MAKALAH
UPACARA
ADAT TEDHAK SITEN
Disusun
Oleh :
Shifa
Sandrinadya Munandar
Kelas
:
1
PA 09
Jurusan
Psikologi
Fakultas
Psikologi
Universitas
Gunadarma
2019
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
1.2 Rumusan
Masalah
1.3 Tujuan
Penulisan
BAB II ISI
2.1 Upacara
Adat Tedhak Siten
2.1.1
Definisi Upacara Adat Tedhak Siten
2.1.2
Alat-alat dalam Upacara Adat Tedhak
Siten
2.2 Proses
Upacara Adat Tedhak Siten
2.3 Makna
Upacara Adat Tedhak Siten
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Indonesia
merupakan negara kepulauan yang kaya akan alam dan budayanya. Sebagai negara
yang dilintasi garis khatulistiwa, Indonesia tidak hanya menawarkan pesona dari
keindahan alamnya yang memang sudah terkenal di berbagai penjuru dunia,
melainkan juga keanekaragaman budaya yang tersebar di berbagai daerah yang
menjadi daya tarik para turis untuk lebih mengenal bahkan ikut mempelajari
kebudayaan di Indonesia. Bahkan, beberapa kebudayaan Indonesia sudah diakui
oleh dunia dan sudah tercatat oleh UNESCO.
Seperti
yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan. Oleh karena itu, setiap daerah di Indonesia memiliki adat dan
kebudayaan yang berbeda, juga upacara tradisional yang merupakan warisan turun
temurun dari nenek moyang dan hingga saat ini masih dilaksanakan di daerah
asalnya masing-masing. Tradisi upacara adat ini dilakukan pada waktu tertentu
untuk mencapai suatu tujuan menurut kepercayaan mereka. Lahirnya suatu tradisi biasanya
berkaitan erat dengan peristiwa alam atau bencana yang terjadi. Sebagian
peristiwa tersebut akan dikaitkan dengan serangkaian ritual tertentu yang
memiliki berbagai simbol dan arti.
Bagi
masyarakat Jawa, anak merupakan sesuatu hal yang sangat didambakan, karena anak
dapat memberikan suasana hangat dalam sebuah keluarga dimana kehangatan
tersebut dapat menentramkan dan memberi kedamaian dalam hati. Selain itu, anak
dianggap juga sebagai jaminan bagi orang tua kelak di hari tua. Karena inilah
banyak upacara adat yang dilaksanakan oleh orang tua terhadap anak pada
masyarakan Jawa salah satunya yaitu upacara adat tedhak siten.
Tedhak siten
ini dianggap wajib dilaksanakan bagi masyarakat Jawa, karena menurut mereka
jika tidak melaksanakan tedhak siten
ini maka sang anak akan menjadi manja dan selalu bergantung kepada orang tua
kelak hingga dewasa. Selain itu, upacara adat ini juga berguna sebagai acuan
untuk pengembangan potensi anak kelak dimasa dewasa.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa
definisi dari upacara adat tedhak siten?
2. Apa
saja alat yang diperlukan dalam upacara adat tedhak siten?
3. Bagaimana
proses dari upacara adat tedhak siten?
4. Apa
saja makna yang terdapat pada upacara adat tedhak
siten?
1.3 Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui dan memahami definisi dari upacara adat tedhak siten.
2. Untuk
mengetahui dan memahami alat-alat yang diperlukan dalam upacara adat tedhak siten.
3. Untuk
mengetahui dan memahami proses dari upacara adat tedhak siten.
4. Untuk
mengetahui dan memahami makna yang terdapat dalam upacara adat tedhak siten.
BAB
II
ISI
2.1 Upacara
Adat Tedhak Siten
Tedhak
Siten merupakan bagian dari budaya dan adat istiadat masyarakat Jawa Tengah.
Upacara adat ini dilakukan untuk anak yang baru pertama kali belajar berjalan
atau pertama kali menginjakkan kaki pada tanah yang selalu ditunggu-tunggu oleh
orang tua dan kerabat. Upacara adat ini dilakukan semata-mata untuk
mengungkapkan rasa syukur atas bayi yang telah terlahir dan bertumbuh kembang
dengan sehat yang diiringi doa-doa dari orang tua
atau sesepuh sebagai pengharapan agar kelak anak sukses menjalani kehidupannya.
Baju yang dipakai para orang tua adalah kain dan kebaya untuk perempuan, kain
dan surjan lengkap untuk laki-laki (blangkon, keris, dan selop), termasuk bayi.
2.1.1
Definisi Upacara Adat Tedhak Siten
Tedhak Siten yang juga
dikenal sebagai ritual Turun Tanah merupakan salah satu adat dan tradisi
masyarakat Jawa Tengah. Istilah dari Tedhak Siten sendiri berasal dari dua kata
yaitu tedhak yang berarti kaki atau langkah dan siten yang berasal dari kata ‘siti’
yang artinya tanah. Jadi, tedhak siten merupakan sebuah acara adat dimana
seorang anak yang berumur tujuh lapan
(7 x 35 hari atau 245 hari) akan dituntun oleh ibunya untuk berjalan menapak
diatas tanah.
2.1.2
Alat-alat yang diperlukan dalam Upacara
Adat Tedhak Siten
Dalam
upacara adat tedhak siten ini diperlukan beberapa alat yang disebutkan sebagai
berikut :
a) Jadah
7 warna
b) Tangga
tebu
c) Injakan
pasir
d) Kurungan
ayam
e) Beras
ketan berisi koin
f) Nasi
tumpeng
2.2 Proses
Upacara Adat Tedhak Siten
Menurut
Negoro (2001:40) menyebutkan bahwa dalam upacara Tedhak Siten rangkaian upacara
tersebut adalah :
1)
Anak di tuntun untuk berjalan diatas bubur tujuh warna yang terbuat dari beras
ketan, warnanya adalah: merah, putih, oranye, kuning, hijau, biru, dan violet.
2)
Anak di tuntun untuk menaiki anak tangga yang terbuat dari batang tebu Arjuna.
3)
Setelah turun dari tangga tebu, anak dituntun untuk berjalan diatas onggokan
pasir ,disitu anak akan mengkais pasir dengan kedua kakinya.
4)
Kemudian anak dituntun masuk ke kurungan yang dihias, di dalam kurungan ada
banyak benda seperti: buku tulis, perhiasan,beras, kain, mainan dan
barang-barang lain yang berguna. Anak itu akan memilih barang yang disukai
setelah memilih barang tersebut yang memiliki arti masing-masing.
5)
Kemudian ayah dan kakek dari anak tersebut menyebarkan uang logam yang dicampur
dengan berbagai macam bunga.
6)
Setelah itu, anak dibersihkan dan dimandikan dengan air siraman yang terdiri
dari: mawar, melati, kantil dan kenanga.
7)
Pada akhir upacara, anak didandani dengan pakaian baru yang rapih dan bagus.
2.3 Makna
Upacara Adat Tedhak Siten
Upacara syukuran diawali dengan sang bayi dipanjatkan tangga yang terbuat
dari tebu. Tebu ini dalam kepercayaan adat Jawa memiliki akronim anteping kalbu
atau ketetapan hati dalam menjalani kehidupan. Setelah dipanjatkan, bayi
melalui proses napaki jadah atau berjalan di atas jenang yang terbuat dari
ketan. Jadah ini terdiri dari berbagai warna. Ada tujuh warna jadah yang
dipakai, yaitu warna hitam, ungu, biru, hijau, merah, kuning, dan putih. Jadah
yang berwarna-warni ini bermakna hidup berawal dari yang gelap dan berakhir
dengan terang. Selanjutnya, bayi dimasukkan kedalam kurungan ayam. Kurungan
ayam ini mengibaratkan dunia. Didalam kurungan, diisi berbagai aneka macam
mainan yang berbentuk alat dapur hingga musik yang akan dipilih oleh sang bayi.
Mainan yang dipilih oleh bayi tersebut menyimbolkan profesi yang akan dipilih
oleh bayi kelak ketika ia dewasa nanti.
Lalu setelah sang bayi memilih profesinya kelak, selanjutnya ia akan
memilih gambar tokoh wayang yang berbeda-beda. Hal ini dipercaya dapat
membentuk karakternya ketika dewasa nanti. Tahap kelima, bayi akan dimandikan
dengan air dari tujuh sumber. Sumber-sumber air ini diambil dari daerah upacara
dilaksanakan. Tujuh sumber mengandung makna pitulungan. Setiap sumber memiliki
warna, rasa dan khasiatnya sendiri. Harapannya, dalam hidup senantiasa
mendapatkan pertolongan atau pitulungan, kata Ki Suryo. Setelah itu, bayi
ditempatkan di tikar yang sudah diberi uang koin dan beras kuning. Makna dari
proses keenam ini adalah rejeki dan kehidupan yang dilambangkan dengan beras.
Arti filosofinya, meski memiliki kecukupan dengan gelimang uang dan
kesejahteraan nanti, jangan sampai terpedaya dengan itu.
Tahap terakhir dari upacara Tedhak Siti ini adalah bayi dibiarkan agar
bermain dengan teman-teman sebayanya yang bermakna kita sebagai manusia adalah
makhluk sosial. Manusia selalu membutuhkan orang lain atau teman dan
bersosialisasi. Upacara Tedhak Siti ini juga bermakna seperti yang diajarkan oleh
Agama Islam. Seperti pada saat upacara sang bayi membagi-bagikan uang kepada
masyarakat sekitar (pada tahap keenam) yang artinya kita harus selalu berbagi
atau bersedekah kepada sesama. Lalu pada tahap terakhir mengajarkan kita
habluminanas atau hubungan baik dengan mansia selain hubungan baik dengan Allah
SWT.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Upacara
Tedhak Siten merupakan upacara adat yang dilakukan masyarakat Jawa untuk
anaknya dalam rangka ucapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas tumbuh
kembang anak yang sehat dan juga untuk mendoakan anak agar kelak sukses dalam
menjalani hidupnya di masa dewasa. Dalam upacara adat tedhak siten ini ada
beberapa tahapan yang memiliki artinya masing-masing.
Upacara
Tedhak Siten ini dianggap wajib dilaksanakan karena masyarakat Jawa mempercayai
bahwa jika upacara adat ini tidak dilaksanakan, maka kelak sang anak akan
menjadi anak yang manja dan selalu bergantung pada orang tua. Upacara ini
dilaksanakan saat anak berusia tujuh lapan
(7 x 35 hari atau 245 hari).
3.2 Saran
Kita
tahu bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak kebudayaan yang
berbeda di setiap daerah, maka dari itu kita sebagai generasi penerus sebaiknya
menjaga kebudayaan Indonesia agar tetap lestari dan tidak terhapus oleh zaman
dan juga jangan jadikan perbedaan itu sebagai ancaman, justu perbedaan itu
harus dijadikan ajang untuk mempererat persatuan dan kesatuan bangsa. Kita
sudah sepatutnya bangga karena memiliki budaya yang beragam ini dan sudah
selayaknya kita mewarisi budaya ini dengan mempelajarinya agar tidak kalah
dengan warga negara asing yang justru sangat menghargai budaya kita bahkan
mereka rela mengeluarkan biaya untuk tinggal di Indonesia agar dapat
mempelajari budaya kita.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar