbagai faktor baik dari dalam tubuh kita maupun dari luar. Berikut dijelaskan beebrapa penyebab terjadinya gangguan  kejiwaan yang terjadi pada manusia sebagai berikut:
2.4.1 Penyebab Terjadinya Self Injury
Self-injury dilakukan untuk melampiaskan atau mengatasi emosi berlebih yang tengah dihadapi, misalnya stres, marah, cemas, benci pada diri sendiri, sedih, kesepian, putus asa, mati rasa, atau rasa bersalah. Bisa juga sebagai cara untuk mengalihkan perhatian dari pikiran yang mengganggu. Berbagai emosi tersebut bisa muncul akibat dari:
·         Masalah sosial
Perilaku self-injury rentan terjadi pada orang yang sedang mengalami kesulitan hidup dan masalah sosial, misalnya menjadi korban bully (perundungan) di sekolah, atau tertekan dengan tuntutan dari orang tua dan guru.Bisa juga karena sedang konflik dengan keluarga, pasangan, dan teman, atau mengalami krisis identitas yang menyangkut orientasi seksual.
·         Trauma psikologis
Kehilangan orang yang dicintai dan menjadi korban kekerasan emosional, fisik, atau seksual bisa membuat seseorang merasa hampa, mati rasa, dan rendah diri. Mereka menganggap dengan menyakiti diri sendiri bisa mengingatkan dirinya bahwa ia masih hidup dan merasakan sesuatu layaknya orang lain.

·         Gangguan mental

Self-injury ini juga bisa muncul sebagai gejala dari beberapa penyakit mental, seperti gangguan mood, depresi, gangguan makan, gangguan stres pascatrauma (PTSD), gangguan penyesuaian, atau gangguan kepribadian ambang.

2.4.2 Penyebab Terjadinya Schizophrenia
Sampai saat ini para ahli belum mengetahui apa yang menyebabkan seseorang mengalami penyakit kejiwaan. Meski begitu, para peneliti percaya bahwa ada beberapa hal yang dapat memicu penyakit ini. Beberapa hal yang dapat menjadi penyebab penyakit skizofrenia adalah:
·         Senyawa kimia di otak. Kadar seratonin dan dopamine di dalam otak yang tidak seimbang diyakini apara hli bisa menyebabkan penyakit ini.
·         Perbedaan struktur otak. Studi pemindai saraf otak menunjukkan perbedaan dalam struktur otak dan sistem saraf pusat orang dengan penyakit ini Para peneliti tidak yakin mengapa hal tersebut bisa terjadi, namun mereka menyebutkan bahwa gangguan kejiwaan ini terkait dengan penyakit otak.
·         Genetik. Penyakit ini mungkin diwariskan di dalam keluarga. Jadi, jika salah satu keluarga inti Anda terkena penyakit ini, Anda berisiko tinggi mengalami hal yang serupa.
·         Faktor lingkungan. Terkena infeksi virus dan kekurangan beberapa nutrisi ketika masih dalam kandungan.
·         Obat-obatan tertentu. Penyalahgunaan obat-obatan terlarang seperti narkotika.

2.4.3 Penyebab Terjadinya Anxiety Disorder
Penyebab anxiety disorder sampai saat ini belum benar-benar diketahui secara pasti. Namun, para ahli percaya bahwa kondisi ini dapat dipicu oleh genetik. Jadi, jika Anda memiliki orangtua atau saudara kandung yang mengalami gangguan kecemasan, maka Anda berisiko tinggi untuk mengalaminya juga. Kejadian traumatis di masa lalu dan stres jangka panjang juga bisa jadi penyebab seseorang mengalami gangguan kecemasan kronis.
Bahkan, kondisi ini juga bisa disebabkan karena kondisi medis tertentu. Ya, dalam beberapa kasus, tanda dan gejala kecemasan adalah indikator pertama dari penyakit medis. Jika dokter mencurigai bahwa kecemasan yang Anda alami disebabkan oleh masalah medis tertentu, dokter akan menganjurkan Anda untuk melakukan pemeriksaan tertentu guna menegakkan diagnosis.

Beberapa kondisi medis yang dapat dikaitkan dengan gangguan kecemasan termasuk:
·         Penyakit jantung.
·         Diabetes.
·         Masalah tiroid, seperti hipertiroidisme.
·         Gangguan pernapasan, seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan asma.
·         Penyalahgunaan narkoba.
·         Kecanduan alkohol.
·         Nyeri kronis atau sindrom iritasi usus.
·         Tumor langka yang dapat memicu produksi hormon adrenalin atau hormon tertentu lainnya.

2.5  Dampak Gangguan Kejiwaan pada Manusia
Gangguan kejiwaan pada manusia memiliki dampak yang berbeda bagi para penderitanya. Berituk dijelaskan secara umum dampak dari gangguan kejiwaan pada manusia sebagai berikut:
2.5.1 Dampak Gangguan Self Injury
Self injury merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri yang digunakan seseorang untuk mengatasi rasa sakit secara emosional, kekosongan diri, kesepian. Dengan melukai diri sendiri, maka seseorang merasa rasa sakitnya berkurang, meskipun ia sadar bahwa itu hanya untuk sementara. Karena pelaku “menikmati” tindakan tersebut, maka self injury dilakukan secara berulang dan menyebabkan kecenduan. Berbeda dengan tindakan bunuh diri, self injury dilakukan untuk melepaskan emosi yang tidak dapat diungkapkan. Melukai diri dilakukan untuk mengurangi ketegangan, euforia, kemarahan, depresi, kesepian, kehilangan, dan memuaskan keinginan untuk menghukum diri sendiri. Penderita merasa tenang dan “nyaman” setelah menyakiti diri.
2.5.2 Dampak Gangguan schizophrenia
·         Sulit dimengerti oleh orang lain.
·         Sulit mengingat (gangguan memori).
·         Sulit menjalin hubungan sosial dengan orang lain
·         Efek dari penyakit ini bisa sangat fatal, karena penderita bisa saja mengalami kematian di usia yang muda. Penyakit skizofrenia bisa dibilang sangat berbahaya, karena bisa saja penderita akan lari ke obat-obatan terlarang seperti narkoba.

2.5.3 Dampak Gangguan Anxiety Disorder
Berikut penjelasan dari para ahli mengenai dampak yang perlu kita tahu mengenai gangguan anxiety disorder yang tanpa disadari menyerang banyak orang ini.

1. Mempengaruhi memori jangka pendek


Kalau kamu merasa menjadi semakin pelupa selama mengalami masa kecemasan parah, itu ada penjelasan ilmiahnya. Peningkatan hormon kortisol karena gangguan kecemasan akut menyusutkan hippocampus, yang merupakan “pusat ingatan dalam otak”.
Efek Anxiety pada hippocampus akan terekam dan bisa menyebabkan seseorang menjadi pelupa dan kebingungan. Patut diingat, efek lupa ini biasanya terjadi pada gangguan kecemasan kronis, bukan sekadar karena stres sementara.

2. Membuat kamu menjadi semakin impulsif

Seseorang bisa membuat keputusan secepat kilat tanpa ada pertimbangan matang saat mengalami Anxiety Disorder. Hal ini dikarenakan efek kortisol pada prefrontal cortex. Anastasiou menjelaskan bahwa prefrontal cortex merupakan bagian otak yang bertanggungjawab dalam proses pembuatan keputusan.
“Ini bisa menyebabkan perilaku impulsif (meledak-ledak), memburuknya kemampuan pengambilan keputusan, dan cepat marah,” jelas Dr Anastasiou. Jadi, saat kamu merasakan gejala kecemasan, lebih baik tundalah mengambil keputusan besar dan tenangkan diri terlebih dulu.

3. Bisa memicu depresi

Gangguan kecemasan dan depresi adalah dua kondisi, yang walaupun berbeda, namun terjadi beriringan. Anxiety Disorder biasanya memicu gejala depresi. Menurut Mayo Clinic, depresi pada umumnya bisa dipicu oleh Anxiety Disorder, dan kecemasan merupakan gejala khas yang menandakan depresi.
Kedua kondisi ini juga membutuhkan penanganan yang sama; terutama konseling psikolog. Jika kamu mengalami kesulitan dalam mengatasi gejala depresi atau kecemasan, mungkin sudah saatnya untuk mencari bantuan profesional.

4. Kecemasan bisa dipengaruhi oleh bagaimana kamu dibesarkan

Ada banyak faktor yang menentukan apakah seseorang menderita gangguan kecemasan, mulai dari lingkungan hingga genetik. Banyak studi populer, termasuk studi di tahun 2018 yang diterbitkan dalam Child Development, menunjukkan bahwa cara seseorang dibesarkan dapat menjadi penyebab utama gangguan mental kecemasan.
“Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang mengasuh bayinya sendiri, akan memiliki anak dengan lebih banyak reseptor kortisol yang bisa meredam efek kortisol dan meredam stress,” kata Dr. Anastasiou. "Ibu yang lalai dalam membesarkan bayinya, membuat  anaknya menjadi lebih sensitif terhadap stres dalam hidupnya kelak."
Dr. Anastasiou mengatakan fenomena itu disebut "perubahan epigenetik," yang berarti bahwa cara pengasuhan berdampak pada cara gen bertindak dalam tubuh tanpa mengubah kode genetik yang sebenarnya.Perubahan-perubahan genetis ini sebenarnya dapat diturunkan, yang menurut Dr. Anastasiou berarti bahwa, "Pengalaman penuh tekanan yang dialami seseorang dapat mempengaruhi generasi mendatang di masa depan."
5. Bisa menyebabkan insomnia
Tidak ada yang lebih buruk daripada mengalami kecemasan pada malam hari dan akhirnya membuat kita tidak bisa tidur sepanjang malam. “Gangguan kecemasan menyebabkan insomnia dengan mengaktifkan sistem saraf simpatik seperti yang terjadi saat otak memberi respon menyerang atau melarikan diri. Ini mengubah detak jantung, pernapasan, dan gelombang otak kita yang memengaruhi kualitas dan durasi tidur, ”kata Dr. Anastasiou. Menurut Mayo Clinic, gejala kecemasan lainnya termasuk merasa gugup, peningkatan detak jantung, dan pernapasan cepat. Jadi semua kecemasan itu bukan hanya ada di kepala kamu, ada alasan ilmiah di balik malam-malam tanpa tidur ketika kamu berjuang melawan kecemasan.

6. Berdampak pada kadar hormon bahagia kamu

Salah satu alasan mengapa gangguan kecemasan dapat menyebabkan depresi adalah karena hal itu memengaruhi kadar hormone serotonin kamu.“Kecemasan menghabiskan kadar mineral dalam otak, magnesium, yang bertanggung jawab untuk mengelola kortisol dan produksi serta fungsi hormon serotonin. Hormon serotonin yang memberi perasaan nyaman dan senang menjadi terganggu. Ini dapat menyebabkan peningkatan resiko depresi, ”kata Dr. Dean. Karena hal ini, beberapa spesialis menganjurkan suplemen magnesium sebagai cara untuk mengurangi kecemasan, dan bahkan ada penelitian terbaru yang membuktikan bahwa magnesium bisa menjadi opsi potensial untuk membantu mengelola kecemasan.

7.Berdampak pada tiroid

Karena tiroid mengendalikan banyak hormon yang menyebar ke otak, Dr. Dean mengatakan bahwa, "Hal ini dapat mengubah keseimbangan hormon di otak dan semakin memperburuk kondisi kecemasan anda." Menurut Mayo Clinic, gejala lain dari masalah tiroid adalah kelelahan, peningkatan kepekaan terhadap dingin, dan sembelit.


2.6  Alternatif Penanggulangan Gangguan Kejiwaan
Ada beberapa cara untuk menanggulanggi atau mengurangi gangguan kejiwaan pada manusia sebagai berikut:
2.6.1 Alternatif Penanggulangan Self injury
Pelaku self-injury perlu mendapatkan perawatan khusus dari ahli kejiwaan, baik psikolog ataupun psikiater. Psikolog atau psikiater akan melakukan pemeriksaan untuk mendiagnosis perilaku self-injury dan menentukan penyebabnya. Penanganan akan diberikan sesuai penyebab munculnya perilaku ini.
Secara umum beberapa langkah penanganan pada penderita self-injury meliputi:
1.      Perawatan medis
Penderita self-injury yang mengalami luka atau masalah kesehatan lain, perlu segera mendapat pertolongan medis, baik berupa rawat jalan maupun rawat inap.
2.      Terapi dan konseling
Terapi dan konseling dengan psikiater atau psikolog bertujuan untuk mencari tahu penyebab tindakan self-injury, sekaligus menemukan cara terbaik untuk mencegah pasien melakukan tindakan ini lagi. Jenis terapi yang bisa dilakukan antara lain psikoterapiterapi perilaku kognitif, terapi kelompok, dan terapi keluarga.
Selain menjalani terapi dan pengobatan di atas, orang yang memiliki tendensi untuk menyakiti diri sendiri juga disarankan untuk:
1.   Tidak menyendiri. Carilah dukungan sosial dan psikologis dari teman, keluarga, atau kerabat dekat.
2.  Menyingkirkan benda-benda tajam, zat kimia, atau obat-obatan yang bisa digunakan untuk melukai diri sendiri.
3.      Bergabung dengan kegiatan-kegiatan positif, misalnya klub olahraga atau fotografi.
4.   Mendalami hobi, seperti bermain musik atau melukis, guna membantu mengekspresikan emosi dengan cara yang positif.
5.      Menghindari konsumsi minuman keras dan narkoba.
6.      Mengalihkan perhatian ketika ada keinginan untuk melakukan self-injury.
7.      Rutin berolahraga, mencukupi waktu tidur dan istirahat, serta mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang.
Menyakiti diri sendiri (self-injury) adalah salah satu bentuk gangguan perilaku yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Perilaku self-injury membutuhkan penanganan dari psikolog atau psikiater, terlebih jika kondisi ini berhubungan dengan gangguan mental tertentu.

2.6.2 Alternatif Penanggulangan Schizophrenia
Gaya hidup dan pengobatan rumahan yang mungkin dapat membantu Anda mengatasi penyakit skizofrenia adalah:
·         Minum obat Anda setiap hari seperti pada resep dokter.
·         Saat halusinasi muncul, cobalah untuk mengabaikan halusinasi itu dengan memfokuskan diri Anda pada hal lain, misalnya dengan membaca buku, mendengarkan musik, berdoa, atau berbicara dengan teman.
·         Ikut berpartisipasi dalam program atau aktivitas yang dianjurkan. Pertimbangkan untuk ikut dalam support group pekerja sosial.
·         Hindari alkohol karena alkohol dapat menghambat efek obat skizofrenia.
·         Jangan biarkan anggota keluarga yang mengidap penyakit ini merasa tertekan. Stres, kurang tidur, diet yang tidak seimbang, dan kafein dapat menyebabkan gejala kambuh.
·         Hubungi dokter apabila Anda atau keluarga Anda mendengar suara, merasa paranoid atau memiliki pikiran-pikiran yang aneh.
·         Hubungi dokter Anda apabila Anda atau anggota keluarga Anda kurang tidur, terlihat depresi, atau mempunyai perasaan ingin bunuh diri.
·         Jangan menggunakan obat skizofrenia yang ilegal.
·         Jangan menggunakan obat skizofrenia di luar resep tanpa sepengetahuan dokter Anda

2.6.3 Alternatif Penanggulangan Anxiety Disorder
Berikut beberapa hal-hal sederhana yang bisa dilakukan di rumah untuk membantu meredakan gejala gangguan kecemasan yang sedang Anda alami:
1.      Tenangkan pikiran dengan melakukan meditasi atau beribadah.
2.      Berendam air hangat untuk merileksasikan otot-otot yang menegang.
3.      Berolahraga selama kira-kira setengah jam bisa mengurangi kecemasan, membuat Anda lebih tenang, serta kian percaya diri.
4.      Menggunakan minyak esensial untuk pijat atau aromaterapi penghantar tidur.
5.      Melakukan hobi yang disukai atau bahkan mencoba hal-hal baru yang belum pernah Anda lakukan sebelumnya.
6.      Bercerita dengan orang-orang kepercayaan Anda, entah itu keluarga, pasangan, atau sahabat terdekat.
7.      Jangan ragu untuk mencari dukungan ke dokter atau psikolog jika Anda memang memerlukannya.



BAB 3PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Banyak orang mengalami gangguan pada kesehatan mentalnya akibat berbagai persoalan hidup. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini berisiko berkembang menjadi sakit jiwa. Sakit jiwa banyak jenisnya, mulai dari kecanduan obat, hingga gangguan kepribadian.
Sakit jiwa adalah gangguan mental yang berdampak kepada mood, pola pikir, hingga tingkah laku secara umum. Seseorang disebut mengalami sakit jiwa, jika gejala dan tanda gangguan jiwa yang dialami membuatnya tertekan dan tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara normal.
Ciri-ciri orang yang mengalami sakit jiwa dapat berbeda-beda tergantung dari jenisnya. Namun pada umumnya, orang yang mengalami gangguan jiwa dapat dikenali dari beberapa gejala tertentu, seperti perubahan mood yang sangat drastis dari sangat sedih menjadi sangat gembira atau sebaliknya, merasa ketakutan yang secara berlebihan, menarik diri dari kehidupan sosial, kerap merasa sangat marah hingga suka melakukan kekerasan, serta mengalami delusional. Terkadang, gejala ini juga diiringi oleh gangguan fisik, seperti sakit kepala, nyeri punggung, sakit perut, atau nyeri lain yang tidak dapat dijelaskan.

3.2  Saran
Kita harus menjaga kesehatan diri sendiri tidak hanya kesehatan fisik tetapi juga kesehatan mental. Jika ada gejala-gejala yang sekiranya merujuk ke salah satu gangguan kejiwaan, sebaiknya segera datang ke psikolog atau psikiater untuk penanganan yang lebih lanjut. Tidak perlu merasa ragu dan malu karena kesehatan mental tidak boleh dianggap remeh.




DAFTAR PUSTAKA







Tidak ada komentar:

Posting Komentar